Vomment jangan lupa!
Happy reading! ♡~♥~
Zenatha menarik nafasnya dalam-dalam. Sekali lagi, gadis berambut hitam pekat itu meneteskan air matanya. Manik hitam itu melirik Leo yang tengah asik bercanda bersama seorang perempuan.
Mengapa semenyakitkan ini?
"Kenapa, Bar? Kenapa?" Lirih Zenatha.
"Ra, lihat aku." Bara memegang dagu Zenatha, berusaha menyemangati sahabatnya. "Gak usah tangisin dia lagi, you lose."
Merasa tak kuat lagi Zenatha, membongkar penyamarannya lalu menghampiri Leo. Tak tinggal diam, Bara ikut menemani Zenatha.
Brak.
"Tha, Kamu kok disini?"
Plak.
Satu tamparan mendarat di pipi Leo, cowok itu mengangkat bahunya, "Why?"
"Why? Aku yang seharusnya nanya itu ke kamu!" Murka Zenatha, membuat seluruh pengunjung kafe memandangi mereka.
Bara menarik lengan Zenatha, lalu membisikkan sesuatu di telinga gadis itu, "Malu, diliatin banyak orang."
Untung saja, Zenatha selalu menurut pada Bara. Pada akhirnya gadis bernama panjang Zenatha Garciara itu mundur lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Leo menunduk malu.
"Kita putus! Dan untuk hutang ayah kamu ke ayah aku, aku nggak mau bantu lagi," Tegas Zenatha sambil mengangkat tangannya.
Leo menggeleng, "Tha, i'm sorry."
Zenatha hanya tersenyum sinis, "Jangan lupa bayar."
~♥~
Gadis yang tengah duduk di balkon itu tertawa ringan mendengar candaan sahabatnya, Bara. Sesekali Bara bertingkah konyol hanya untuk menghibur hati gadis dihadapannya ini.
"Coba aja kalau kamu mirip Justin Bieber, pasti aku jadiin pacar. Tapi sayangnya Justin gak ada duplikatnya," Lirih Zenatha sambil mencubit-cubit lengan Bara dan memandang langit yang gelap tanpa bintang.
"Kamu kira Justin itu kunci, ada duplikatnya? Aneh-aneh aja kamu mah," Saking gemasnya Bara mengacak-acak rambut Zenatha membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.
Tak menggubris ucapan Bara, Zenatha memeluk tubuh tegap Bara dan mengucapkan sesuatu yang membuat dada cowok itu berdesir.
"Bara mau nggak, jadi Justinnya Zenatha?"
Bara tau, bahwa gadis yang memeluknya ini pasti sedang mengantuk dan menyebabkan ngomong ngalor ngidul tidak jelas. Tak mau terlalu berharap, Bara mengurai pelukan dan menuntun Zenatha ke atas ranjang, menidurkan tubuh mungil itu, kemudian menyelimutinya dengan selimut yang bergambar wajah tampan Justin Bieber.
"Tidur yang nyenyak ya Ara, semoga ketemu Justin di alam mimpi. Harusnya kamu bahagia, bukan kayak gini," Bara mengecup dahi Zenatha sekilas sebelum meninggalkan kamar dan berjalan menuju kamar tamu.
Cowok itu memang tinggal di dalam rumah megah milik keluarga Dersen. Untung saja kedua orang tua Bara mengizinkannya untuk menemani Zenatha. Meskipun sebelumnya terjadi sedikit perdebatan antara Bara dengan Nando, ayahnya.
Di tempat lain yang berjarak puluhan kilometer dari rumah Zenatha, duduk seorang cowok tengah memandang sohibnya yang sedang mengatur strategi untuk membalaskan dendam kepada sang rival.
"Intinya, saat mereka udah pada keluar dari sarang. Kalian langsung gercep buat bonyokin mereka, gitu kan Ga?" Yang ditanya hanya menganggukkan kepala, cowok itu sudah menyerahkan semuanya kepada Arkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Am Micheart
Novela JuvenilMengapa semua orang begitu mudahnya mengungkapkan cinta?