It's ... Real?

11 3 11
                                    

"Tolong! Tolong!" suara tersebut menggema di dalam hutan yang mulai gelap. "Aku mohon ... tolong aku ...," lirihnya kemudian mulai terisak.

***
Oke-oke, mari kita sedikit flashback agar kalian semua tahu, bagaimana bisa seperti itu kejadiannya.

***
Di pagi itu, terlihat seorang gadis yang masih meringkuk di bawah selimutnya. Alarm yang sudah berbunyi sejak tadi, ia hiraukan. Hingga akhirnya suara dering hp berbunyi, membuat gadis tersebut terbangun dan segera mengecek siapa yang meneleponnya subuh-subuh begini---eh, ralat, ralat, siapa yang meneleponnya jam 6 begini.

"Halo?" ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur, setelah melihat siapa yang menelepon.

"Kamu di mana, woy?! Udah jam enam! Telat ditinggal, loh!"

"Hah?!" matanya membelalak mendengar kata temannya yang memberitahu jika sudah jam enam. Ia mengecek jam di hpnya. Aduh! Udah jam enam aja! batinnya yang sudah kelewat panik. "Eh, aku matikan teleponnya, ya? Bye!" setelah berkata demikian, ia segera melesat ke kamar mandi.

***
Dengan kecepatan yang ia miliki, 15 menit kemudian dirinya sudah siap. Setelah menyambar tas dan hpnya, gadis itu langsung menuruni tangga dengan kecepatan kilat. "Yera! Kakak berangkat dulu! Hati-hati di rumah!" ucapnya sambil berlari keluar.

"Oke! Kak Yena juga hati-hati!" ucap adiknya---yang bernama Yera---sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakaknya yang selalu telat.

***
Di tahun 2137 ini, semuanya sudah berubah. Mulai dari rumah, jalanan, kendaraan, sekolah, bahkan manusia juga berubah. Bukan, maksud author, yang berubah sikapnya, bukan bentuknya. Makin hari manusia makin gila saja!

Tapi, argumen itu mungkin tidak berlaku pada gadis yang satu ini. Gadis bernama Yena Anandhia Ara, yang biasanya dipanggil Yena. Yena mungkin tidak seperti kebanyakan orang pada zaman sekarang ini. Ia benar-benar anti dengan teknologi pada zaman sekarang. Contohnya seperti kendaraan yang banyak digunakan pada zaman sekarang, speederboard, semacam skateboard, tetapi kendaraan ini bisa dijalankan di darat, laut, maupun udara. Hanya ada satu alasan Yena tidak memakainya, jalan kaki itu lebih sehat daripada menggunakan kendaraan. Eh, tapi pengecualian untuk hp, karena Yena selalu membawanya ke mana-mana.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit, Yena akhirnya sampai di depan sekolahnya. Terlihat sudah banyak orang yang berkumpul, untuk mengikuti acara refresh hari ini. Acara refresh adalah, hari di mana para siswa kelas 3 SMP Negeri Jaya akan mengistirahatkan otak mereka, sebelum menempuh Ujian Nasional. Dan tentu saja hal itu disambut dengan antusias setiap murid, kan?

"Nah, murid telatan akhirnya datang, nih!" sindir Fania, sahabat Yena, sekaligus orang yang tadi menelepon Yena.

"Iyain aja." sahut Yena singkat.

"Aduduh ... sahabatnya Fania Larasa Ahyadi kok murung, sih? Cerita, dong ...," ucap Fania sambil berjalan ke arah Yena, lalu merangkul pundaknya.

"Gara-gara kamu, tahu tidak?"

"Iya, aku akuin aku salah karena sudah menganggu tidur seorang Yena, tapi kalau aku tidak meneleponmu tadi, kau bisa-bisa tidak ikut refresh hari ini!"

Yena hanya menghela napas. "Iyaa ...,"

***
Di sinilah Yena berada sekarang, di tengah-tengah hutan, bersama teman-teman seperjuangannya.

"Oke, perhatian! Saya selaku--,"

"Ketua OSIS." sahut para siswa serempak.

Ketua OSIS tersebut--yang bernama Ilham--hanya tersenyum menanggapinya. "Di sini, di mana kita berada di tengah-tengah hutan yang saya harap dapat menyejukkan pikiran kita juga. Saya tidak akan melarang kalian berbuat apapun, yang terpenting, jangan sampai berjalan terlalu jauh dari tempat kita semua berada. Dan, selamat bersenang-senang!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerPen [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang