(2) Selalu ada kebetulan di setiap cerita

21 1 0
                                    


Hidup selalu menghadirkan kejutan setiap harinya. Hari ini kejutan itu datang dalam bentuk dua tetangga barunya, sepasang suami istri yang wajahnya sangat Kiran kenal. Sepasang suami istri itu baru turun dari taksi, yang laki-laki sedang menurunkan koper-koper besar dari bagasi taksi, sementara yang perempuan sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Keduanya tidak menyadari keberadaan Kiran yang berdiri di seberang rumah mereka, yang pertama menyadarinya adalah Rachel, wanita itu terdiam, raut mukanya tidak bisa dibaca, mereka bertatapan beberapa detik sebelum Kiran mengalihkan pandangannya, dalam hati Kiran menimbang-nimbang apa perlu ia menyapa, tetapi langkah kakinya berat menuju kesana, pada akhirnya ia berjalan meninggalkan tempat itu tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Bagi Rachel, tidak ada yang bagus dari rumah baru keluarga kecilnya itu. Rumah ini terlalu menyeramkan, tempatnya sangat terpencil, tidak ada rumah lain kecuali tetangga di seberang rumahnya sejauh mata memandang, bukan hanya rumah, tidak ada apa-apa, tidak ada orang, hanya tanah kosong yang sudah ditumbuhi rumput rumput dan beberapa bangunan yang masih belum selesai dibangun, tetapi bukan itu hal terburuknya, hal terburuknya adalah di rumah barunya yang menyeramkan itu satu satunya tetangga yang ia miliki adalah Kiran, Seorang Kiran Mentari, Anak itu sudah bertahun tahun Rachel tidak pernah melihat batang hidungnya, tetapi tepat pada saat hidupnya sedang susah-susahnya tiba-tiba ia muncul sebagai tetangga barunya.

Sudah seminggu ia pindah kesana, tetapi ia dan Kiran tidak sekalipun pernah bertegur sapa, pertama anak itu terlalu sibuk, ia pergi pagi pagi sekali dan pulang di tengah malam dan Rachel juga bukan orang dengan banyak waktu luang. Ia perlu mencari kerja. Masalah cari kerja ini sampai sekarang ia belum dapat titik terang. Ia tidak punya pengalaman kerja sama sekali, semua lamaran yang ia kirimkan tidak ada satupun yang membalas. Panji sendiri, Rachel bingung apa yang dilakukan suaminya itu. Kalau bulan ini ia tidak ada diantara mereka berdua yang dapat pekerjaan habislah mereka, tidak akan ada lagi yang bisa membuat asap di dapur tetap mengepul.

**

Tempat favorit Panji setelah ia pindah ke rumah barunya adalah emperan mini market tempat Kiran bekerja. Di rumah ia hanya akan kena marah oleh istrinya, disini ia bisa dapat wifi gratisan yang diberi tahu oleh Kiran passwordnya. Meskipun anak itu raut wajahnya selalu masam setiap melihat dia, tapi Panji tau betul kalau Kiran pasti tidak akan sampai hati kepadanya. Beberapa hari ini, makan siangnya selalu terjamin karena ada Kiran disini, paling tidak dia akan menyiramkan mi instan cup untuk dirinya.

Salah satu kelebihan yang dimiliki Panji adalah sifat tebal mukanya. Sifat tebal mukanya terlalu kelebihan sampai lebih cocok disebut tidak tahu diri. Tidak ada spesies homo sapien manapun yang akan dengan percaya diri datang ke mantan kekasihnya yang ia campakkan untuk minta bantuan apapun, apalagi minta makan. Setiap hari kerjanya makan mi instan cup dari mini market tempat Kiran bekerja lalu duduk di emperan sambil main laptop dan ngobrol dengan tukang siomay yang dagang di depan toko. Iya, Panji pernah menjadi pacar Kiran, tetapi jangan salah paham, saat ini Kiran sudah tidak ada perasaan apapun lagi kepada dia. Dia membayarkan ia makan dan membiarkannya menggunakan internet minimarket karena ia kasihan kepadanya. Dia dulu anak orang kaya, dia tidak pernah hidup susah, tiba-tiba jatuh miskin tentu akan berpengaruh terhadap mentalnya, kalau Kiran menekan dan bersikap kasar kepadanya takutnya akan berdampak buruk terhadap dia.

Setidaknya, di tempat kerjanya di kafe yang letaknya berdekatan dengan dengan area perkantoran tidak akan ada Panji, jadi ia tidak perlu melihat mukanya setelah jam 12 siang saat shiftnya sudah selesai di minimarket dan ia lanjut bekerja di kafe ini. Tapi hari ini Kiran malah bertemu Rachel, perempuan itu tidak berani menatapnya. Ia memakai blous biru dengan rok pensil selutut berwarna putih, di tangannya sebelah kiri ia membawa amplop kertas berwarna cokelat, dan disebelah kanan ia menenteng tasnya yang Kiran tau adalah tas branded. Hidup susah pun style tetap harus oke punya. Rachel sudah jelas adalah pekerja kantoran, jika dibandingkan dengan dirinya yang berdiri di belakang kasir menerima orderan, Kiran tau ia tidak ada apa apa. Orang di hadapannya itu meski sekarang sudah jatuh bankrut tetap saja selalu membuat Kiran merasa tidak percaya diri.

"Kamu kerja disini?" Rachel bertanya

"Iya," jawab Kiran

"Oh," jawab Rachel

"Pesan apa?" tanya Kiran

"Iced Americano," jawab Rachel

Rachel sebenarnya agak takut kalau nanti ia ditanya oleh Kiran sedang apa dia disini, dia malu untuk bilang sedang mencari pekerjaan. Selama ini keluarganya—dan dirinya juga—selalu membanggakan bagaimana perempuan di keluarganya tidak bekerja dan hidup dengan nyaman sebagai ibu rumah tangga, tetapi sekarang ia malah kepayahan mencari pekerjaan. Rachel sebenarnya tidak juga berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya mencari pekerjaan, sama seperti panji ia hanya mengirimkan email dari computer, tapi kemarin saat ia menonton TV ia melihat penyelamatnya. Dahulu waktu orang tuanya belum bankrut, ada anak laki-laki yang tinggal di dekat rumahnya, dia lebih tua beberapa tahun, tumbuh bersama mereka akhirnya membangun perasaan antar satu sama lain, mungkin kalau laki-laki itu tidak keluar negeri untuk sekolah, dialah suaminya saat ini. Dia pemilik perusahaan raksasa, yang gedung perkantorannya ada di depan kafe ini. Rachel pikir kalau ia hilir mudik di daerah ini, mereka dapat bertemu secara kebetulan. Sebenarnya memang lebih mudah untuk langsung saja masuk dan membuat janji untuk bertemu, tapi Rachel takut akan malu jika laki-laki itu tidak ingat lagi dengan dia.

**

Natalia sedang menonton TV saat Kiran tiba di rumah,

"Kakak belum tidur?" tanya Kiran

"Belum, aku mau dengar apa yang terjadi," kata Natalia.

Selama ini ia memang sering mengobrol dengan Natalia lewat telepon ketika ia sedang bekerja, tadi ia bercerita kalau Rachel datang lagi untuk keempat kalinya ke kafe tempat Kiran bekerja,

"Hari ini dia datang, lalu duduk di meja yang sama seperti biasanya," Kiran mengingat-ingat kembali, "Satu-satunya yang berbeda hari ini adalah dia memesan espresso,"

"Dia tidak berfikir kamu selingkuh dengan suaminya kan?" Natalia berhenti sesaat sebelum melanjutkan, "Dia mungkin berfikir kau masih ada perasaaan terhadap Panji, jadi dia datang mengawasimu di tempat kerjamu, tapi sebenarnya dia salah tempat karena yang seharusnya ia datangi adalah minimarket dan bukan kafe,"

"Tidak juga, aku pikir kami hanya kebetulan berada di tempat yang sama,"

"Mana ada kebetulan sampai empat kali,"

"Mungkin dia bekerja di sana,"

"Kalau dia bekerja disana tidak mungkin ia duduk disana sejak shift mu baru dimulai sampai shiftmu selesai,"

"Baguslah, setidaknya dia jadi pelanggan reguler kami," tiba tiba ide terlintas di fikiran Kiran, "Mungkin dia hanya sekedar cari wifi gratis saja seperti Panji, selama ini dia hanya pesan minuman yang paling murah, aku yakin dia pasti disana karena ada urusan,"

"Entahlah,"


tbc

Aku Layak Menjadi Protagonis Roman PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang