Baikan

31 8 0
                                    

Halo semuanya. Bagaimana? Udah baca prolog dan Bab 1 kan? Gimana? Gimana? Masih penasaran kan? Tenang, tenang. Malam ini update lagi. Maaf kalau udah nunggu lama. 😕
.
.
Jangan lupa vote, komen, dan bantu share ya.
.
.
“Saat hati sudah mulai memaafkan, maka jangan ada hati lagi yang menyakiti. Sebab, untuk memulihkan hati dari luka, itu teramat sulit.”

“Biar aku yang terluka, Ky. Biar kesakitan ini semakin lengkap. Biar kamu puas.” Akhirnya Hendrix angkat bicara.

Kynaya merampas silet yang dipegang Hendrix, lalu mencampak benda tajam itu ke sembarang tempat. Air matanya menetes ketika melihat darah segar mengalir dan jatuh ke lantai. Kynaya beranjak mengambil kotak obat untuk mengobati lengan Hendrix yang terluka. Tangan mungil itu perlahan membalut perban ke bagian lengan yang tergores. Untunglah sayatan itu tidak terlalu parah, hanya ada beberapa goresan sehingga mudah untuk diobati.

“Aku sayang sama kamu, aku janji enggak akan mengulangi kesalahan ini lagi. Aku enggak mau melihat kamu terluka seperti ini,” ucap gadis itu masih dengan isak tangis yang tiada henti. Dia memeluk tubuh kekar itu dengan erat.

“Aku sebenarnya juga sayang sama kamu, Ky. Tapi kamu tahu sendiri gimana rasanya kalau lihat orang yang kamu sayang tiba-tiba jalan sama cwo lain. Tapi, ya sudah. Aku maafin, tapi janji jangan diulangi lagi ya.” Perlahan, Hendrix melepas pelukan Kynaya. Tangan kekar itu akhirnya menyeka air mata yang sejak tadi menetes di pipi Kynaya.

“Tapi, kita enggak putus kan.”

“Enggak, Sayang.” Hendrix mengelus puncak kepala Kynaya yang terbalut oleh hijab.

Gadis itu akhirnya bisa tersenyum.

***
“Kynaya enggak masuk?” tanya Fify.

“Enggak tau, mungkin telat kali,” jawab Anna dengan tangan yang masih menyalin catatan yang ada di papan tulis.

“Muka lo kenapa Fy? Kok murung gitu?” tanya Syahna penasaran.

Fify menutup buku catatannya. “Gue merasa udah bosan sama Aria,” ucapnya pelan agar dosen di depan tak mendengar.

Mata Anna dan Syahna terbelalak bersamaan, aktivitas mereka terhenti saat mendengar ucapan sahabatnya yang tidak masuk akal. “Maksud lo?” tanya Anna tak percaya dengan ucapan Fify.

“Iya, gue merasa kalau Aria ngedukuni gue, entah kenapa gue merasa udah engga ada perasaan lagi sama dia. Dan kalian tahu kan kalau gue sering berantem sama Aria karena dia selalu ngelarang dan ngekang gue untuk pergi ke mana pun meski sama kalian.”

Memang benar, sejak mereka berteman, Fify yang paling susah untuk diajak jalan atau sekedar nongkrong. Aria memang overprotektif dan tempramental. Tapi, apa mungkin Aria sampe ngedukuni Fify? Masih zamankah saat ini yang namanya guna-guna?

“Lo serius? Jangan asal deh kalau ngomong.” Masih tak percaya, Syahna menggeleng saat mendengar pernyataan Fify.

“Iya gue serius, tadi gue abis dari rumahnya Aria dan saat ini gue lagi berantem sama dia. Gue denger pembicaraan dia sama nyokapnya. Dan dia bilang dia udah ngedukuni gue supaya gue selalu nurut sama dia. Kalian tau? Saat denger pembicaraan Aria sama nyokapnya itu, gue teriak. Aria denger teriakan gue. Terus dia marah. Gue langsung pergi. Tapi, tas gue masih di rumahnya, kalian liat apa gue bawa tas? Ini aja gue minjem buku catatan lo kan, Ann.” Dengan raut wajah serius bercampur takut, Fify menjelaskan.

KYNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang