UJI NYALI

188 16 0
                                    

     Suara gaduh yang dibuat penguasa dapur memang udah khas banget kalau mataku baru aja melek setelah kurang lebih 8 jam bergulat sama mimpi, mulai dari mimpi dikejar rentenir sampai mimpi jadi colokan chargeran. Ya, jangan bilang itu aneh sebelum dapat sensasinya. Aku, Argio dan bang Ezran udah sama-sama duduk di meja makan asimetris berwarna coklat gelap dari pohon jati. Bang Ezran masih dengan celemek tosca nya menatap aku dan Argio yang masih pasang muka bantal.

"Dek, buru di makan"

Suaranya lembut tapi tegas, mirip Ayah. Tangan kekarnya menyodorkan sepiring nasi hangat dengan tumis ati ampela kecap di atas nya. Kesukaanku. Argio yang udah lebih dulu menciduk makanan nya kemulut berhasil membuatku merasa geli karena cara makan nya kelihatan seperti manusia belum makan selama 10 hari. Aku mencubit lengannya sampai tenggorokan nya kaget dan tersedak.

"Perasaan kemarin makan banyak deh, Yo. Biasa aja kek makan nya"

Aku mencibir sambil menjauhkan piring miliknya, respon nya? hanya menarik kembali piringnya lalu menutup telinga.

"Bodo amat!" dengus Argio.

"Jijik, tau gak? Bang Ezran si Argio nih gak bisa dibilangin"

"Udaaah, bentar lagi beres tuh Iyo, kamu makan yang bener dulu"

"Belain terus, mentang mentang bungsu, alay banget"

Hal yang paling ngeselin adalah ketika Bang Ezran cuma ketawa dan gak bisa melerai aku dan Argio yang setiap pagi mungkin bikin kepalanya mau pecah, kami bertiga udah biasa makan tanpa Ayah dan Ibu, Ezran bagian masak, Aku bagian belanja, dan Argio? Cuci piring beserta peralatan masak.

Hal yang paling ngeselin adalah ketika Bang Ezran cuma ketawa dan gak bisa melerai aku dan Argio yang setiap pagi mungkin bikin kepalanya mau pecah, kami bertiga udah biasa makan tanpa Ayah dan Ibu, Ezran bagian masak, Aku bagian belanja, dan Argi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak butuh waktu lama untuk makan atau sekedar berantem di meja makan, kita bertiga udah berangkat naik mobil kijang kesayangan Bang Ezran. Mobil jadul? memang.. tapi mesin nya masih sangat kuat buat dibawa perjalanan jauh.
Argio sudah mendarat dengan mulus di sekolahnya, sementara aku masih berusaha mencari alasan untuk turun di suatu tempat.

"Bang Ezran emang gak kesiangan gitu anter aku dulu ke sekolah? kan kampusnya abang lawan arah"

Aku kira tangannku yang gemetaran, ternyata handphone yang ada di saku rok span ku bergerilya minta di respon. Bang Ezran cuma sesekali melirik ke arahku sambil fokus ke jalanan.

"Loh kan abang tugasnya anter kamu, kalau kamu gak masuk ke sekolah gimana? mau lihat abang di hukum ayah kayak waktu dulu?"

"Enggak sih bang, tapi kan abang katanya ada bantu kelas pagi, aku naik angkot aja dari sini, ya?!"

"Janji nyampe gak?"

"Janji! sumpah janji beneran aku mah"

"Beneran ya, Kanaya?"

"Beneran ih"

Jantungku rasanya mau copot meskipun sekedar beralibi, akhirnya aku turun di pinggir jalan dan memastikan kalau kakak laki-laki ku pergi jauh sampai tak terlihat mobilnya.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang