Seperti hari-hari bisanya, Zeno melakukan kebiasaan sejak kecilnya itu.
Tepat pukul 06:00 pagi, Zeno pergi ke kamar Kawaila—sang kakak—untuk membangunkannya. Hanya saja hari ini sedikit berbeda. Zeno merasa hatinya berdebar sangat kencang saat ingin memasuki kamar kakaknya, seperti layaknya seorang pria memasuki kamar seorang wanita yang mereka cintai.
Setelah membuka pintu dengan perlahan, Zenopun segera berjalan ke arah ranjang Kawaila yang berada tepat di pojok ruangan, tapi dengan sedikit lebih lambat dari biasanya.
"kak, bangun. ayo sarapan", ucap Zeno dengan lembut sambil sedikit menggoncangkan badan Kawaila.
Kawaila hanya menggerakkan sedikit tubuhnya dan melanjutkan tidurnya yang pulas.
"kak Ila, bangun. Ntar kakak enggak sempat makan, trus telat lagi ke kampusnya. kakak.."
"hmmm..", Kawaila hanya bergumam dan terus melanjutkan kegiatannya.
Zeno yang tau kalau Kawaila sangat kelelahan semalam, membiarkan Kawaila tetap tertidur setelah mencoba membangunkannya 2 kali.
Zenopun akhirnya berdiri lalu berjalan ke bagian tempat tidur dimana wajah Kawaila mengarah.
Berlutut di lantai agar sejajar dengan posisi Kawaila, melipat kedua tangannya di atas kasur dan menumpukan wajahnya di atas kedua tangannya sambil memandang erat wajah mungil Kawaila dengan hati yang berdebar-debar.
"apa-apaan ini?"
tiba-tiba mata Kawaila terbuka perlahan dan tubuhnyapun bergerak. Dengan spontan Zeno langsung mengelus-elus kepala Kawaila untuk membuatnya tertidur kembali.
Kawaila yang sudah setengah sadar, mengangkat tangannya lalu meletakkannya tepat di atas tangan Zeno yang kemudian digenggamnya hingga membuat Zeno berhenti mengelus kepalanya.
Ditariknya tangan Zeno dan diletakkannya di atas tempat tidur. Diangkatnya kepalanya dan digesernya agar berada tepat sejajar dengan tangan Zeno. Kemudian ditimpahkannya pipinya di atas telapak tangan Zeno.
Zeno makin membeku dan jantungnya terasa berdebar kencang dan semakin kencang.
Kawaila yang melihat Zeno hanya diam dan tak bergerakpun membuatnya ingin menjahili Zeno.
"HAHAHAHAHA Geli kakak, geli!", Zeno berteriak dan langsung menarik tangannya yang ditimpah dengan pipi Kawaila karena Kawaila menekan pipinya dengan lidah dan menggerakkannya yang membuat geli di telapak tangan Zeno.
"Hehehe adek sih, siapa suruh bengong".
"Ze.. Zeno gak bengong, Zeno tuh mau bangunin kakak malahan".
"Hmm ahh masa iya sih?", rayu Kawaila.
"Zeno keluar deluan deh, kak. Kak Ila pergi cuci muka dulu, habis tuh langsung turun biar kita makan bareng", elak Zeno sambil berjalan meninggalkan kamar Kawaila.
"Hehehe siap kapten", goda Kawaila.
Dengan rasa kantuknya yang masih melanda, Kawaila berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan bahkan seluruh tubuhnya. Memilih dan memakai pakaian yang sudah dia pilih, serta memoles wajahnya sedikit dengan make up.
Sudah selesai merapikan semua, Kawaila segera turun ke bawah.
Saat itu Kawaila memakai baju kodok panjang hingga ke mata kaki dan kaos putih bermotif polkadot orange kecil-kecil. Menyandang tas tote bag berwarna hitam dan membawa kaos kaki hitam polos di tangan kirinya.
Menuju ruang makan dengan hati yang riang gembira, membuatnya berjalan sambil sedikit berloncat-loncat.
"Zeeenooo, ayo makan. Kakak dah selesai siap-siap nih", Kawaila segera mendudukkan dirinya di kursi makan yang menghadap ke dapur sambil memanggil Zeno.
Zeno berbalik arah, melihat ke arah Kawaila. Merasa Kawaila sangat cantik hari ini, Zeno hanya terdiam tanpa membalas ucapan Kawaila.
"Zeno, dek, dek, Zenooo", panggil Kawaila yang sudah duduk di kursi makan yang merasa aneh karena Zeno belum juga duduk untuk memulai makan mereka.
"Ahh, iya kak?."
"Duduk dong Zeno, kenapa berdiri terus?, Zeno gak mau makan?".
"Ehh iya ya, kenapa Zeno malah berdiri ya?", tanya Zeno kepada dirinya sendiri.
Kawaila hanya tertawa kecil dan kemudian Zeno segera duduk tepat di seberang Kawaila.
Hanya memakan waktu 20 menit, semua makanan yang tersedia di meja makan, habis dilahap oleh kedua orang itu.
"kakak berangkat deluan ya Zeno. kakak ada kelas jam setengah 9".
"iya kak, hati-hati di jalan ya. Oh iya kak, ingat ya, jangan dekat-dekat sama cowok itu".
"hehe iya iya, dasar Zeno cerewet", jawab Kawaila sambil sedikit mengejek Zeno.
"kakakkkk", balas Zeno sedikit kesal.
Kawaila hanya menjulurkan lidahnya tanda mengejek dan berlari keluar melewati pintu dengan tas disandangnya di bahu kiri juga kunci mobil di tangan kanannya.
Zeno hanya menghembuskan nafas pelan sambil tersenyum tipis ke arah pintu yang dilewati Kawaila.
Zeno sedang siap-siap untuk membersihkan piring-piring di meja makan yang dikejutkan dengan kembalinya Kawaila ke rumah.
Dia membuka pintu rumah kasar, lalu berlari kearah Zeno dan memeluknya, membuat Zeno lagi-lagi diam membeku.
Kawaila melepaskan pelukannya dan menatap Zeno dengan sedikit mendongak ke atas karena tubuh Zeno yang lebih tinggi dari Kawaila.
Kawaila tersenyum tipis menatap Zeno, kemudian Kawaila merangkul leher Zeno dan menariknya agar wajahnya dengan Zeno memiliki jarak yang dekat.
cuppp
Sebuah kecupanpun diletakkan Kawaila di kening Zeno.
"Dahhh Zeno", ucap Kawaila sambil melambaikan tangannya di wajah Zeno sebelum akhirnya ia berlari lagi keluar rumah.
"Jantung, jantung, jantung!! Berhentilah berdetak :")" -Zeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER COMPLEX?
Teen Fiction"Kakaaaak... jangan tinggalin aku :"( ". -Zeno Ney "Hahaha kakak gak kemana-mana loh dek, cuma ke dapur aja mau ambil minum". -Kawaila Ney #19 in sistercomplex [12/07/2000]