|2|Sesen Dan Nana

37 6 2
                                    

People who always look down on others do not end up being highly regarded

•••••••••••

Setelah rapat OSIS, Arsen dan Alena menghampiri sahabat sahabat mereka yang sedang bercengkrama di salah satu meja kantin.

"Minggir minggir pasangan fenomenal mau duduk" Nathan Revano (sahabat Arsen) bangkit dari duduknya, menepuk nepuk dua bangku yang kosong.

"Terimakasih nathan" Ucap lena dengan senyum manisnya.

Setelah melihat senyuman lena, nathan menjadi baper sendiri "mimpi apa gue semalem bisa dapet senyum semanis itu"

Dion Aldwin (sahabat Arsen)  melirik cowo bertubuh jangkung sedang menatap nathan seakan tatapan membunuh "stt woy than hati hati pak bos marah"

Setelah mendapat teguran dari dion, Nathan melirik Arsen dan ternyata benar, cowo itu sedang menatapnya horor "hehe maap pak bos. Lagian lena cantik banget. Duduk duduk nanti lama lama bisulan"

Dengan wajah yang menahan malu nathan kembali duduk ke tempatnya begitu juga dengan Arsen dan Alena yang duduk berhadapan.

"Gua pesen makan dulu" Arsen kembali bangkit dari duduknya untuk memesan makanan.

"Lah lah? Kok dia nggak nanya lu mau makan apa len" Ucap Maura kebingungan.

"Tanpa gua ngomong, dia juga udah tau"

Sebegitu dekat ya mereka, Batin seseorang yang sedang menatap Alena dengan tatapan tidak dapat diartikan.

"Lah iya lupa gue. Kan lu berdua kemana mana dempet terus. Kayak perangko"

Setelah beberapa menit Arsen kembali Duduk di bangkunya.

"Loh makanannya mana? "Tanya lena kebingungan karena Arsen kembali dengan tangan kosong.

"Masih disono, antri. Nanti juga dianterin" Lena hanya menganggukan kepalanya

"Weh sen, lu kok diem banget sih. Ngomong sama kita aja Irit banget. Gua bayar dah supaya lu ngomong panjang lebar" Ucap Laura.

"Males"

"Tuh kan kata gue juga apa. Arsen sama natasha itu kepribadiannya sama. Sama sama dingin, Irit ngomong. Kalau ngomong seperlunya aja. Iya kan?" Jelas Maura "beda sama lena, dia mah bacot banget"

Lena yang mendengarnya hanya menaikkan sebelah alisnya "loh kok lu bawa bawa gue sih. Ya kalau gua bacot kenapa? Masalah? Lagian kalau gue juga diem Arsen diem. Gabakal se awet ini. Jangan ngomongin gue deh, kalau lu mau jodoh jodohin orang, silahkan tapi jangan bawa bawa gue "

Entah kenapa omongan Maura kali ini sangat menyakiti Alena, padahal tadi pagi dia tidak sebaper ini. Mungkin karena efek lapar.

"Ya kan gue cuman ngomong, kok lu sewot sih"

"Ngomong sih ngomong tapi jangan nyindir orang juga. Bilang gua bacot lah ini lah itu lah. Ngaca dong, lu juga bacot kan."

"Lah lah kok jadi ribut gini" Dino bangkit dari duduknya kemudian berdiri ditengah tengah lena dan Maura. Sambil merentangkan tangannya.

"Jangan pake urat dong, bisa nggak?!"

"Tuh kan lu juga marah kan gua ngomong kayak gitu. Ngaca mangkanya!" Alena bangkit dari duduknya, berniat ingin pergi meninggalkan tempat itu. Tapi arsen terlebih dahulu menahan tangannya.

"Kebiasaan efek laper jadinya pengen makan orang ya?" Tanya arsen sambil menahan tawanya.

"Apaan si! Kesel gue disini"

"Ben--"

"Mas ini pesanannya" Bapak penjual nasi goreng menghampiri mereka dan menaruh nasi goreng di atas meja.

"Oh iya Pak, makasih ya"

"Iya sama sama"

Setelah menaruh makanan dan minumannya, bapak itu pergi. Arsen menggandeng tangan alena dan mendudukkan nya di bangkunya.

"Mau disuapin atau makan sendiri?"

"Makan sendiri aja" Ucap Alena dengan jutek sambil melirik tajam Maura.

"Oke, gua suapin"

"Hah? "

Arsen menyendok nasi goreng kesukaan Alena "nasi goreng kecap nya sedikit, garam nya banyakin dikit, gapake micin, telor nya banyak, pake ayam, ga pake sosis trus gapake bawang goreng segera masuk kedalam trowongan aaaaammmm"

Sahabat sahabat mereka ter bengong bengong karena baru kali ini mereka mendengar Arsen berbicara sepanjang dan sedetail itu.

Arsen tersenyum puas saat suapan pertama masuk dengan sempurna kemulut Alena " Sorry Maura, Nana kalau lagi laper suka gitu. Bawaannya mau makan orang"

"Hah nana?" Ucap mereka serempak.

"Sorry, maksudnya nana itu Alena. Itu panggilan gua waktu kecil trus juga lena manggil gua sesen . Sekarang juga sama sih, tapi palingan dirumah doang"

Nathan menyentuh dahi Arsen dengan pundak tangannya "Arsen, ini bener lu kan?"

"Kenapa sii?" Arsen menepis tangan nathan, kemudian kembali fokus dengan Alena.

"Heran aja gitu, kok tiba tiba ngomongnya panjang"

"Gua ngomong panjang bukan buat kalian, tapi buat Alena. " Tatapan Arsen tetap fokus ke Alena "nah habis. Pinter"

Ga apa apa, yang penting aku udah bisa liat senyum kamu, Batin perempuan misterius.

"Sorry ra, gua tadi marah marah" Ucap Alena setelah dia makan dan minum.

"Gua yang minta maaf, Maklumin yaa lama PMS"

"Ternyata Maura kalau lagi PMS galak ya" Ucap dino dengan suara yang diperankan tapi tetap saja terdengar oleh Maura.

"Hah?? Apaan?! "

Dino terlonjak kaget mendengar gertakan Maura "ehh nggak. Hehehe"

"Sttt udah ah berantem mulu. Ehh nanti gimana kalau kita main ke rumah Alena. Boleh ga len? "Ajak natasha.

"Boleh aja gua mah"

"Oke ayo aja"

"Yaudah, tapi nanti pulang dulu ya. Baru kerumah Alena. "





TBC???

Jangan lupa VoMennta yaa guyss...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AA : Arsen & Alena (Revisi + Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang