Chapter 4
"Tidak Sasori-kun, aku tidak setuju" kudengar ada keributan diruang keluarga.
"Tapi sayang, aku tidak punya pilihan lain" setelah aku mengambil camilan segera aku mendekat ke arah keributan itu.
"Kau kan bisa menolaknya atau cari saja orang lain!" kulihat Hana dan Sasori sedang duduk berhadapan disofa.
"Dia susah dibantah sayang. Aku tidak-"
"Kalian meributkan apa?" Tanyaku lalu duduk disofa samping mereka duduki.
"Bukan apa-apa Sakura" Hana menjawab.
"Boleh aku ikutan berdebat?" Aku mulai memakan camilanku.
"TIDAK" aku terperanjat.
"Wow kalian sangat kompak" aku menyengir.
"Pokoknya aku tidak setuju Sasori, cukup kau saja. Tidak untuk yang lainnya!" Hana berdiri lalu melangkah menuju kamar mereka yang berada dilantai atas.
"Tapi Hana, kau tau sendiri bukan bagaimana sifatnya?" Sasori mengikuti istrinya, tak berapa lama pintu kamar mereka tertutup juga berdebatan mereka sudah tidak kudengar lagi.
Aku mengendikkan bahu sambil mengambil remot TV. Menyalakan TV dan mencari channel yang menurutku menarik sambil melanjutkan acara ngemilku.
Makan siang telah tiba, aku membantu Hana menyiapkan makan siang kami Setelah menghidangkan berbagai lauk dimeja makan, kulihat Sasori menuju meja makan. Hari ini adalah weekend jadi Sasori libur kerja. Selesainya kami memasak segera kami-aku dan Hana menyusul Sasori kemeja makan.
"Sakura. Besuk kau ikut aku ke kantorku" ku kernyitkan alisku.
"Untuk apa? Bukankah aku bebas memilih perusahaan untuk aku bekerja? Tidak harus perusahaanmu Saso-nii."
"Kali aja kau tertarik bekerja disana" Sasori tersenyum, aku mengangguk saja.
"Ingat! tidak ada jatah sampai anakku umur 1 tahun" aku melirik Hana.
"Bagaimana bisa? Aku-"
"Keputusanmu kau sendiri yang memilih" rasanya aku ingin tertawa. Betapa konyolnya wajah Sasori? Hahaa..
Sasori menatap tajam diriku, mungkin dia merasa aku menahan tawa untuk mentertawakannya. Tapi memang begitu adanya. Aku berbisik pelan pada Sasori yang duduk didepanku.
"Kenapa dengan Hana-nee?" Sasori mengendikkan bahu.
"Lagi PMS kali" aku mendelik.
"Wanita hamil keluar dari siklusnya. Hana-nee tidak mungkin PMS"
"Habiskan makanan kalian! Jangan saling berbisik, yang aku saja masih bisa mendengar" aku diam melanjutkan makanku. Wanita hamil memang mengerikan.
Keesokan paginya aku mengikuti Sasori ke perusahaan tempat bekerjanya. Perusahaan tersebut sangat besar. Maklum saja, perusahaan tersebut adalah perusahaan multinasional salah satu perusahaan terbesar di Tokyo. Selebihnya perusahaan Uchiha Corp dan Hyuga Inc. yang setara dengan perusahaan Hiruma Enterprise ini.
Sasori membawaku ke sebuah ruangan besar nan megah. Diatas meja yang berada ditengah-tengah ruangan tersebut tertulis "General Manajer" yang berarti ruangan ini pemilik dari general manajer perusahaan ini.
Kami memasuki ruang itu yang sebelumnya diketuk Sasori. Namun, tak ada siapapun diruangan itu. Sasori melihat jam tangannya tak berapa lama pintu ruangan ini terbuka.
"Yo anak bayi. Kau sudah datang eh?" Aku melihat seseorang dengan rambut pirang jabrik memakai setelan jas memasuki ruangan ini. Seseorang yang pernah kulihat bersama Sasori ditempat gym dulu.
"Hiruma-san" kata Sasori sambil memandang aku dengan pria itu bergantian. "Ah Hiruma-san, perkenalkan ini adiku Sakura"
"Akasuna Sakura" aku membungkukkan setengah badanku dan memperkenalkan diri dengan sopan saat pria yang dipanggil Hiruma itu menatapku.
Setelahnya aku menegakkan badanku, kulihat pria tersebut menyeringai berlalu menuju kursi dibalik meja ditengah ruangan ini.
"Bagus anak bayi" pria itu mendudukkan dirinya.
"Tapi, Hiruma-san. Apakah tidak ada orang lain?" Sasori mendekat. Hiruma menatap tajam Sasori "tidak! Bukankah dia mencari pekerjaan? Akan sangat mudah jika dia menjadi asisten merangkap menjadi bodyguardnya. Tunangan sialan tidak akan mencurigainya. Aku tidak butuh bantahan darimu anak bayi!" Kulihat Sasori menelan ludahnya dengan susah. Ingin rasanya aku tertawa, tapi tempat dan suasana tidak mendukung untukku tertawa.
"Baiklah. Aku akan mengajarinya. Kami mohon undur diri" Sasori setengah membungkuk lalu pergi menuju pintu. Aku mengikuti apa yang dilakukan Sasori.
"Saso-nii bukankah kau menjabat sebagai wakil dirut dan diruangan tadi bukankah ruangan GM? Yang otomatis pria tadi adalah GM. Tapi kenapa Saso-nii yang terlihat lebih menghormatinya?" Tanyaku saat mengikuti langkah Sasori.
"Dia anak pemilik perusahaan ini" Sasori membuka pintu disebuah ruangan. Aku hanya ber oh ria sambil ikut masuk.
"Eh? Jika dia anak dari pemilik perusahaan ini kenapa jabatannya hanya GM?"
"Tidak semua anak dari pemilik perusahaan akan langsung menjabat tinggi diperusahaan keluarganya. Dia akan memulai dari bawah agar mendapat pengalaman sebelum menduduki jenjang yang lebih tinggi. Itulah yang diterapkan Yuya-sama, pemilik perusahaan ini terhadap anaknya." Jelas Sasori. Aku hanya manggut-manggut.
"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?" Aku duduk dikursi depan meja yang kuyakini milik Sasori. Karena dia sudah duduk terlebih dahulu dibalik meja itu.
Sasori tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. Berbicara sebentar lalu mematikan sambungan dan menyimpan ponselnya.
"Sakura" aku mendongakkan kepalaku menatap Sasori yang balas menatapku dengan serius.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Maukah kau berjanji untuk merahasiakannya dari siapapun termasuk Okaa-san?!"
"Tergantung" aku menjawabnya dengan ekspresi santai. Ayolah.. wajah seriusmu lucu sekali Sasori.
"Sakura. Aku serius!" kutatap lama Sasori. Sepertinya memang serius.
"Ok. Asalkan tidak membahayakan Kaa-san dan Rai"
Sasori membawaku menuju tempat gym yang dulu aku datangi saat mengikuti Sasori. Aku mengikutinya masuk ke pintu yang dijaga 2 security. Yang sekarang berjaga didepannya. Mereka menunduk kearah Sasori tak lupa juga kearahku. Aku hanya membalasnya dengan tatapan heran. Entahlah! Aku tidak mengerti, mengapa mereka menunduk hormat juga kepadaku.
Kami berjalan melewati lorong gelap sekitar 10 M, diujung sana bisa ku lihat ada cahaya terang yang menerangi sebagian lorong tanpa lampu ini. Ternyata setelah melewati 10 M dilorong ini aku mendapatkan lapangan luas yang terbuka seperti taman. Rumputnya sangat halus, ada beberapa pohon rindang juga serta beberapa tanaman hias namun tak banyak. Jangan mengharapkan adanya bunga seperti ditaman. Sejauh aku memandang tidak ada selain warna hijau dan coklat. Kalau pun ada itu hanya dipapan sasaran tembak atau dart board.
Memang lapangan tersebut untuk latihan menembak. Kulihat ada beberapa orang sedang latihan menembak. Disebelah kiri atau diseberang lapangan itu ada ruangan yang lumayan luas juga. Biar kutebak, disana pasti untuk latihan bela diri. Yayayaa karena disana aku menemukan orang-orang yang saling adu jotos. Dikanan kiri lorong ini dipagari jaring - jaring besi, sehingga aku dapat melihat mereka yang tengah latihan.
Sasori melangkah menuju pintu yang terhubung dengan lapangan. Aku masih mengikutinya masuk ke lapangan.
"Senpai" seorang pria dengan rambut pirang dikucir melempar pistol tepat ke Sasori. Dengan sigap Sasori menangkapnya.
"Sakura"
"Hm?" Aku menoleh kearah Sasori. Memperhatikan tangannya yang memegang pistol lalu diarahkan ke dart board agak jauh dari tempat kami.
Dorr.. 1 kali tarikan peluru meluncur menuju papan sasaran.
Tarr.. peluru itu tepat menembus titik ditengah-tengah papan.
"Woaa sugoi" aku memekik kagum.
"Kau bilang ini hebat?"
"Ya" aku mengangguk semangat.
"Kau tidak takut Sakura? Atau seenggaknya kau tidak kaget dengan apa yang kulakukan tadi?" Sasori menatapku kelewat serius. Astaga.. bisa tidak dia santai sedikit!
"Kenapa aku harus kaget dengan kakakku sendiri? Wajar bukan? Pembisnis sepertimu harus bisa memakai senjata api untuk berjaga-jaga?" Apakah jawabanku kelewat santai?
"Yaa mungkin saja kau takut jika sewaktu-waktu aku hilang kendali lalu menembakmu"
"Bagus dong. Biar nanti masuk berita. Kakak menembak adik tirinya yang beda ibu. Hahahaaa..."
"Ck.. sebenarnya yang gila disini siapa?"
"Hei mau kemana?" Aku berlari menyusul Sasori yang terlebih dahulu melangkah keluar lapangan.Terima kasih yang sudah memvote cerita ini ... 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
CR or Carrot Rabbit
Hayran KurguSeorang pelajar biasa yang mempunyai kehidupan monoton juga bisa mempunyai kehidupan penuh dengan warna. Dari ceria, kelam, menarik bahkan menantang. Sakura. Hanyalah seorang gadis biasa, seorang pelajar dengan minim prestasi namun aktif dalam org...