Short story collection that was inspired by beautiful songs I heard. [Songfic]
Kumpulan one shot yang ku tulis berdasarkan inspirasi dari lagu-lagu indah yang ku dengar. Karena terkadang suka bingung mau di muntahkan kemana. [Multi Genre]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Choke this love 'till the veins start to shiver One last breath 'till the tears start to wither
. .
"Kau masih menyukai kolam renang di rumahku, huh?" tanya Seokjin geli ketika mereka berdua sampai di kolam renang besar yang terletak di belakang rumahnya.
Namjoon hanya membalas pertanyaan itu dengan sebuah dengusan kasar, "Entahlah, aku hanya menyukainya saja, hyung." balasnya sembari menatap genangan air kolam yang memantulkan cahaya bulan purnama pada malam itu.
Pikirannya melayang jauh. Ia mengutuki dirinya sendiri. Kenapa ia malah bertamu semalam ini ke rumah Seokjin? Namun sungguh, Namjoon benar-benar tak mampu mematahkan hati pemuda itu lebih lagi. Sudah terlalu banyak luka mendalam yang ia torehkan dengan jelas di hati Seokjin, ia tak ingin menambahkan jumlahnya kembali.
Tiba-tiba, Namjoon merasakan ada sepasang lengan kurus yang memeluk tubuhnya dari belakang. Ia sempat berjengit, namun membiarkan Seokjin melakukan hal itu. Ia tak menolak, namun juga tak bereaksi apa-apa. Ia hanya diam saja disana, tak tahu harus bersikap seperti apa.
"Selama dua bulan lamanya, aku menyendiri di sebuah desa terpencil. Mencoba untuk melupakan semua kenangan tentang kita. Selama itu pula diriku semakin tersiksa kala mengingatmu." mulai Seokjin lirih, pelukannya pada tubuh liat Namjoon semakin mengerat.
"Dadaku selalu sesak. Setiap malam ketika hendak memejamkan mata, aku berharap bisa tertidur dengan tenang, tanpa merasa tercekik oleh bayang-bayangmu." ucap Seokjin miris, ia menggesek-gesekkan wajahnya ke tubuh tegap Namjoon sambil terus mendekapnya.
"Namun setelah melewati semua pergumulan hidup dan keretakkan hati di tempat itu, akhirnya aku menyadari sesuatu." tambah Seokjin sembari melepaskan pelukannya.
Perlahan, ia membalikkan tubuh Namjoon hingga saat ini mereka saling berhadapan, di tatapnya mata hitam pria itu lekat, "Aku sadar, aku tidak bisa melupakanmu. Jiwaku terus berteriak kesetanan mencari dirimu. Aku mencintaimu, Namjoon. Sangat. Apa kau masih belum mengerti juga?"
Seokjin mengeliminasi jarak di antara mereka berdua. Ia memejamkan matanya, kemudian mencium bibir Namjoon. Awalnya, ciuman itu terasa ringan, bagai kecupan singkat. Namun seiring waktu, ciuman itu semakin menuntut dan panas membara.
Seokjin melumat bibir pria tercintanya dengan rakus. Sisi beringas dan posesifnya naik ke permukaan. Ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Namjoon, kemudian mendorong tengkuk pria itu pelan, berusaha memperdalam ciuman brutal itu.