Dateperimen 3: Pre Date Meeting

11.6K 713 61
                                    

VIONA menyeret tangan Dhisti saat turun dari mobilnya. Ia mengantar sampai depan pintu kafe yang bertuliskan Loveland. Namun, tiba-tiba semangat Dhisti surut terbawa arus saat melihat kafe yang menjadi tempatnya bertemu dengan si tokoh utama konflik ini.

"Gue tinggal ya, Dhis. Jangan lupa, meja nomor delapan! Have fun," katanya seraya melambaikan tangan lalu berjalan kembali menuju mobilnya.

"Have fun, gigimu!" ujar Dhisti pelan sembari mencebikkan bibir bawahnya.

Dhisti menarik napas lalu membuangnya perlahan. Ia harus bertanggung jawab atas ucapannya kepada Viona. Meski semua ini berdasarkan paksaan, tapi Dhisti harus profesional. Pelan-pelan ia masuk ke dalam kafe, lalu mencari meja yang sudah dipesan oleh Viona. Meski kafe tidak terlalu ramai tapi itu membuatnya pusing. Pusing dengan image yang akan dibangunnya malam ini.

Dhisti duduk dengan tenang sambil menunggu lelaki bernama Widhy yang tadi sempat diberitahu oleh Viona. Pikirannya terus melayang memikirkan kalimat apa saja yang akan diucapkannya nanti. Kira-kira seperti apa penampilan dan sifat lelaki itu? Dhisti terus berkecamuk dengan pikirannya sendiri, sampai sebuah sapaan menghentikan lamunannya.

"Selamat malam!" sapa lelaki itu, posisinya masih berdiri di hadapan Dhisti. "Kamu Viona dari Dateperimen?" tanya lelaki itu untuk memastikan.

"Be ... Betul. Si ... Silahkan duduk!" ujar Dhisti yang tiba-tiba gagap karena melihat penampilan lelaki di depannya.

Demi apa? Dia ganteng banget.

"Sudah pesan minum?" tanya lelaki itu kemudian, namun Dhisti masih bergeming di tempat duduknya. Ia ingat kata-kata Viona agar menolak Widhy malam ini. Dhisti berusaha mengempaskan pikiran tentang penampilan Widhy yang cukup membuatnya terpesona sebentar. Iya, hanya sebentar saja karena ia sudah keburu sadar.

"Kita keluar aja yuk, Mas!" Dhisti langsung menarik tangan Widhy lalu membawanya ke luar kafe. Widhy yang kebingungan hanya bisa pasrah tangannya diseret-seret bagaikan kambing.

Sampai di area parkiran Widhy segera melepas cekalan tangan Dhisti. Ia merasa risi ditarik seperti ini, kalau orang lain melihat adegan tersebut, Widhy bisa dikira sedang dimarahi pacarnya karena ketahuan selingkuh.

"Tunggu, tunggu, ini kamu mau bawa saya ke mana sih?"

"Di luar aja Mas sambil nyari angin," ujar Dhisti menyamarkan rasa gugupnya. Sebenarnya ia bingung harus bersikap seperti apa, sedangkan Viona memintanya berakting layaknya gadis nakal. Kalau lelaki di depannya tidak percaya bagaimana? Dhisti 'kan punya wajah polos dan kalem.

"Enak di dalam bisa sambil duduk." Widhy masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Dhisti.

"Bosan ah," ujar Dhisti kemudian berjalan menuju samping kafe. Gadis itu membuka tasnya untuk mengambil beberapa helai tisu, lalu menaruhnya di lantai. Widhy mengikutinya seraya memperhatikan gerakan Dhisti dengan rasa bingung. Gadis di depannya benar-benar ajaib, bahkan mereka berdua belum berkenalan secara resmi tapi sudah mengajak Widhy melakukan hal aneh. "Duduk, Mas!" Dhisti sudah duduk di atas lantai beralas tisu.

"Kamu nggak salah? Di dalam tadi kita bisa duduk enak sambil minum, lantas kenapa kamu minta saya duduk di emperan kafe seperti ini?" Dhisti meringis mendengar ocehan Widhy. Ia tahu yang dilakukannya adalah hal gila, mana ada orang kencan duduk di emperan kafe. Kere banget. Tapi Dhisti tidak peduli dengan hal itu. Selain image nakal yang harus dibangun, ia juga akan menunjukkan sisi gilanya. Bukan tidak mungkin lelaki ini langsung ilfil kepadanya, kalau perlu muntah sekalian.

"Kalau Mas nggak mau ya nggak masalah, saya lebih suka di sini soalnya." Dhisti memperhatikan Widhy yang sudah berubah kesal dan tentu saja hal itu membuat hatinya senang.

DateperimenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang