Pemilik rumah yang tepat berada di kediaman Natalia selama 3 bulan ini sepertinya sudah berhasil menjual rumahnya, pagi ini beberapa orang datang kesana untuk membersihkannya. Jika pemilik rumah yang baru akan pindah kesana, itu berarti petaka bagi Natalia, area yang bisa ia kunjungi akan tinggal di dalam rumah saja, dulu tidak ada satupun orang yang tinggal di area itu kecuali dia dan Kiran, pasalnya memang hanya ada dua rumah di area ini, miliknya dan rumah dengan papan bertuliskan 'DIJUAL' di seberang rumahnya, rumah itu tidak pernah laku selama tiga tahun, tetapi kemarin papan bertuliskan 'DIJUAL' itu sudah di lepas dan hari ini bahkan mereka sudah mulai membereskannya.
Natalia mengintip dari balik jendela rumahnya, "Mengapa juga tiba-tiba ada orang yang pindah kesana?" katanya berbicara di teleponnya.
"Aku dengar ia pemilik rumah yang asli, tetapi keuangannya sedang sulit dan dia harus menjual hampir seluruh propertinya, rumah itu tidak pernah laku jadi mereka putuskan untuk menjual rumah yang mereka tinggali dan pindah kesana," Orang diseberang telepon adalah Kiran, ia sedang berada di minimarket, menyusun minuman kaleng ke dalam kulkas.
"Kenapa timing-nya tidak tepat sekali? Kenapa harus sekarang? Kenapa tidak 6 bulan lagi?" serunya dengan nada kesal.
"Ada pelanggan, aku tutup, ya,"
"Kok dimatiin?" Natali menghentakkan kakinya.
Natalia merebahkan dirinya di atas sofa, ada alasan mengapa dia--seorang artis kenamaan-- tiga bulan ini tinggal disana. Rumah yang ukurannya jika dibandingkan dengan rumah lamanya hanya sebesar kamar tidurnya, rumah yang ruang tamunya adalah ruang makan dan ruang makannya adalah dapurnya juga, rumah dengan 1 kamar yang ukurannya seperti kamar kosan dibagi dua, dan toiletnya yang hanya sebesar satu bilik wc umum. Alasannya karena sesuatu yang sedang hidup di dalam perutnya, bayi. Ada bayi yang sedang tumbuh di rahimnya, salahkan pergaulan bebasnya dahulu, publik belum tau soal kehamilannya, kalau mereka tau habis sudah dirinya di caci maki netizen, ia masih ingin berkarir, jadi ia pindah ke rumah ini, tinggal selama 9 bulan, melahirkan bayinya, dan kembali lagi ke dunia entertainment, setidaknya begitu rencananya. Rumah ini paling baik, waktu itu karena terburu-buru pilihannya hanya ini saja, dia berada di ujung jalan buntu, sampai kira kira 500 m hanya ada rumah ini dan satu rumah tidak berpenghuni tepat di depan rumahnya. Tidak ada yang akan lewat di depan rumahnya kecuali Kiran, jadi tidak akan ada yang melihatnya meskipun ia duduk duduk di teras rumahnya di siang bolong menikmati dunia luarnya selama tiga bulan ini yang kira kira ukurannya hanya 1/8 lapangan tenis itu—entahlah, ia tidak pernah main tenis. Tetapi bagaimana sekarang? Seseorang atau beberapa orang akan tinggal di rumah depan, dia akan punya tetangga atau bahkan beberapa tetangga, yang tentu saja akan mengenalinya.
Di tempatnya bekerja, Kiran berdiri di depan kasir men-scan belanjaan seorang ibu muda yang tengah hamil besar di hadapannya. Ia mau tidak mau jadi kepikiran dengan Natalia, kalau sudah hamil besar begitu tentu saja orang orang pasti akan menyadari kehamilannya, dengan tetangga barunya bagaimana nantinya dia bisa keluar untuk check-up di rumah sakit. Kiran menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
Ia memasukkan belanjaan ibu itu ke dalam kantung plastik, Apa dia perlu pindah rumah?
Ia menerima uang pembayaran ibu itu, Tidak, tidak, mereka tidak punya cukup uang untuk pindah
Sambil menghitung kembalian, ia berfikir lagi, Lagipula pindah kemana? Dia tidak ada waktu untuk mencari rumah baru
Kiran menyerahkan uang kembalian beserta belanjaannya sambil tersenyum dan berkata, "Terima kasih, silahkan pindah rumah," Kiran menepuk dahinya, maksudnya silahkan datang kembali, tetapi yang keluar malah pindah rumah, ibu itu meninggalkan minimarket itu sambil menahan tawa.
Kiran selalu punya hari yang panjang, rutinitasnya setiap hari adalah bekerja, bekerja, bekerja. Dia ahlinya bekerja, setidaknya pekerjaan paruh waktu macam pelayan di restoran cepat saji, kasir minimarket, call in cleaning service dan lain lain. Pekerjaan tetap, tentu dia tidak punya, dengan ijazah SMA sulit sekali mencari pekerjaan sungguhan di zaman sekarang. Kiran sudah cukup puas dengan situasinya saat ini, sebagaimana yang selalu dikatakan ibunya, Hidup yang bahagia itu adalah hidup yang bersyukur. Syukuri saja apa yang ada, kata orang bijak Life is hard. Setidaknya hari ini ia hanya tanpa sadar menyuruh seorang pembeli pindah rumah, hal baiknya wanita itu sangat baik hati dan hanya tertawa kecil, dia doakan semoga ibu itu melahirkan dengan selamat, dan anaknya menjadi anak berbakti yang membanggakan orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Layak Menjadi Protagonis Roman Picisan
RomanceProtagonis dengan kebaikan hati yang tidak terbatas hanya ada di cerita novel saja, begitu pikir Natalia pada awalnya sebelum hidupnya jadi berantakan karena sifatnya yang tidak tau batasan. Ketika ingin mengakhiri hidupnya ia diselamatkan oleh seor...