DHISTI gugup di tempat duduknya saat Widhy semakin mendekat ke arahnya. Dhisti terus menggenggam harapan agar asdosnya tidak mengenali wajahnya sebagai teman kencannya semalam.
"Kamu menyimak materi yang saya sampaikan atau tidak?" Widhy melemparkan tatapan menyelidik.
Dhisti berusaha kembali fokus. "Nyimak kok, Pak." Dhisti menjawab rikuh, pandangannya ia alihkan ke sembarang arah. Gadis itu ragu untuk menatap Widhy tepat di bola matanya.
"Kalau begitu kita dengar jawaban kamu." Widhy melipat kedua tangan di depan dadanya santai. "Jelaskan Hukum Perdata Internasional menurut VAN BTAKEL!"
Dhisti berpikir untuk mengingat-ingat, kemudian menjawab dengan lugas, "Hukum nasional yang ditulis atau diadakan untuk hubungan-hubungan hukum internasional," kata gadis itu yakin.
Widhy mengangguk setuju namun sepertinya pertanyaan yang diajukan tidak berhenti sampai di sana. "Ada dua jenis kualifikasi dalam Hukum Perdata Internasional, sebutkan itu!"
Duh, iki bukan kuis toh? Kenapa dia terus nanya aku sih?
"Itu ...." Dhisti kembali berpikir. "Kualifikasi hukum dan kualifikasi fakta, Pak." Nyatanya Dhisti masih mempunyai jawaban, memang tidak salah setiap malam ia selalu membuka kembali buku catatannya.
"Betul, selanjutnya. Berbagai sistem hukum menyelesaikan perkara-perkara hukum yang secara faktual pada dasarnya sama. Tapi dengan mengunakan kelompok hukum atau kualifikasi, bisa berbeda arti dan lebih rumit. Bisa kamu berikan contoh kasusnya!"
Oalah, sampai kapan tho aku ditanya-tanya begini?
Widhy kembali menatap gadis itu, menunggu jawaban apa lagi yang sekiranya akan dikatakan Dhisti. Mahasiswinya ini ternyata memiliki otak yang lumayan pintar, batinnya.
"Contohnya ... Ada seorang janda yang menuntut hasil sebidang tanah warisan suaminya, jika dilihat dari sistem hukum Perancis hal ini dikategorikan ke dalam masalah warisan. Tapi menurut sistem hukum Inggris hal ini termasuk ke dalam persoalan hak janda yang menuntut bagiannya dari harta perkawinan. Jadi, setiap negara memiliki sistem hukum yang berbeda."
Widhy tersenyum samar setelah mendengar jawaban mahasiswinya. Tidak menyangka, ternyata Dhisti mampu menangkap apa yang sudah disampaikannya.
"Baiklah, itu artinya kamu memang menyimak. Kalau begitu, mari kita lanjutkan materi selanjutnya!" Dhisti mengembuskan napas lega setelah melihat Widhy berbalik arah lalu kembali ke kursinya.
Teman-teman Dhisti melayangkan kedua jempol kepadanya, tanda mereka sangat bangga akan kemampuan Dhisti.
Sepanjang mata kuliah, Dhisti menyimak dengan serius. Ia hanya tidak ingin Widhy kembali memberikan kuis dadakan secara personal seperti tadi.
"Sampai kapan sih asdos itu ngajar?" dumal Dhisti sesaat setelah mata kuliah berakhir.
"Ih Dhisti, gue malah berharap Pak Teguh nggak balik ngajar lagi. Enak tahu diajar sama Pak Widhy, penjelasannya nggak ngebosenin terus bisa sekalian cuci mata. Iya nggak, guys?" sergah Anne yang sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.
"Bener banget, gue makin semangat kalau udah masuk kelas HPI." Juni menyambar dengan penuh semangat.
"Tapi menurut info Prodi, katanya bulan depan Pak Teguh udah selesai sidang doktornya sih, guys. Jadi, kemungkinan bakal balik ngajar lagi." Cherry berujar, dan langsung dihadiahi dengkusan sebal dari kedua gadis lainnya kecuali Dhisti.
Dhisti sih berharap Widhy berhenti menjadi asdosnya. Masalahnya ini tidak baik bagi kesehatan jantungnya. Kalau sampai kebohongannya terbongkar, mungkin lelaki itu tidak akan tinggal diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dateperimen
Narrativa generale*UNTUK MENDAPATKAN CERITA YANG UTUH, KAMU BISA MENGUNJUNGI PLATFORM DREAME/INNOVEL💚 (COMPLETED) Silakan FOLLOW untuk membaca! 1 #in generalfiksi (06-08-2020) Adhistia Naeswari dihadapkan pada situasi genting, di mana ia harus menggantikan sahabatny...