The way I feel inside
Oleh nympandoraSuara goresan pada kanvas sudah bagaikan musik di telinganya. Kuas ia ayunkan penuh gairah bagai tongkat sihir menjentikkan mantra. Rambut berantakan dan tubuh penuh keringat tidak mampu mengusiknya. Ia terus melukis sepanjang malam, mengahabiskan waktu disaat semua orang tertidur lelap.
Sabine bahkan tidak ingat kapan terakhir dia tidur. Selama di Hogwarts tiap malam hanya dia habiskan di ruang rekreasi melakukan apapun yang bisa dia lakukan. Melukis, membaca, mengerjakan tugas, bermain dengan peliharaan seseorang atau bahkan ditarik Jae dan Tulip melakukan petualangan kecil mengelilingi kastil. Sabine tidak pernah bisa menolak mereka berdua.
Tiba-tiba cahaya masuk melintasi jendela menyilaukan mata. Menyadarkannya kembali pada dunia, mengembalikan pikirannya pada realita.
"Demi Merlin.." makinya pada diri sendiri. Ia menyeret tubuhnya melihat keluar apartemennya. Matanya sakit akibat sinar terik matahari mengintip dibalik kabut tipis. Suatu keajaiban matahari dapat bersinar seterang ini di London.
"Hm.. Kapan terakhir kali London secerah ini?" Gumamnya.
Matahari terbit, tandanya untuk menutup kembali dirinya. Kembali ke rutinitas dan bekerja.
Bergegas ia meninggalkan kanvas dengan kuas yang sudah bersih di hujung meja. Rambut diikat tinggi agar tidak menghalangi mata, kemudian meraih jubah hitam disertai kacamata tajam yang baru saja ia bersihkan. Kacamata itu satu-satunya hal yang bisa membantunya melihat tulisan-tulisan goblin yang kecil.
Hanya dengan menggunakan pakaian kerjanya, otot-otot di tubuhnya menjadi tegang. Dia sudah bisa membayangkan tumpukan kertas menanti di meja kerjanya.
Sejenak ia memandang dirinya di cermin. Bayangan di cermin itu terlihat asing. "Demi Merlin.. Apakah ini uban?" Siapa sangka menghabiskan waktumu di Gringotts nampaknya bisa menghisap jiwanya.
Loxydot* ia teguk dan roti ia gigit. Sabine keluar pintu apartemen disambut dua anak kembar berseragam lengkap berlari hampir menginjak sepatunya. Sederet makian keluar dari mulutnya namun suara pria tua dari lantai atas sudah mendahuluinya. Suara itu menggema sepanjang lorong menuju pintu keluar.
Sudah hampir dua bulan Sabine berencana untuk pindah ke apartemen yang lebih layak. Yang membuatnya bertahan di tempat ini adalah, apartemen Muggle selalu ramai sepanjang malam, membuatnya tidak pernah kesepisan menghabiskan waktu dirinya sepanjang malam. Namun kamar yang ia miliki terlalu kecil, lembap, dan bocor. Sudah terlalu banyak kanvas berjamur akibatnya.
---
"Pagi." Sapanya begitu melihat goblin tua Rickbert sudah bergulat dengan tumpukan pekerjaan walaupun jam belum menyentuh angka 8. Dia tidak mengucapkan apapun, hanya memberi anggukan. Sabine lega, jika Rickbert tidak merespon mungkin ia sudah memanggil staff lain karena mengira goblin itu sudah mati. Dia terlihat sangat pucat dan rapuh. Rambut di kepalanya lebih tipis dibanding minggu lalu dan keriput dahinya juga makin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Feel Inside | A William Weasley Fanfiction
FanfictionSabine Luther, seorang penyihir yang sudah menghabiskan hidupnya di Gringotts semenjak lulus dari Hogwarts. Hidupnya yang membosankan berubah begitu bertemu William Weasley. Perlahan rahasia terungkap mengenai dirinya, dan saat ini dia bahkan meragu...