Hatinya kerap terluka. Dia sering disakiti. Luka itu sampai membakas dan sulit mengering. Dia patah lagi, pada akhirnya, luka itu semakin menambah rasa luar biasa pada hati. Dia terus dikhianati. Namun, lagi-lagi dia mampu memaafkan. Dia mampu menerima. Tak bisa dipungkiri, semua itu karena dia masih sayang. Tapi, rasa perih itu semakin lama semakin menyiksa dirinya. Hatinya dibuat rapuh sehingga dia sulit untuk menerima sepotong hati yang baru. Dia enggak tau, akhirnya dia dengan siapa. Dan dia juga enggak ngerti, apakah akhir ceritanya bersama orang yang selama ini telah menyakitinya.
***
Gadis itu terus menangis, dia memungut pecahan beling yang berserakan di lantai. Dia memecahkan album foto bersama sosok yang telah menyakitinya. Tangannya berdarah, tapi tak dirasanya. Katanya, terkena beling itu tidak sakit. Sebab, rasanya jauh lebih sakit ketika dikhianati oleh seseorang yang kita sayang. Sepiring nasi yang berisi lauk pauk lengkap tak disentuh sama sekali. Notivikasi pesan masuk serta panggilan tak terjawab dari sahabatnya; dihiraukan. Kelopak mata itu semakin membengkak, raut wajah yang cantik kini berubah menjadi sembab dan memerah karena menangis seharian.
Kaki jenjang itu berjalan gontai menuju tempat tidur berukuran mini. Tubuhnya yang mungil hampir tak mampu menjaga keseimbangan. Tangannya bergetar hebat, dia berusaha meraih benda mungil berwarna putih tulang yang sejak tadi terdampar di tempat tidur. Akhirnya, benda pipih itu disentuh juga. Diusapnya layar persegi panjang itu kemudian dia membalas salah satu pesan masuk dari sahabatnya.
Kynaya :
Gue udah berusaha ngelupain dia, tapi kenapa bayangannya terus ada di pikiran gue. Gue capek kayak gini, Ann. Semakin gue ngelupain dia, semakin kenangan itu terus menerus menghantui gue. Gue sampe enggak bisa makan, gue sakit mikiri masalah ini, Ann.
Butiran bening itu semakin lama semakin menderas dan membasahi pipinya. Tubuh mungil itu akhirnya ambruk dan terduduk lemas di lantai. Gadis itu menekuk kedua lututnya dengan posisi menyender di sisi tempat tidur. Dia menggigit bibir bawahnya yang berwarna merah muda. Sementara, darah segar berwarna merah pekat masih menetes dan mengotori lantai kamarnya. Gadis itu membiarkan lukanya sampai darah itu mengering dengan sendirinya.
Sebenarnya, ini sudah ketiga kalinya dia dikhianati. Janji yang berulang kali dia terima, kini malah diingkari lagi. Sudah terlalu sering gadis itu mendapat luka. Hatinya itu sudah seperti tempat luka berpulang, sejauh apa pun dia menghindar, maka luka akan terus mengikutinya. Dia juga sudah muak dengan air mata. Ingin rasanya dia pergi jauh dan meninggalkan masalah, tapi sejauh apa pun dia pergi maka masalah itu akan terus mengikutinya.
"Aaaa sakit, sakit," teriaknya histeris.
Gadis yang dulunya berambisi, kini berubah menjadi frustasi. Karena luka, dia harus menanggung setiap yang namanya derita. Sesekali dia menjambak rambutnya. Dia merasa bahwa dirinya ini bodoh; menerima seseorang yang jelas-jelas selalu menyakiti hatinya. Saat dia melihat tangannya yang bergetar hebat, dia menangis lagi. Kini tangisannya semakin pecah. Rasa sakitnya begitu lengkap. Miris sekali; gadis itu benar-benar menderita.
Sebenarnya, Tuhan itu punya rencana apa? Apakah memang mereka ditakdirkan untuk bersama, atau sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
KYNAYA
RomanceKYNAYA . . Gadis yang terluka karena setia, dia mampu memaafkan meski selalu dikecewakan. Apakah sebenarnya dia masih sayang? Atau, terlalu bodoh sehingga mudah dipermainkan? Ada banyak pertanyaan yang harus dipecahkan. Serta, ada banyak puzzle ya...