Stereotipe banyak orang luar soal kota Bandung memang kadang jadi kepuasan tersendiri buatku, nyaman, ramah, tertata, apik, rapih, gemah ripah loh jinawi, dan pastinya sejuk. Dalam arti, sejuk dibandingkan dengan kebanyakan tempat tinggal orang - orang yang berspekulasi. Sebagai manusia yang lahir di Tanah Pasundan ini, aku sendiri merasakan beberapa hal di atas, hanya aja gak setiap hari Bandung konsisten dengan hawa sejuknya. Contohnya hari ini, aku masih sibuk mencari beberapa butir serutan blewah dalam semangkok sop buah di temani kipas angin bertempo sepoi - sepoi menerpa wajah kumel nan eksotis yang baru aja bergulat dengan panas terik matahari seusai pulang dari Pasar Kordon dan langsung mengeksekusi buah blewah dan melon madu yang kubeli disana.
Hari ini tepat hari minggu, ya! waktunya aku berbaring malas - malasan di kamar karena Ibu dan Ayah memang gak tinggal satu atap. Aku tinggal bersama satu Kakak dan satu adik bungsu yang keduanya laki - laki. Ideal! cuma aku yang cantik di rumah ini.Hahaha Jadi, hari ini berhubung keduanya bakal gak ada di rumah dan hanya aku penguasanya, aku memutuskan buat pajama party sendirian.
"Pajama party..Pajama party, itu mah tetehnya aja yang males mandi masih pake piyama, gak punya malu banget kepasar pake piyama"
Si bungsu yang kulihat sibuk bebenah raket badminton di ambang pintu tiba - tiba nyeletuk ketika dia mendengar kakak perempuan nya ini bilang kalau hari ini waktunya Pajama Party.
Aku dan adik ku selisih usia 3 Tahun dan dia duduk dibangku kelas 3 SMP, kami sering sama - sama berdebat soal siapa yang bakal dapat nilai UN paling bagus di rumah.
"Ez, burukeun ih urang udah beres, lama banget.. dandan bukan? kayak bencong! teu lucu"
(Ez, cepetan ih aku udah beres, lama banget.. dandan bukan? kayak bencong! gak lucu)
Adik bungsuku gak pernah memanggil kakak tertua dengan panggilan Kak, atau Aa, atau Abang. Panggilan itu di khususonkan kalau adik bungsuku butuh uang buat service komputer dan beli kaset game. Baru lah dia panggil kakak ku dengan sebutan Aa, atau Bang, atau Kakak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kanaya, nanti abang sama Gio pulang jam 3 sore. Nasi di rice cooker udah anget kalau mau makan ya masak sendiri, udah ada bacem ayam di kulkas, goreng aja. Goreng sekalian sebelum jam 3 jadi Abang tinggal makan nanti, okeh?"
Bawel! si Tua bawel, akhirnya aku cuma ngangguk-ngangguk mengiyakan pesan abangku yang beberapa detik lalu jalan keluar sama si Bungsu buat latihan Badminton. Sementara aku, meskipun ini minggu rasanya bayangan hasil Ujian akhirku malah bikin makin puyeng. Belum lagi rasa bingungku mau lanjut kuliah dimana setelah lulus mau kemana, yah.. problematika klasik fresh graduate hal layak kebanyakan. Atau cuma sekedar memikirkan kapan Ibu dan Ayah pulang kembali dari Medan buat sekedar melepaskan penat dari tugasnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku, Kanaya Anindashaqi masih SMA kelas 3, tapi pikiran udah selayaknya Ibu Negara, serius dan tertata, apalagi soal konsistensi diri. Kecuali, di sogok martabak dua bungkus, boleh lah di negosiasikan. Perempuan yang punya Visi bahwa seluruh tukang Martabak di Indonesia harus sejahtera, sehat dan sentosa. Dan penjajahan di atas meja makan harus di hapuskan, terutama penjajahan lauk pauk yang di bagikan dengan sistem siapa cepat dia dapat oleh oknum yang namanya Argio Anindito dan Ezran Artantio di rumah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
oh ya! dan suka dicekokin baso aci, sama Ezran... hahaha