t u j u h b e l a s (bonchap2)

6.9K 251 21
                                    


"Sekarang kamu makan,aku udah bawain makanan dari rumah. Aku yakin kamu pasti gak mau makan makanan di sini." Vanya mengangkat sendok berisi bubur buatannya sendiri.

Devon tersenyum,lalu membuka mulutnya. Sudah seminggu ini Devon di rawat. Devon belum boleh pulang sampai benar-benar pulih.

"Enak buatan kamu." puji Devon sembari mengunyah bubur. Vanya hanya tersenyum,lalu menyuapi Devon lagi.

Kreaakk...

Pintu ruangan terbuka. Itu ada Jonathan,Ali,Deby,dan Venus. Deby membawa tak plastik berisi buah-buahan.

"Baikan lo?" tanya Jonathan kepada Devon. Jonathan dan Ali duduk di sofa yang ada di sana.

Devon mengangguk."Baikan, daripada kemarin dada gue sakit banget."

"Lo sih gerak mulu." cibir Jonathan."Makanya diam aja,udah enak berbaring dibesuk orang banyak. Ngapain pengen jalan-jalan ke taman segala."

Memang,kemarin Devon merengek ke Vanya minta jalan-jalan di taman belakang rumah sakit. Alhasil,karena Devon kebanyakan gerak dadanya menjadi sakit. Untung peluru waktu itu tidak mengenai jantungnya.

"Iya gue salah." ngalah Devon.

"Nih,gue sama Jonathan bawain buah buat lo. Makan ya?" Deby menaruh buah-buahan itu di atas meja dekat brankar.

"Makasih Deb,Jo." ucap Devon terharu. Devon yang tadinya berbaring,berganti posisi dengan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.

"Maaf nih,gue jadi malu gak bawa apa-apa." ucap Ali dengan raut wajah malunya.

Devan menyergitkan alisnya."Gue gak maksa. Lo datang aja gue seneng."

Vanya mengangguk menyetujui perkataan Devon.

"Hahaha. Lo sekarang banyak bicara semenjak pacaran sama Vanya ya Von?" goda Jonathan membuat yang lainnya tertawa sedangkan Vanya wajahnya memerah seperti tomat.

Devon mengangguk."Ya gitulah."

"Nih makan buahnya kak,biar cepet sembuh. Udah aku kupas kok. Aaaa." ucap Vanya lembut,Devon membuka mulutnya dan segera mengunyah apel merah dari Deby dan Jonathan.

"Assalamualaikum." Fino membuka pintu ruangan dan kembali menutupnya. Dia tidak sendirian. Di sampingnya ada seorang gadis berkacamata besar.

"Waalaikumsalam." jawab semuanya.

"Fin,siapa tuh?" tanya Jonathan kepo.

Fino melempar senyumnya kepada Jonathan,mungkin ke semua."Kenalin,dia Dista,pacar gue."

"What?!" kaget semuanya kecuali Vanya. Karena Vanya tidak masalah kalau Fino seorang ketua OSIS berpacaran dengan nerd.

"Jadi,udah gak suka sama pacar gue?" tanya Devon mengerutkan keningnya,dan berniat bercanda.

"Gak lah,gue udah ada Dista." Fino merangkul bahu Dista sedangkan Dista hanya diam,dan menaikan kacamatanya yang sedikit melorot.

"Sob,bukan tempat pacaran." tegur Ali malas. Fino cengengesan lalu melepas rangkulannya.

"Ekhem. I—ini kak dari kita." Dista memberikan bingkisan kepada Vanya.

"Lah,napa ke gue?" tanya Vanya bingung.

"Itu tanda maaf gue karena...apa ya? Berusaha maksa lo jatuh cinta sama gue,mungkin." ucap Fino sembari mengangkat bahunya.

"Wow coklat!" sorak Vanya gembira saat melihat banyak coklat di dalam kresek itu.

"Wow gue diabaikan!" Devon ikut bersorak membuat yang lain tertawa.

"Cemburu kok sama coklat." kekeh Ali.

devanya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang