Chapter 8

9.2K 925 90
                                    

"Aku ingin mati."

Baekhyun terdiam mendengar perkataan Chanyeol itu, dia mulai paham bahwa situasi kali ini benar-benar akan menjadi rumit. "Kau di mana?" tanyanya dengan hati-hati.

Bukannya menjawab Chanyeol malah memutus sambungan telpon mereka.

"Chan? Chanyeol?" Baekhyun benar-benar merasa panik sekarang, dia mencoba menelpon Chanyeol lagi namun hanya suara operator yang memberitahukan bahwa ponsel Chanyeol tidak aktiflah yang terdengar.

Tangan Baekhyun menjadi gemetar, entah dari mana sebuah rasa takut muncul di dalam dirinya, dia pun berusahan untuk menghubungi nomor lain.

"Halo?" suara seorang pria terdengar dari ponsel Baekhun.

"Kai," Baekhyun bercicit pelan.

"Ne Noona, ada apa? Kau sudah melihat beritanya?" ujar Kai dari seberang sana.

"Ani, bukan soal itu, tapi apa kau sedang bersama Chanyeol?" tanya Baekhyun penuh harap.

"Chanyeol? Hmm, aku dengar dia sudah sampai di parkiran tapi belum juga masuk ke sini," jawab Kai dengan sedikit bingung karena Baekhyun terdengar begitu cemas.

"Bisakah kau awasi dia? jangan biarkan dia sendirian," Baekhyun berdiri dari duduknya dan berjalan kembali ke kamar anaknya.

"Kenapa?" Kai yang mendengar perintah Baekhyun merasa sangat bingung.

"Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengannya," ujar Baekhyun.

"Apa dia kambuh?" Kai bertanya dengan hati-hati.

"Dia kembali mengatakan hal yang sama," Baekhyun memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Terdengar helaan napas dari seberang telpon, "Baiklah, Noona tidak perlu khawatir, aku akan mengawasinya selalu, dia akan baik-baik saja."

"Terima kasih banyak Kai, aku mengandalkanmu," ujar Baekhyun sedikit lega.

..

"Kau gila? ya! Park Chanyeol apa kau sudah kehilangan kewarasan?!" suara Direktur Shim terdengar sangat kencang di dalam ruangan itu, saat ini dia sedang berada di ruang rapat bersama dua orang staff manajemen Chanyeol beserta Chanyeol dan Kai.

"Mungkin, kurasa kau yang paling tau masalah kejiwaanku Daepyeonim," ujar Chanyeol santai sambil menggerak-gerakan kursinya ke kiri dan ke kanan.

"Bajingan tengik," umpat Direktur Shim dan hanya dibalas senyuman oleh Chanyeol.

"Chanyeol-ah pikirkan lah lagi, ini bukan proyek kecil, banyak sponsor yang terlibat dan bahkan beberapa produser membuat lagu-lagu itu kusus untukmu," salah satu staff manajemen itu mencoba membujuknya.

"Apa bedanya jika Hyunjin yang melakukannya?" Chanyeol tersenyum jengkel kepada semua orang yang ada di sana.

"Apa bedanya? kau tanya apa bedanya? jelas-jelas ini berbeda, para sponsor itu mengeluarkan banyak uang karena ini adalah kau, bintang besar, semua albummu selalu mendapat penjualan yang tinggi. Mereka mengeluarkan uang-uang itu untuk mendapat keuntungan bukan untuk menyumbangkannya kepada seseorang yang selalu gagal," Direktur Shim terlihat sangat emosi saat ini.

"Ah, jadi karena uang? kembalikan semuanya, aku yang akan mendanai segala pengeluaran mulai dari produksi sampai promosi, aku akan bayar semua produser itu agar mereka mau lagunya dinyanyikan orang lain," ujar Chanyeol santai sambil tersenyum remeh kepada bosnya itu.

"Wah kau pasti bangga sekali sudah memiliki banyak uang dari hasil mengotori tanganku ini," sindir Direktur Shim.

"Tanganmu kotor? itu hanya hal kecil, bahkan seluruh tubuhku juga sudah kotor, ingin membandingkannya? aku memiliki kenalan seorang reporter," kali ini tatapan Chanyeol terlihat sangat menantang.

Parents [Chanbaek GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang