Chapter 11

226 21 0
                                    








Chapter 11







Acara wisuda berlangsung dengan meriah. Semua tertawa bahagia. Akhirnya.. akhirnya dan akhirnya 4 tahun perjuangan mereka membuahkan hasil yang memuaskan. Sakura, Hinata dan juga Ino mendapatkan nilai cumlaude yang notabennya mereka 1 universitas namun berbeda jurusan.

Sakura datang bersama Ayahnya, Sasori berhalangan hadir. Biasa! Kakak sok sibuk. Ino bersama kakaknya, Deidara. Sayangnya Hinata terpaksa tidak bisa menghadirkan kerabatnya. Ingat! Dia masih dalam sesi kabur dari rumah. Jadilah dia bergabung dengan Sakura. Ayah Sakura juga bersedia menjadi walinya.

Acara wisuda telah usai beberapa waktu yang lalu. Para wali mahasiswa dan mahasiswi sudah meninggalkan universitas yang telah membesarkan nama putra putri mereka. Sebagian mahasiswa juga sudah meninggalkan kampus mungkin untuk merayakan kelulusan mereka disuatu tempat.

Sakura dan Hinata masih betah saja di kampus. Mereka belum merelakan untuk lulus namun apa daya waktu terus berjalan, mereka pun dituntun untuk bergerak maju. Mereka berdua berada ditaman kampus. Duduk dibangku taman dibawah pohon yang rindang.

"Apa yang akan terjadi setelah ini?" Sakura memecah keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka berdua.

"Entahlah Sakura-chan?" Hinata menggendikkan bahu.

"Hinata? Apa yang akan kau lakukan?"

"Eantahlah, aku pun masih bingung tujuanku sekarang. Mungkin aku akan kembali kepada keluargaku menunjukkan diriku yang sekarang. Hinata yang tidak lemah lagi seperti dulu atau menerima perjodohan tersebut dan tetap menjadi Hinata yang seperti dulu." Hinata menunduk.

"Kau sudah menjadi kuat Hinata, tidak bisa kembali lagi ke Hinata yang dulu. Karena kau sudah dilatih."

"Lalu Sakura-chan sendiri setelah ini mau apa?" Hinata menatap Sakura yang terus memandang kedepan.

"Entahlah, aku juga tidak tau." Sakura mengendikkan bahu "hahahaa.. konyol sekali" Sakura tertawa lepas. Hinata melotot "Ssa ku ra-chan kka kau" Sakura balik memandang Hinata lalu tersenyum lembut "ayolah Hinata hilangkan gugupmu itu! Kau sudah berteman denganku selama 4 tahun. Kenapa kau masih saja gugup denganku?"

"Kyaaaa Sakura-chan kau tertawa, kau tersenyum kyaaa" Hinata berhambur memeluk Sakura.

"Oi oi Hinata, tenagamu tidaklah ringan!"

"Hahahaa aku terlalu senang. Kau sudah tidak memenjarakan senyumanmu eh Sakura-chan?" Hinata melepaskan pelukkannya.

"Yaahh senyumanku memberontak ingin bebas" Hinata tersenyum. "Ah aku jadi tau apa yang akan kulakukan setelah ini." Sakura kembali menghadap kedepan.

Hinata memiringkan kepalanya bertanya "Apa itu Sakura-chan?"

"Berlari menuju tempat dimana Kaa-san dan Rai berada" Sakura menoleh untuk melihat reaksi Hinata.

"SAKURA-CHAN! Kau tidak bermaksud untuk bunuh diri kan?" Setelah melotot Hinata berteriak. Sakura terkekeh "fikiranku tidak sependek itu Hinata"

"Masih banyak keinginan Kaa-san yang belum aku kabulkan. Aku akan mengabulkannya dan menunjukkan kepada Kaa-san bagaimana aku bisa sukses." Sakura dan Hinata tersenyum.

Akhirnya Sakura mendapatkan semangatnya lagi. Dan bisa tersenyum lagi. Hinata ikut senang akhirnya Sakura keluar dari keterpurukannya. Mereka berdiam masih dengan pandangan taman kampus yang sangat terawat.

"Hinata" merasa ada yang memanggil, Hinata menoleh kesamping kanan. Sakura pun ikut menoleh penasaran.

Disamping kanan Hinata berdiri sesosok lelaki tegap berambut coklat panjang dan bermata perak seperti Hinata. Sakura mengernyit bingung apakah keluarga Hinata? Mungkin saja, karena mereka mirip. Lelaki itu tersenyum lalu menghampiri mereka berdua.

"Ne Neji-Nii?" Hinata gugup bukan main kedua tangannya saling meremas.

"Ne Neji-nii ke kenapa bbisa ada dissini?" Neji, nama lelaki itu sudah berada dihadapan mereka.

"Nii-san ingin menjemputmu Hinata." Neji tersenyum meyakinkan.

"Me menjemput? Maksud Nii-san pulang?" Neji mengangguk.

"Maaf Nii-san! Hinata tidak mau pulang jika Hinata akan dijodohkan." Hinata menunduk, wajahnya menampilkan kesedihan yang mendalam.

"Tidak Hinata. Perjodohan kalian dibatalkan. Otou-san ingin meminta maaf kepadamu." Hinata memicing tak percaya. "Percayalah Hinata! Nii-san tidak bohong. Selama ini Nii-san mengetahui jika kau berada di Suna dan berada dibawah pengawasan Akatsuki. Justru Nii-san meminta tolong kepada mereka untuk mengajarimu agar menjadi wanita kuat." Hinata masih diam begitupun Sakura. Hei kalian ingatlah! disini masih ada orang selain kalian berdua.

"Hinata, kau tahu sendiri bukan bagaimana berkuasanya kakak. Bisa saja dengan mudah kakak menyeretmu pulang 4 tahun yang lalu. Namun kakak sadar tindakan kasar tidak membuatmu bisa kembali. Jadi kakak meminta tolong pada Akatsuki untuk mengawasimu selama ini dan memberi laporan apa saja kegiatanmu. Sekarang saatnya untuk kau kembali Hinata! Kakak menjamin jika kau tidak akan dipaksa menikah oleh Tou-san lagi."

Hinata terdiam lalu menatap Sakura. Mereka sama-sama diam bingung harus bagaimana. Hingga akhirnya Sakura tersenyum meyakinkan.
"Kembalilah Hinata, kau harus pulang! Keluargamu menunggumu selama 4 tahun ini. Tunjukkan dirimu yang sekarang! Buat mereka tercengang!" Sakura membisikkan kalimat semangat untuk Hinata.

Hinata menatap Sakura dalam lalu bergantian dengan kakaknya Neji. Neji juga tersenyum meyakinkan. Tanpa ragu lagi Hinata mengangguk. Mereka tersenyum, Neji mendekati Hinata lalu memeluknya. Mereka berpelukan untuk melepas rindu.

"Nii-san sebelum kembali ke Konoha aku ingin berpamitan kepada semuanya." Neji mengangguk "hn".

Setelah Hinata dan Neji berpamitan, sekarang Sakura sendirian ditaman menatap air mancur yang terasa menyejukkan. Sendirian mungkin satu kata yang selalu menyelimuti Sakura. Sakura menghela nafas, untuk saat ini biarlah dia merasakan apa itu sendiri sebelum mendapatkan teman baru.

"Sakura" merasa dipanggil, sang empu nama menoleh ke arah asal suara.

"Gaara?" Sakura sedikit terkejut, pasalnya ini sudah sore. Kenapa juga Gaara masih disini? Apa dia tidak merayakan atas kelulusannya bersama keluarganya? "Kau masih disini?"

"Keluargaku merayakan kelulusanku direstaurant dekat kampus. Aku hanya ingin mengenang saja kenangan-kenangan masa lalu disini. Kau sendiri?"

"Yaa kurang lebih sama sepertimu, berat rasanya untuk meninggalkan kampus tercinta." Gaara tersenyum setelah melihat kemajuan dari Sakura. Biasanya Sakura akan irit bicara jika tidak terlalu penting untuk dibahas. "Boleh aku duduk disini?"

"Silahkan! Bangku ini masih cukup longgar." Gaara duduk disebelah Sakura, sama-sama menatap air mancur. Mereka terdiam hanyut dalam fikiran masing-masing.

"Sakura, maaf! Aku tidak bisa mempertehankan hubungan kita. Aku-"

"Sudahlah! Itu adalah keputusanmu. Aku tak apa kok. Mungkin kita tidak ditakdirkan bersama. Kita berada dijalan berbeda." Gaara menatap Sakura yang masih menandang air mancur.

"Kita masih bisa berteman kan?" Sakura menoleh lalu tersenyum. "Tentu saja. Apa untungnya bermusuhan?" Sakura tersenyum.

"Berteman" Gaara menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. "Um" lalu Sakura menyambut tangan Gaara.

"Habis ini rencanamu apa Sakura?" Tanya Gaara setelah melepas jabatan ta gan mereka.

"Entahlah, aku juga masih bingung." Sakura kembali menatap ke depan.

"Pandangan untuk bekerja diperusahaan?"

"Mungkin saja"  Gaara terdiam, Sakura  masihlah irit bicara yaa walaupun tidak separah dulu.

Drrrt drrrt...

Gaara melihat Sakura merogoh ponselnya, ada panggilan masuk. Entah dari siapa Gaara tidak bisa melihat si penelpon.

"Gaara aku duluan yaa" Sakura pamit sambil berdiri dari duduknya.

"Ok. Hati-hati Sakura!" Sakura mengangguk "bye" setelahnya meninggalkan Gaara dengan kesendiriannya.






Terima Kasih  😇 😇





CR or Carrot RabbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang