8

79 7 0
                                    

"Ikut gue!!."

Seseorang pria menarik lengan Ira, membawa Ira keruang UKS sekolah.
Ira sudah memberontak tak mau orang itu menyentuhnya tetapi pria itu terus menarik paksa dirinya.

"Kenapa gak lo lawan?"
Tanya pria itu sembari mencari kotak P3K untuk mengobati sedikit memar diwajah Ira.

"Emangnya kenapa?"
Tanya Ira,Ira terus saja menjaga jarak dengan pria yang berpenampilan tak baik untuk para pelajar.

"Ya lo lawanlah!,jangan mau ditindas kayak gini."
Ucap pria itu,dengan sedikit rasa kesal.

"Kamu kak Arsya kan?" Tanya Ira kepada pria yang berada tak jauh darinya, pria itu pun hanya menganggukkan kepalanya memang benar ia adalah Arsya Ghani Al-Rasyid pria yang setiap bertemu Ira akan menimbulkan masalah dan jangan lupa ia mendapat kekerasan dikarenakan Arsya pula.

"Kata papa,Ira gak boleh memperlihatkan keahlian Ira dalam bela diri. Lalu,Kak Arsya bilang Ira harus melawan?
Ira tidak bisa. Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan,Rasulullah dulu ketika sedang hijrah bukan keramah
tamah-an yang didapatkan dari penduduk sekitar melainkan umpatan bahkan yang lebih menyakitkan yaitu dilempari kotoran unta. Bisa dibayangkan betapa besarnya rasa sabar Rasulullah itu seperti apa sedangkan aku,aku bukan hamba yang terlalu taat kepada Allah lalu dengan seenaknya aku membalas perbuatan mereka kepadaku?
Sudah,biar Allah saja yang membalas apa yang mereka lakukan teradap Ira."
Ira tampak tenang saat mengucapkan hal itu pada Arsya yang Ira panggil dengan sebutan "Kak", Ira tahu Arsya kelas 12 Acha pernah menceritakannya.

Sepertinya Acha harus masuk kedunia inteligent karena ia serba tahu dan jangan lupa Acha tempat pengumpulan informasi tercepat,padat dan akurat.

Hidup Acha!

******************************

Setelah bel berbuyi menandakan seluruh siswa dan siswi untuk kembali kerumahnya masing-masing. Namun,Ira,Hana dan Acha memilih untuk melaksanakan sholat dimasjid sekolah karena setelah itu Hana dan Acha akan mempersiapkan Event besar yang diadakan oleh Rohis pada hari Senin esok.

Ira memang belum masuk rohis disekolah barunya karena ia masih disibukkan dengan kegiatan lain dirumahnya,seperti latihan bela diri dengan Ayah Faiz dan Abang Fajri mungkin ia akan segera mendaftarkan diri lewat Hana.

"Ira,kamu mau langsung pulang?"
Tanya Hana,saat ini mereka tengah duduk diteras masjid seperti biasa setelah pulang sekolah mereka tak langsung pulang melainkan duduk bersama dengan berbincang-bincang santai.

"Iya,yasudah Ira duluan ya Hana,Acha?"
Ira mengambil tasnya yang berada diloker dekat teras masjid.

"Dek?tolongin kakak dong.?"
Seorang perempuan memakai hijab panjang sama sepertinya yang ia ketahui ia adalah Kak Shafiya sekretaris rohis.

"Hmm...tolongin apa kak?"
Tanya Ira,sepertinya niat ingin pulang ia urungkan.

"Kamu buru-buru gak?"
Tanya gadis itu.

"Sebenarnya ingin pulang,tetapi kalau kakak membutuhkan pertolongan gak papa kok,kak."
Jawab Ira,ia kembali menaruh tasnya diloker masjid ia suka membantu. Kata umi kita akan mendapatkan pahala kalau kita meringankan beban orang lain, dan insyaallah jika kita membantu orang lain dilain waktu jika kita dalam keadaan susah orang lain akan membantu.

"Afwan ya dek,bisa tolong kakak antarkan surat undangan ini kesekolah lain? Saya harus ada yang dikerjakan,anggota lain juga sedang sibuk mempersiapkan acara, boleh ya?
Gadis itu memberikan Dua belas amplop berwarna putih kepada Ira,melihat itu Ira hanya dapat mengedipkan matanya beberapa kali,sebanyak itukah?.

"Kak,itu satu sekolah satu amplop?"
Tanya Ira memastikan.

"Iya,ini sudah ada nama-nama sekolahnya kok."
Shafiya mengangguk mantap, berbeda dengan Ira yang menatap amplop itu dengan tatapan horor.

MAAF,AKU TELAH MENYUKAIMU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang