Doraemon Aja Lebih Ngerti...

1K 27 0
                                    

Berapa kali gue membahas tentang masalah ini di blog? I lost count and sorry for being repetitive. Because it's actually one of my biggest pet peeves.

Kemarin untuk keratusankalinya salah satu followers gue mempertanyakan apakah gue puasa saat gue lagi di luar Jerman. You might have noticed how sick I am getting the same questions over and over again. The thing is, it's been happening for years since people started knowing me on social media. Sewaktu gue masih pacaran dulu entah ada berapa banyak orang yang nanya kenapa gue pacaran padahal pacaran dalam Islam itu dosa. Entah berapa banyak orang yang nanyain kapan menikah karena menikah adalah penyempurna agama. Selain itu gue suka jadi segan untuk mengunggah foto makan karena pertanyaan halal dan haram pasti dilontarkan. Entah itu sekadar bertanya atau jelas-jelas mendakwahkan gue untuk cuma makan makanan yang ada sertifikasi halalnya. Sering juga mereka mempertanyakan apakah gue sholat karena mereka nggak pernah liat gue sholat both on my videos and IG stories. This time in Ramadan, so many people asked me why I didn't fast when I was traveling somewhere.

Karena gue orang Indonesia, gue bisa mengerti apa yang membuat mereka mempertanyakan ibadah gue. Walaupun sampai kapan pun gue nggak bisa menoleransi kelakuan ini. Buat *sebagian* orang Indonesia, banyak pertanyaan personal yang diperlakukan seperti pertanyaan umum basa-basi. Kapan kawin? Kapan punya anak? Dan kalau kita Muslim, urusan agama kita juga dikorek-korek. Soal agama, alasannya selalu sama. Katanya sesama Muslim harus saling mengingatkan. Alasan paling memuakkan sepanjang masa yang memperlihatkan gimana polosnya Muslim di negara kita.

Bukan berita baru kalau orang Muslim suka langsung menelan ayat bulat-bulat. Di sini gue menyalahkan sistem pendidikan. Selama ini kita terbiasa disuapin, didikte. Apapun sistem kita dalam berkehidupan membuat kita menjadi manusia yang nggak kritis dan nggak bisa mikir berlapis. Buktinya ada banyak orang kita yang nggak tau cara membedakan mana hoax dan berita legit. Di dalam kasus ini, banyak orang kita yang nggak ngerti mana pertanyaan pribadi dan pertanyaan yang pantas dilontarkan. Apalagi dengan justifikasi satu ayat di dalam Quran, mereka merasa mempertanyakan ibadah orang lain itu sah-sah aja.

Nggak usah jauh-jauh ngomongin akhlak. Ketidakmampuan memilah antara kelakuan etis dan tidak dalam bersosialisasi dengan manusia lain itu menjadi wake up call bagi gue pribadi bahwa sebagian dari kita harus direvolusi mentalnya. Cakap bersosialisasi adalah salah satu aspek paling dasar yang harus kita kuasai manusia. Tanpa skill komunikasi kita nggak bisa bertahan di kehidupan sehari-hari. Apalagi mau berkarir. Yet some of us failed to do so.

Karena udah menahan muak yang menahun, gue memutuskan untuk menjawab komen satu netizen tersebut di foto gue.

"Kenapa sih orang-orang banyak banget yang kepo gue puasa apa enggak?"

Pertanyaan simple yang sampai sekarang gue nggak tau jawabannya. Mungkin yang bertanya juga nggak ada tujuan tertentu. Hanya kepo. Hanya ingin tau. Sebagian orang bertanya karena ingin mengukur keimanan gue. Untuk menjustifikasi self image yang ditempelkan orang-orang ke gue bahwa gue adalah Muslim liberal karena kelamaan tinggal di Jerman. *You have no idea how many people talked about my views on religion. Ada yang bilang gue terlalu open minded karena gue merasa aborsi itu urusan yang punya badan. Ada yang bilang gue terlalu open minded karena gue merasa ibadah itu urusan Tuhan dan hambaNya. Entah udah berapa banyak orang yang bilang gue sesat dan kurang ngaji. Ternyata lo bisa di-call out liberal hanya karena lo nggak mau mencampuri urusan personal orang lain. Apparently di ibu pertiwi, lo akan lebih diapresiasi jika lo menjadi tante-tante kepo. Sungguh sederhana sekali pandangan sebagian Muslim akan spektrum spiritual dan kerelijiusan suatu individu.

Ada orang yang bilang karena gue public figure, gue harus mengklarifikasi ibadah gue biar orang lain nggak main ngikutin aja kalau gue nggak puasa. Weird. Ada juga yang bilang dengan gue mengunggah foto atau video makanan dan minuman, gue seakan-akan nggak menghargai orang lain yang sedang berpuasa. Another weird argument. Lo lahir dan besar sebagai Muslim. Yang artinya lo udah terbiasa beribadah puasa sebulan penuh setahun sekali. Tapi sampai sekarang lo masih minta dihargai jika lo lagi berpuasa. Udah bertahun-tahun lo berpuasa, tapi lo masih misuh-misuh kalau ada orang yang makan dan minum. Apalagi lo tinggal di Indonesia yang notabene lo jadi mayoritas dengan segala privilege dan kenyamanan dalam beribadah. Insecure much?

Gita Savitri DeviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang