Chapter 3
"kemana Saso-nii?" tanyaku kepada Rai yang menunggu makan malam dimeja makan.
"Saso-nii pergi" aku mengangguk sekilas lalu melangkah ke dapur untuk membantu Kaa-san.
Selesai makan dan membantu Ibu mencuci piring, aku diminta Rai untuk membantu mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh gurunya. Selesainya mengerjakkan tugas, Rai main dengan mainannya, aku menonton televisi disebalahnya. Tak berapa lama Ibu datang membawakan camilan juga ocha.
"terima kasih Kaa-san" aku tersenyum kepada Ibu.
"sama-sama Sakura, tidak belajar?" aku hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandanganku dari televisi.
"bulan depan kakakmu akan menikah"
"dengan pacarnya yang di Tokyo?" pandanganku masih fokus dengan televisi dan camilan yanga ku pegang.
"dengan Hana" ucapan Ibuku membuat aku menolehkan pandanganku dari televisi.
"Inuzuka Hana?" Ibu menjawab dengan anggukan.
"ah.. ternyata ini tujuan dia pulang? Untuk menjemput pacarnya? Cih.. seharusnya aku menduga dari awal" ku taruh camilanku lalu segera berdiri.
"Sakura, tidak seperti itu Nak!"
"lalu seperti apa? Seperti dia akan meninggalkan kita lagi?" aku menyahut ucapan Ibu cepat dan agak meninggikan suaraku.
"duduklah! Kaa-san akan menjelaskan sesuatu" aku tidak langsung menuruti ucapan Ibu, lama aku memandangnya. Aku menghela napas lalu duduk kembali ke tempat awal, mematikan televisi lalu mendengarkan Ibu dengan seksama.
“Sasori punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkannya di Tokyo, Sasori berencana mengajak kita sekeluarga tinggal di Tokyo setelah kau lulus SMU“
“Kaa-san menerima tawarannya?“ Ibu tersenyum meneduhkan.
“Kaa-san tidak bisa jauh dari tempat kelahiran Kaa-san, sebaiknya kau saja yang kesana! Mencari pekerjaan“ aku menundukkan kepalaku. Memang dari dulu aku ingin mencari pekerjaan di Tokyo di kota metropolitan tersebut. Seperti adu nasib mungkin.
"Kaa-san dan Rai akan baik-baik saja, kejarlah impianmu!" aku memandang Ibu yang tengah tersenyum meyakinkan.
"baiklah, aku akan turuti kemauannya. Sejauh mana dia akan mengatur hidupku eh?" Ibu tersenyum kembali.
"kakakmu memberikan yang terbaik untukmu"
"bela terus saja dia Okaa-san! sebenarnya anakmu dia atau aku?" aku memberengut dan mengerucutkan bibirku. Ibu hanya tertawa terbahak, dasar.
...
Waktu itu memang cepat berlalu, tak terasa aku sudah lulus SMU. Hari ini dengan berat hati aku menyusul Sasori ke Tokyo untuk mengadu nasib dan mencari keberuntunganku disana. Ya..ya.. aku tau, Sasori punya banyak koneksi disana. Otomatis aku akan mudah mendapatkan pekerjaan.
Sesampainya dirumah Sasori, aku turun dari mobil yang diutus untuk menjemputku beserta sopirnya. Sebelum aku sampai pada pintu rumah, sebuah mobil masuk kepekarangan. Bisa kulihat, dibalik kemudi, Hana, kakak Iparku tersenyum hangat kepadaku. Kulihat dia keluar, berjalan anggun menghampiriku. Dilihat dari penampilannya, sepertinya dia habis pulang kerja.
"Sakura, kau sudah lama?" menghampiriku lalu memelukku.
"baru saja sampai" balasku memeluknya.
"baiklah, ayo kita masuk! Sasori-kun akan pulang malam, dia lembur" sebagai respon aku hanya mengikuti langkahnya dari belakang.
Dua hari aku disini, hanya berdiam diri. Membantu Hana memasak, membersihkan rumah dan pekerjaan rumah lainnya. Sasori menyarankan untukku jalan-jalan mengelilingi Tokyo sebelum mencari pekerjaan.
Disinilah aku, menyusuri jalan kota metropolitan ini. Tokyo tidak sama dengan Suna, jika di Suna panas disini malah sebaliknya. Aku merapatkan syalku sebelum mengayuh sepedaku. Sepeda pemberian Sasori atas kemauanku untuk menemaniku jalan-jalan. Aku tidak mau naik mobil dan di antar-antar sopir utusan kakakku. Lebih enakkan pakai sepeda.
Ku telusuri kawasan perusahaan di Kota Tokyo ini. Gedung-gedung perusahan yang berada di kanan-kiri jalan yang ku lewati seperti pencakar langit saja. Bayangkan saja betapa tingginya mereka?
Disela-sela mereka kulihat ada toko ice cream. Kebetulan sekali, haus sudah melanda tenggorokkanku. Segera saja aku memasuki toko itu setelah memakirkan sepedaku. Toko ice cream ini lumayan besar, namun sedikit pengunjung. Terasa nyaman.
Aku memesan 2 cup ice cream strawberry dalam 1 cone Memakannya didepan toko sepertinya lebih asyik, setelah mengambil pesanan dan membayarnya aku melangkah keluar toko. Teras toko terdapat beberapa meja yang dilengkapi sepasang kursi disetiap meja. Kentara sekali ditujukan untuk pasangan. Aku duduk disalah satu meja tersebut, memakan dengan nikmat ice cream ditanganku sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Jalanan didepan toko ice cream ini lumayan sepi, hanya beberapa mobil saja yang melewatinya. Mungkin juga faktor masih jam kerja. Ah..sensasi dingin dari ice cream ini membuat bulu kuduku merinding. Maklum saja, makan ice cream menjelang musim dingin. Pantas saja toko ice cream ini sepi.
Tak berapa lama aku melihat sebuah mobil melintas dijalanan depanku. Kupicingkan mataku, aku mengenal mobil itu. Mobil tersebut melaju dengan kencang, mungkin buru-buru. Ku sempatkan melirik plat nomornya, benar kan mobil Sasori. Kenapa jam segini dia keliaran diluar kantor, buru-buru pula. Tanpa pikir panjang aku meletakkan cone yang masih setengah dimeja dan segera mengambil sepedaku.
Aku mengayuh sepeda secepat mungkin agar tidak terlalu jauh tertinggal dari mobil Sasori. Kenapa pula dia ngebut seperti itu? Apa terjadi sesuatu dengan Hana? Mungkin saja, Hana tengah hamil sekarang.
Kulihat mobil Sasori berhenti diarea sebuah gedung mewah bertuliskan Gym Area Tokyo. Aku mengernyit heran, apa Sasori akan berolahraga dijam segini? Meninggalkan pekerjaannya? Yang benar saja?
Lagi-lagi aku memakirkan sepedaku, tanpa pikir panjang melangkah mengekori Sasori pergi. Aku tak peduli dengan beberapa orang yang memperhatikanku keheranan Toh pada dasarnya memang akunya super cuek. Sasori memasuki sebuah pintu yang dijaga ketat oleh 2 orang. Aku cuek saja melangkah memasukinya.
"maaf Nona, anda dilarang masuk" kata salah satu penjaga itu. Pakaiannya serba hitam, security mungkin?
"kulihat tadi kakakku masuk kesini, aku ingin menyusulnya" keras kepalaku muncul. Aku tau sungguh sangat tau jika dibalik pintu itu tidak ada yang boleh sembarang orang masuk. Terbukti dengan 2 penjaga yang berdiri didepanku ini.
"jika nona ingin berolahraga, silahkan nona menghubungi resepsionis didepan" security satunya yang berbadan agak besar dari security yang menanyaiku diawal tadi mempersilahkan pergi.
"tapi-"
"silahkan keluar nona" potongnya dengan pandangan tajam. Oke baiklah aku menyerah. Lebih baik aku menunggu Sasori dimeja tunggu dekat area resepsionis.
Butuh waktu banyak untuk aku menunggu wajah bayi rambut merah kakakku. Sialan.. sampai kapan mereka berkencan didalam? Tak tau kah mereka? Betapa bosannya diriku menunggunya. Yayayaaa ini memang salahku. Salahku juga kenapa aku menunggu kakakku yang sialannya sangat menyebalkan itu.
Disaat aku tengah asyik menggerutu dengan innerku. Sasori keluar dari ruangan yang entah aku tidak tau ruangan apa itu.
"Sakura" aku merasakan nada terkejut Sasori.
"Um hai Nii-san" aku berdiri dari dudukku sambil meringis.
"Ah Hiruma-san silahkan anda duluan! Nanti aku akan menyusul" kulihat Sasori berbicara dengan seseorang dibelakangnya.
Hanya seringaian yang agak mengerikan, tanggapan yang didapat Sasori. Orang itu berjalan melewati Sasori, berhenti sebentar untuk membisikkan sesuatu. Entahlah apa yang diucapkannya hingga membuat Sasori menegang.
"Bagaimana kau bisa disini?" Tanya Sasori setelah kami memasuki mobilnya.
"Saat aku sedang jalan-jalan, aku melihat mobilmu melaju dengan buru-buru. Kukira Hana-nee ingin melahirkan jadi aku mengikuti mobilmu"
"Aa" Sasori mengangguk, setelahnya melajukan mobilnya.
"Nii-san? Kenapa Nii-san disitu? Ini kan masih jam kerja. Tempat apa itu? Dan siapa laki-laki tadi? Dia menyeramkan. Bagaimana mungkin ada orang yang memiliki gigi, rambut dan telinga runcing? Kau-"
"Kau ingin bertanya atau menginterogasiku eh Saku-chan?" Sasori menyela pertanyaanku. Aku mnggendikkan bahuku "aku hanya penasaran saja"
"Jadi kau ingin menjawab pertanyaanku?"
"Tidak"
"Lalu kau disini mau ngapain? Bukankah kau masih kerja?" Aku memicingkan kedua mataku kearah Sasori "atau jangan-jangan kau" kusatukan kedua jari telunjukku.
"Stop berfikiran aneh-aneh Sakura! Tadi itu adalah anak dari bosku. Kami sedang meninjau tempat tadi karena tempat itu adalah proyek kami" aku hanya ber oh ria, setelahnya mencari topik lain agar tidak hening. Yaa kalian tau sendiri kami adalah sepasang kakak beradik yang cerewet. Kadang Hana-nee pusing melihat pertikaian atau candaan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
CR or Carrot Rabbit
Hayran KurguSeorang pelajar biasa yang mempunyai kehidupan monoton juga bisa mempunyai kehidupan penuh dengan warna. Dari ceria, kelam, menarik bahkan menantang. Sakura. Hanyalah seorang gadis biasa, seorang pelajar dengan minim prestasi namun aktif dalam org...