Hari semakin senja, waktu bermain Ryu sudah selesai. Waktunya Ryu untuk mendapatkan private school, sebenarnya Ryu sangat malas untuk pergi ke kamarnya dan mendapatkan pelajaran menghitung, tapi mau bagaimana lagi dia takut Miya akan marah jika dia kabur --lagi.
Sekarang Ryu sedang merebahkan tubuh mungilnya di atas nakas, menalar langit langit kamar yang berwarna putih tanpa noda sama sekali-- seperti diri Ryu untuk saat ini, tanpa noda dan belum dinodai, Ryu selalu berharap hari hari akan berhenti disaat dimana dia masih seperti ini, tidak bertambah dewasa dan menghadapi akan yang terjadi selanjutnya.
Ryu mendudukkan tubuhnya dan menyandarkannya ke bantalan yang empuk, sesekali mengintip kearah jam klasik yang berada di sudut ruangannya. Seluruh interior kamar Ryu bernuansa klasik, entah dari meja, kursi, nakas sampai lemari pakaian semuanya bernuansa klasik, tidak tau alasannya apa, tapi semua ini membuat Ryu merasa... nyaman seperti dirumah
"Tumben Nakamoto-sensei telat, biasanya dia juga yang ada disini pertama kali" Ryu mengerucutkan bibirnya kesal, disaat dia meninggalkan halaman belakang lebih awal karena takut terkena omelan sensei berusia 24 tahun itu lagi-- sensei itu malah tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali.
"Ya sudah aku cari Nakamoto-sensei aja" Ryu pun berguling untuk menjatuhkan badannya dari nakasnya, jangan khawatir itu sudah menjadi kebiasaan Ryu sejak dulu, lagipula karpet yang menutupi lantai kamarnya sangat empuk karena ada bantalan bantalan kecil di dalamnya.
Setelah mendarat dengan sempurna di atas karpet, Ryu pun langsung berlari kecil kearah pintu kayu dan mendorongnya pelan. "Kira- kira Nakamoto-sensei dimana ya? kantornya dimana?" Ryu melangkahkan kakinya tak tentu arah melewati lorong panjang khas sebuah mansion besar.
Sekarang posisi Ryu berada di gedung Timur, tempat para pekerja berlalu-lalang mengerjakan pekerjaan dan tidak memperhatikan kehadiran Ryu yang terus berjalan ke arah Barat-- tempat yang tidak bisa dilintasi oleh seorang kasta rendah --
Senja oranye mulai menutupi langit, Ryu tetap berjalan dan berjalan seperti badannya ditarik oleh medan magnet menuju ke arah Barat. Kalian tau? Ryu tidak pernah pergi seorang diri, ia selalu diawasi oleh Miya atau pekerja lain. Seperti mereka melarang Ryu pergi ke suatu tempat, atau itu hanya ilusinya semata?
Tak lama kemudian, tubuh mungil Ryu terhenti di depan sebuah Pintu besar bewarna cokelat dengan ukiran ukiran yang sangat indah di mata seorang Shinohara Ryu yang menyukai barang barang klasik. Dengan perlahan Ryu mendorong pintu kayu itu hingga terdapat celah kecil untuk Ryu mengintip ke ruangan yang ada di balik pintu kokoh ini.
Pemandangan yang Ryu lihat sangat menakjubkan baginya, pasalnya di balik pintu itu ada sebuah ruangan besar berwarna emas cemerlang seperti benar benar dilapisi oleh emas. Langit langit ruangan itu dilukisi oleh lukisan pemandangan alam yang sepertinya dilukis oleh para ahli, dan jangan lupa chandelier besar yang menggantung disana. Ryu rasa chandelier itu benar benar terbuat dari emas dan berlian yang berkilauan terkena sunset oranye. Banyak sekali barang antik di sana, mulai dari gucci, lukisan, kerajinan keramik yang hanya Ryu bisa lihat dari majalah yang diberikan Dai dahulu.
Anehnya, tidak ada sama sekali pekerja yang berkeliaran di ruangan besar itu. Sunyi tetapi indah, Ryu menyukai ruangan ini hanya dalam sekilas melihat.
"Apa aku harus masuk kesana?" Ryu berbisik kecil dengan dirinya, menimang nimang apakah ia harus masuk kedalam ruangan indah itu atau tidak. Miya tidak ada di sampingnya maupun pekerja lain yang selalu membatasi dirinya "aku harus masuk, sayang sudah sejauh ini" batin Ryu, melupakan apa tujuan dia sebenarnya --mencari Nakamoto-sensei. Ryu mendorong pintu lebih lebar sampai ada cukup ruang untuk tubuhnya masuk ke dalam, setelah berhasil menapakkan kaki mungilnya ke dalam ruangan yang seakan berlapis emas itu entah mengapa Ryu merasa ada sesuatu yang membuat hatinya nyaman? dia sendiri tidak tau kata apa yang bisa mendefinisikan perasaannya sekarang.
"woah... aku tidak tau ada ruangan sebagus ini di Mansion" Ryu menatap sekelilingnya dengan mata berbinar binar, menyentuh barang barang dari porselen itu dengan ujung jari mungilnya.
Tanpa Ryu sadari ada seorang pria yang menatapnya tajam seperti elang yang menatap mangsanya
"apa yang dilakukan seorang omega disini?"
DEG
Mendadak semua badan Ryu tergugu kaku, seperti suara tersebut telah membekukan sekujur tubuhnya. Detak jantungnya mendadak berlari kencang, begitu juga dirinya yang ingin melarikan diri sekarang juga. Dengan perlahan Ryu menggerakkan kepalanya, berusaha menatap sumber suara.
"M--" Suara Ryu tertahan di tenggorokkannya. Di depannya berdiri seorang Pria gagah berumur sekitar 31 tahun. Tubuhnya menjulang tinggi sehingga Ryu harus mendongakkan kepalanya untuk menatap kedua bola matanya, rahangnya keras, dia memakai kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku yang membuat guratan otot pria tersebut terlihat jelas.
"sekali lagi saya tanyakan, apa yang dilakukan seorang omega disini?" Manik emerald pria itu seakan mengkilap menatap tajam manik hitam Ryu yang menciut ketakutan.
"Jawab"
Kalimat tersebut dilontarkan bukan seperti sebuah perintah, nada nya datar dan dalam tapi mampu membuat Ryu bergidik hebat. Saat itu pun Ryu sadar kalau dia melakukan kesalahan fatal yang mampu membuat Masternya terlihat seperti ini.
Master yang membelinya 2 tahun lalu
Hibiki Kyo
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha [BL]
Fiksi RemajaShinohara Ryu adalah seorang Omega...itu yang selalu orang katakan padaku.. Aku pun tidak tau Apa itu Omega. Apa itu sebuah penyakit? Apa itu penyakit yang berbahaya sampai orang tuaku menjualku Kepada seorang Alpha-- dan lagi pula apa itu Alpha...