Kiran tersenyum terhadap wanita berseragam putih di hadapannya, wanita itu seorang perawat rumah sakit, ia akrab dengan Kiran mengingat Kiran sering datang kesana mengunjungi ibunya,
"Darimana saja? sudah lama tidak datang," tanya perempuan itu saat Kiran sudah cukup dekat,
"Ada kabar apa?" tanya Kiran kepada perempuan yang bernama Putri itu,
Putri terdiam, menimbang-nimbang apa yang harus dikatakannya, "Tidak ada kabar buruk," dia menipiskan bibirnya, lalu melanjutkan, "Bagaimana dengan uang mu? Apa sudah cukup untuk operasi Ibumu?"
"Tidak," Kiran melihat sepatunya, lalu mengangkat kembali kepalanya dengan semangat, "Aku pasti bisa mengumpulkan uang,"
Putri tertawa kecil melihat antusiasme Kiran, "Apa masalahnya memangnya sampai uangnya tidak cukup juga, dilihat dari betapa sibuknya kamu sampai tidak datang menjenguk Ibumu seminggu ini, seharusnya uangmu sudah cukup banyak,"
Kiran tersenyum tipis, dia tau maksud Kak Putri adalah bercanda, dan perempuan dihadapannya ini tidak terlalu mengerti dengan situasi dirinya, sehingga tidak tau kata-katanya sedikit banyak melukai hatinya, Kiran memang sibuk bekerja kesana kemari tapi apa daya gajinya tidak seberapa, biaya obat-obatan ibunya sudah cukup mahal, ia juga perlu mengisi perutnya, Natalia memang punya cukup banyak uang tetapi ia berusaha menggunakan uang Natalia seminimal mungkin mengingat perempuan itu tidak punya pendapatan dan kita tidak pernah tau apa yang bisa terjadi selanjutnya.
"Hei," Putri menyadarkan Kiran dari lamunannya,
"Ya, begitulah ada banyak hal,"
Putri menyadari ia telah salah bicara, ia berubah serius, "Kiran, mungkin kita baru kenal, tetapi kamu bisa cerita sama aku kalau kamu ada masalah,"
Kiran tersenyum, "Tidak apa-apa, kalau begitu aku ketemu Ibu dulu ya," Putri mengangguk, dan kiran berlalu dari tempat itu menuju kamar ruang tempat ibunya di rawat.
Ruangan itu seperti kamar rumah sakit lainnya, ada empat ranjang di dalam sana, dua di sisi kanan dari pintu dan dua sisi kirinya, saling berhadapan, Ibu Kinan berbaring di sisi kanan dekat dengan pintu, di sampingnya adalah seorang wanita sekitar pertengahan 50 tahunan mungkin, di depan ranjang ibunya dulunya milik wanita paruh baya lainnya yang sepertinya sudah keluar rumah sakit, di ranjang yang lainnya seorang anak sekolah dasar dan ibunya yang selalu setia mendampinginya tersenyum kepada Kiran, kiran balik tersenyum.
"Kapan boleh keluar dari rumah sakit?" tanya Kiran kepada Ibu muda tersebut,
"Besok sudah boleh keluar," katanya, lalu ia melanjutkan, "Darimana saja? sudah lama tidak datang, Ibu Rosa sudah kangen sekali" tanyanya ke Kiran dengan nada gurau,
"Dia pasti banyak kerjaan, mencarikan ibunya uang rumah sakit, biasa lah anak berbakti," Ibunya menjawab mewakili Kiran, wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Kiran,
Ibu muda itu tersenyum ke arah Kiran dan Ibunya sebelum kembali fokus dengan urusannya menyuapi anaknya,
Kiran duduk di kursi samping ranjang Ibunya, "Maaf, Kiran baru datang lagi,"
"Tidak apa-apa, yang penting kamu istirahat yang cukup,"
"Iya, iya, aku istirahat kok,"
"Mana ada? Natalia bilang ke Ibu kamu kerja sampai larut malam," dia terdiam sebelum melanjutkan, "Hati-hati kamu pulang malam, diluar sana banyak orang jahat kita tidak tau pokoknya ibu tidak mau kamu keluar mal..," ucapannya terhenti oleh kiran, "Iya, iya, iya,"
"Kamu ini!" Ibu Rosa mencubit perut kiran pelan,
Kiran tertawa kecil, "Kak Natalia betul-betul yah, kapan ibu bicara sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Layak Menjadi Protagonis Roman Picisan
RomanceProtagonis dengan kebaikan hati yang tidak terbatas hanya ada di cerita novel saja, begitu pikir Natalia pada awalnya sebelum hidupnya jadi berantakan karena sifatnya yang tidak tau batasan. Ketika ingin mengakhiri hidupnya ia diselamatkan oleh seor...