Bab 4

191 25 20
                                    

Mendung belum tentu hujan. Sama seperti aku yang belum tentu menyukaimu.—Adara Valerie

-PISCES-

Langit sore ini sangat tidak bersahabat dengan seluruh murid SMA Galaksi, tadi pagi langit begitu cerah menampilkan semua keceriaannya. Dan sekarang, langit yang biru ditutupi oleh sekumpulan awan hitam yang kapan saja siap meluruhkan air hujannya. Di depan gerbang sekolah, Dara menunggu jemputan dari sopir pribadinya. Sebenarnya Dara sudah menelpon Pak Danang—sopir pribadinya, tapi Pak Danang bilang dia sedang berada di bengkel. Entah apa yang terjadi pada mobilnya hingga Pak Danang telat menjemputnya.

Dara sebenarnya tidak takut menunggu sendiri, tapi yang ia takutkan adalah hujan yang akan segera turun. Dara akhirnya mencoba menelpon Pak Danang kembali, tapi hanya bunyi operator yang terdengar di seberang sana. Hingga terdengar suara deru motor dari samping kanan Dara dan berhenti tepat di depan Dara. Saat sang pemilik motor membuka helmnya Dara benar-benar terkejut, kenapa disaat situasi seperti ini yang datang bukanlah malaikat tetapi setan gila ini.

"Dar, nunggu jemputan ya? Sama gue aja, yuk, daripada nunggu lama. Entar keburu hujan loh, udah mendung banget nih." Randi yang awalnya melayangkan pertanyaan tiba-tiba saja memberikan penawaran yang terkesan memaksa pada Dara.

Dara hanya melirik Randi sebentar lalu ia mengalihkan pandangannya ke objek lain. Mana mungkin Dara bisa mengiyakan ajakan Randi kalau tadi siang saja ia sudah sangat malu karena ulahnya. Teman-teman Dara malah memberikan kata 'cie' pada Randi dan Dara tadi, karena bisa dibilang interaksi antara mereka tadi romantis. Romantis gundulmu.

"Ayo, Dar. Udah mendung banget loh ini."

"Mendung belum tentu hujan." Dara menyanggah ucapan Randi dengan ketus.

"Wah, kata-kata lo bagus juga. Tapi belum tentu juga jemputan lo datang." Ucapan Randi tentu saja membuat Dara cemas. Iya, belum tentu juga Pak Danang akan menjemputnya. Tapi, yang benar saja Dara harus ikut dengan Randi?

"Oke, gue hitung sampe tiga kalo lo emang nggak mau ikut gue, gue bakal pergi."

"Satu...." Randi mulai menghitung.

"Dua....." Hitungan kedua Dara dibuat dilema dengan Randi.

"Tig—" Hitungan Randi terpotong dengan suara Dara yang menghentikan hitungannya.

"Iya gue ikut lo." Dara pun akhirnya pasrah, terserah yang penting ia tidak terjebak hujan di sekolah.

"Nah, gitu dong kan enak." Randi tersenyum senang mendengar keputusan Dara yang akhirnya memilih untuk ikut bersamanya.

"Udah? Ayo naik. Jangan lupa pegangan, ntar lo jatuh di jalan."

"Lo modus ya?" Dara bertanya seperti itu dengan pandangan mata yang menyelidik ke Randi.

"Buat keamanan lo, Dar."

"Nggak." Dara tak mau berpegangan pada Randi apapun alasannya.

"Ya udah." Setelah mengatakan itu, dengan cepat Randi menarik gas motornya. Dan refleks Dara memeluk Randi. Randi yang mengetahui hal itu hanya tersenyum jahil penuh kemenangan. "Ternyata gini rasanya dipeluk sama calon pacar."

Dara yang menyadari ucapan Randi segera melepas pelukannya. "Lo tuh udah gila ya? Bawa motor yang bener dong," ucap Dara yang langsung diam setelah memberikan makian pada Randi, karena dia merasa aneh dengan perasaannya sendiri.

"Dara, kan gue udah bilang, kalau gue gila karena lo."

"Randi!" Randi hanya bisa tersenyum puas melihat respons Dara. Sepertinya ia harus lebih sering menjahili Dara.

-PISCES-

Apa yang dikatakan Dara mengenai 'mendung belum tentu hujan' tadi salah besar, karena saat ini hujan turun dengan sangat deras. Yang lebih parah Dara harus terjebak hujan bersama Randi, berdua. Sungguh, ini bukanlah situasi yang di inginkan oleh Dara. Terjebak hujan bersama dengan Randi adalah sebuah kesialan di hidupnya. Lebih baik ia terjebak hujan bersama Kim Mingyu yang sudah terlihat jelas ketampanannya. Daripada harus terjebak dengan orang gila ini.

"Arghh, padahal tadi gue kira nggak bakal hujan, kayak yang lo bilang tadi. Tapi, ini malah hujan, mana deres banget lagi." Randi membuka suara, mencoba mengajak Dara bicara.

"Lo nggak kedinginan, Dar? Baju lo basah loh." Randi menatap Dara, melihat penampilan perempuan di sampingnya. Bajunya sudah basah terkena air hujan.

"Lo pake jaket gue, ya? Biar lo nggak kedinginan, nanti lo jadi sakit." Randi yang akan melepas jaketnya tertahan karena ucapan Dara.

"Nggak usah." Dara menjawab dengan nada ketus. Randi tak menghiraukan tolakan Dara, ia segera melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada tubuh Dara. Dara yang mendapat perlakuan dari Randi tadi sangat terkejut, tapi Randi hanya tersenyum menatap Dara.

"Gue nggak mau lo sakit." Dara hanya diam tak membalas perkataan Randi. "Atau lo juga mau gue peluk?" ucapnya sembari merentangkan tangan. Dara yang awalnya memberikan tampang biasa saja langsung memelototkan matanya pada Randi, sedangkan Randi malah memberikan senyum jahil padanya.

"Jangan modus, ntar gue bunuh lo disini." ancam Dara.

"Uuh, gue takut, jangan bunuh gue dong. Tembak gue dengan cinta lo aja." Randi mengatakan hal itu dengan nada sok ketakutan yang lebih mengarah ke ejekan.

"Lo mau mati sekarang?!" Dara yang akan memukul Randi tertahan, karena lengannya telah dipegang oleh Randi.

"Asal gue mati di pelukan lo, gue rela Dar," ucap Randi dengan lengan Dara yang ia arahkan ke dadanya. Dara menahan napasnya. Pandangan mereka bertemu cukup lama. Kenapa Randi selalu bisa membuat pertahanan Dara goyah. Dan kenapa saat Dara berada di dekat Randi, ia menjadi perempuan yang cerewet? Randi benar-benar memiliki pesona yang tak bisa ditolak.

"Apaan sih, lo?" Dara menarik lengannya dari genggaman Randi.

"Udah baper ya, Dar?" Randi mendekatkan wajahnya pada Dara menunggu jawaban darinya. Dara memang terkejut dengan sikap Randi saat ini, tapi sebisa mungkin ia bersikap normal.

"Nggak."

"Yakin? Kok muka lo merah gitu sih, Dar?" ucap Randi sembari mengulurkan tangannya ke wajah Dara. Untuk yang sekarang Dara benar-benar tidak bisa berbohong, jantungnya berdegup cepat. Tapi apa mungkin Dara akan jatuh pada pesona Randi begitu saja?

"Eh, Dar muka lo tambah merah tahu nggak? Lo sakit ya? Ya udah deh kita pulang sekarang aja ya. Hujannya juga udah reda. Gue nggak mau lo semakin sakit." Randi benar-benar khawatir dengan kondisi Dara, wajahnya bertambah merah.

Lo sebenernya tahu apa emang nggak tahu sih, Ran? Semakin lama gue deket sama lo, semakin jatuh juga gue ke dalam pesona lo.

"Udah pake helmnya? Ayo naik." Untuk kali ini Randi tidak menyuruh Dara berpegangan padanya. Tapi dengan sendirinya tangan Dara melingkari perut Randi. Untuk sesaat Randi benar-benar terkejut.

"Dar....?" panggil Randi.

"Tolong biarin gini dulu, Ran. Cuma sebentar." Dara meminta pada Randi dengan nada yang memohon. Tentu saja Randi tak bisa menolak permintaan Dara.

Randi hanya bisa tersenyum melihat perlakuan Dara. Ingin rasanya waktu berhenti saat itu juga. Randi melajukan motornya membelah jalanan ibukota, dengan Dara yang masih setia memeluknya. Randi pastikan ia yang akan memeluk dan menenangkan Dara nanti. Pasti.

......

YAAYYYYY! AKU COMEBACK AGAIN!! Tapi aku update nya tengah malem. Pasti kalian semua udah pada tidur, ngaku lu pada. Hahaha😂 iya inilah kelanjutan ceritanya...

Wah Dara kenapa nih? Kok main peluk Randi? Beneran Dara udah luluh sama Randi? Eh tapi masa sih? Nah loh bingung kan kalian. Aku pun juga bingung😅

'Hal yang tersulit adalah melupakan sebuah kenangan bukan melupakan seseorang'

Ciyaahhhh ada apa dengan otakku tuhannnn!!!! Ya tapi ada benernya juga lho. Kalo masalah lupain seseorang mah perkara gampang, yang susah itu cuman ngelupain kenangannya doang. Iya, soalnya authornya udah pengalaman😂

Aduh udah lupakan apa yang aku katakan tadi. Sekian. Terimakasih. Vote dan komennya yaa😊
👇
👇
👇

PISCES [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang