t i g a b e l a s

5.6K 244 2
                                    

"Gue udah izin sama daddy lo kalau kita jalan-jalan dulu." Devon menggenggam erat tangan Vanya. Devon mengajak Vanya berjalan kaki memutari taman.

Vanya mengangguk."Oke,kalau gitu aku gak khawatir dimarahin."

Devon membawa Vanya duduk di bangku taman yang berdekatan dengan kolam air mancur. Devon memandang wajah Vanya dari samping. Cantik.

"Mau es krim gak?" tanya Devon memecah keheningan.

Vanya cepat-cepat menoleh."Boleh deh. Coklat aja ya."

"Oke. Tunggu,jalan pergi dari sini. Kedai es krimnya gak jauh kok. Kalau ada cowok deketin kamu bilang udah punya pacar." Devon berjalan meninggalkan Vanya yang tertawa.

Vanya menggelengkan kepalanya heran. Posesif,pemaksa,romantis,suka ganti-ganti sifat Devon.

"Kak." panggilan anak kecil dari samping Vanya membuat gadis itu melihat ke kiri,dan menemukan seorang bocah laki-laki yang dekil,bajunya juga sudah robek-robek.

"Kenapa dek?" Vanya berjongkok di depan anak laki-laki itu.

"Saya minta uang,boleh?" tanya anak kecil itu pelan,dan menunduk.

"Buat apa?Adek emangnya gak punya uang?" tanya Vanya halus. Tangan Vanya bergerak merapikan rambut anak kecil itu yang berantakan.

"Gak punya kak. Ibu saya sakit,saya pengen beli obat tapi gak bisa. Saya udah minta ke orang-orang di sini,tapi gak ada yang mau kasih. Hiks..ibu saya butuh obat kak. Hiks.."

"Rumah adek di mana?"

"Saya gak punya rumah kak. Ibu saya ada di di gerobak itu!" bocah laki-laki itu menunjuk gerobak penuh kardus yang di tepi jalan.

"Ya udah,adek jangan nangis ya. Tunggu pacar kakak sebentar aja,nanti kita bawa ibu adek ke rumah sakit aja." Vanya mencubit pipi bocah itu. Sangat menggemaskan.

"Van,ini udah aku bawain es kri—loh,siapa?" Devon datang dengan lima  cup es krim di dalam kantung kresek.

"Nah dek,kenalin dia kak Devon. Pacar kakak." Bocah itu hanya memandang polos Devon. Devon mengangkat sebelah alisnya.

"Nama kamu siapa dek?" tanya Vanya kepada bocah laki-laki yang berumur sekitar 8 tahun.

"Dimas,kak." pelan Dimas.

"Kak Devon,ayo kita anterin ibunya ke rumah sakit biar diperiksa dokter sekalian biar di kasih obat yang bagus." ucap Vanya memelas kepada Devon.

"Kenapa?" tanya Devon tanpa ekspresi.

"Dia minta uang buat beli obat ibunya,kak. Kasian. Ibunya sakit,itu ibunya di gerobak."

Tatapan Devon berubah. Ibu? Devon tidak tega kalau sudah mendengar kata 'ibu'. Mamanya sudah tidak ada,dan Devon sangat rindu.

"Ayo. Pesen taksi." ucap Devon. Devon bergegas cepat menuju gerobak  itu,dan mendorongnya ke tempat biasanya taksi berhenti.

Rumah Sakit

"Dok,tolong periksa ibu anak ini ya dok."

Dokter bernama Gunawan itu mengangguk."Saya akan memeriksanya terlebih dahulu."

Raut wajah khawatir Dimas membuat Devon mengingat masa kecilnya dengan sang mama. Devon mengelus punggung Dimas pelan.

"Ibu lo gak bakalan kenapa-kenapa." tetap datar,namun ada sedikit kekhawatiran di wajahnya.

Gunawan keluar dari ruang periksa.

"Gimana dok?" tanya Devon dan Vanya bersamaan.

"Ibu saya sakit apa dok?" tanya Dimas mendesak.

"Ibu adek tidak apa-apa kok,hanya stres mungkin." jelas dokter Gunawan. Semuanya bernapas lega.

"Jadi,gak perlu di rawat?" tanya Vanya.

"Tidak perlu. Sebaiknya ibu dek Dimas istirahat terlebih dahulu."

"Kak Vanya,kak Devon, terimakasih." Dimas hendak berlutut di bawah Vanya dan Devon,dengan cepat Devon menggendong bocah itu.

"Karena lo,gue ingat mama gue,Dim."

•••

"Yaahh,meleleh." Vanya mengangkat plastik kresek berisi lima cup es krim yang sudah meleleh dengan tatapan nanar.

Devon terkekeh."Beli lagi,lah."

"Ya udah,beliin lagi ya?" Vanya menyatukan telapak tangannya.

"Iya iya,gemesin banget sih." Devon menyentil jidat Vanya gemas membuat cewek itu memandangnya sinis.

"Nyebelin!" sungut Vanya.

"Kamu tunggu di motor dulu,aku ke kedai es krim lagi. Deket kok,di situ." Devon menunjuk arah kedai es krim yang dekat rumah sakit. Dimas dan ibunya sudah pulang.

"Hm." ketus Vanya.

"Jangan ngambek,sayang." Devon mengacak-acak rambut Vanya,lalu berlari mencarikan es krim untuk Vanya. Untuk Vanya,Devon akan melakukan apa saja.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan Vanya. Awalnya Vanya hanya acuh,tapi lama-kelamaan Vanya takut saat pintu mobil itu mulai terbuka.

Dua orang keluar dari pintu kanan dan kiri.

"Lepasin gue!Lepasin!Siapapun tolong!" teriak Vanya saat dua orang berbaju hitam menyeretnya ke mobil di tepi jalan.

^^^^^^

Masih minat kah anda dengan cerita saya?

Next or tidak?

Maaf banyak typo dan gak jelas banget nih cerita. Babayyy see you zeyeng♥️😂

devanya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang