"Lo pernah denger gak sih pribahasa witing tresno jalaran soko kulino?" tanya Hisa yang sontak membuat kedua temannya melayangkan tatapan heran.
"Pernah, tapi gue lupa artinya."
"Witing tresno jalaran soko kulino, artinya cinta itu berawal dari terbiasa," Hisa memberi jeda sejenak pada perkataanya, "dan sekarang gue terbiasa sama dia," lanjutnya dengan tatapan lurus ke depan.
Eza mulai mengedarkan pandangannya, melihat objek yang sedari tadi diamati oleh netra tajam Hisa.
"Dia yang lo maksud?" Dagunya sedikit terangkat untuk menunjuk seseorang yang sedang berjalan sendirian di tepi lapangan basket. "Serius? Lo suka sama Angel?" tanya Eza heran.
"Kata siapa gue suka sama dia? Gue kan cuma bilang kalau sekarang gue terbiasa. Gue terbiasa denger namanya."
"Terus maksud lo tiba-tiba nanyain pribahasa tadi apa? Secara gak langsung, lo bermaksud ngomong kalau lo suka sama dia, lo beneran jatuh cinta sama Angel?" Farrel menarik kesimpulan dari penuturan Hisa tadi.
"Masa sih?" tanya Hisa.
Nggak logis aja sih, cuma karena namanya sering diteriakin pas gue lewat di depan kelasnya, terus dengan gampangnya gue bisa jatuh cinta gitu? Hati gue nggak se-easy itu juga kali. Batinnya tak setuju dengan apa yang baru saja Farrel katakan.
Hisa tidak tau persis bagaimana perasaannya saat ini.
Dan kenapa cewek-cewek kelas sepuluh ips satu akan mulai meneriakkan nama 'Angel' ketika ia lewat di depan kelas mereka? Ia merasa tak ada hubungannya dengan cewek bernama Angel itu. Bahkan pada awalnya dia tidak pernah tau siapa itu Angel.
Muncul dua asumsi di benaknya. Apakah para adek kelas itu bermaksud meledeknya atau karena cewek yang bernama Angel memang menyukai dirinya?
Frustasi.
Hisa mengacak rambutnya kasar. Kenapa juga tiba-tiba gue nanyain ini sama mereka berdua! I don't even know what am I thinking about right now.