HUJAN DAN KENANGAN

112 16 0
                                    

Sabtu, di SMA Negri 21 Bandung.

     Waktu itu hari sabtu, ditengah jam pelajaran olahraga dimana lapangan serasa bau keringat tiba-tiba saja bubar karena guyuran hujan yang cukup deras beserta angin besar yang berhasil menumbangkan pohon Mahoni di samping sekolah. Alhasil, karena jam pelajaran terakhir kelas dipulangkan. Tapi percuma saja, jalanan macet karena pohon Mahoni nya menghalangi arus jalan pulang.

Aku saat itu masih duduk di warung Bi Eha, menikmati mie instant hangat dengan telor setengah mateng dan Teh Manis sebagai pelengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku saat itu masih duduk di warung Bi Eha, menikmati mie instant hangat dengan telor setengah mateng dan Teh Manis sebagai pelengkap. Aku enggan pulang, karena hujan masih saja mengguyur sementara aku tidak membawa payung ataupun jas hujan. Juga, berhubung masih pukul 13.00 waktu setempat jadi aku memang sengaja untuk pulang agak terlambat. Meskipun dipulangkan lebih awal nampaknya tidak menyurutkan keramaian di warung Bi Eha, di sekelilingku masih banyak murid yang numpang nyebat dan ngutang jajanan di warung Bi Eha.

"Bibi.. Naya mie nya semangkok teh manisnya segelas ya tadi, jadi berapa?"

Entah karena suaraku terlalu melengking, orang di sekelilingku tiba-tiba menatap aneh ke arahku. Apa sih? pikirku.

'Mie nya aja buat neng mah, teh manis nya gratis dari ibu hehe, jadi 4.000'

"Ih si bibi jadi seneng, makasih ya bi"

Aku bergegas meninggalkan warung Bi Eha disamping karena malu, juga karena hujan sudah surut, cuma sisa gerimis. Aku agak berjalan kecil nyusurin koridor tepian sekolah, aku memanggilnya koridor alam, karena kanan kiri jalan sekitaran sekolahku di tiangi pohon pohon mahoni rimbun yang besar. Jadi, meskipun siang terik udaranya masih sejuk, hawa segarnya masih bisa terhirup meskipun sudah lewat pukul 12.00 siang. Tiba - tiba ada terdengar suara derap langkah dari arah belakang, aku coba menoleh dan ternyata ada Argio, adik ku.

 Tiba - tiba ada terdengar suara derap langkah dari arah belakang, aku coba menoleh dan ternyata ada Argio, adik ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teteh kenapa hujan - hujanan? nanti sakit si ayah marah si ibu ngambek bang Ezran monyong"

Point 'Ezran Monyong' berhasil menggelitik perut, adik ku ini emang punya selera humor rendahan. Ya, minimal berhasil membuatku membayangkan ekspresi monyong abangku yang satu itu. Geli hahaha
Melihat Argio setengah kedinginan aku membuka jaket untuk menutupi kepalanya, dia cuma cemberut karena katanya dia bisa lepas jaketnya sendiri.

"Teteh mah kenapa sih? kan

Argio punya jaket sendiri kalau mau pake mah tinggal pake ini di kepala"

"Jaket nya pake aja kan dingin, ini buat kepala kamu. Masa anak taekwondo sakit gara gara hujan, kan konyol"

Argio cuma menyumbang cengiran, ingat beberapa tahun lalu peristiwa yang sama pernah terjadi antara aku dan Ezran. Dulu juga Ezran sekolah ditempat yang sama denganku, entah kenapa dulu rasanya sangat dekat seperti aku dan Argio. Sekarang? mungkin karena aku sudah puber dan Ezran juga punya banyak pekerjaan dan tanggung jawab untuk mengganti Ayah dan Ibu di rumah. Kalau aku mau jujur, aku sangat kangen Ezran yang setiap pagi menyelinap masuk ke kamarku atau Argio lalu merapihkan kasur kami berdua, aku juga sangat kangen Ezran yang setiap sore sepulang belajar nyetir selalu mengajak kami berburu cacing ucu alias cacing pakan ikan cupang di sungai kecil samping rumah.

Tapi waktu tidak bisa diulang, kan? Sudahlah, yang penting selama Ezran bertanggung jawab terhadapku dan Argio kalau ayah dan ibu pergi kedinasan, dia tetep sayang aku dan Argio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi waktu tidak bisa diulang, kan? Sudahlah, yang penting selama Ezran bertanggung jawab terhadapku dan Argio kalau ayah dan ibu pergi kedinasan, dia tetep sayang aku dan Argio.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang