"undangan sudah di cetak dan harus segera di sebar" lalu wanita itu kembali menatap layar tab yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya.
"Gaun sudah siap, katering beres , perawatan pengantin wanita?astaga! Hana sayang, apa kau ingin perawatan di Korea saja ? Atau di sini? Biar aku urus semuanya" Suara itu kembali mendominasi telingaku setelah sempat hening , itu adalah calon mertuaku nyonya Lee Hyo Jin atau yang biasa orang kenal sekarang dengan nama Park Hyo Jin.
"Dimana saja Eomonim, jika ingin yang cara trasional di sini lebih bagus kurasa? Namun untuk mengestimasi waktu ku kira lebih baik di Korea saja."
Wanita itu mengangguk—setuju.
"Ya benar sekali,aku tidak mengelak jika masalah herbal disini juaranya. Tapi melihat waktu yang tersisa ,benar juga katamu. Gadis pintar" pujinya.Calon mertuaku adalah sosok wanita yang hangat. Percayalah ia masih cantik di usia nya yang sudah tidak muda lagi. Aku semakin sering bertemu dengannya beberapa hari ini, bahkan aku sudah dalam fase mengenali bau parfumnya. Ia sering menggunakan bau-bau lavender, ah itu sangat elegan dan manis disaat bersamaan. Menyempurnakan paras yang ia miliki.
Seperti yang pernah ayah katakan dulu—Park Hyo Jin sangat ingin memiliki anak perempuan. Bisa kulihat semua itu dengan jelas. Sejak awal kedatangannya kerumahku seminggu yang lalu, aku sudah dibanjirinya dengan kasih sayang. Tak perlu menunggu sampai pernikahan untuk tahu apa mertuaku akan menyukaiku atau tidak.
Ia sangat perhatian,peduli , dan sangat perfectionist dalam persiapan acara pernikahanku dan puteranya–Park Jimin .
Ah ya, pernikahanku...
Tak terasa itu akan berlangsung beberapa hari lagi.
Aku sudah menyelesaikan segala study ku kemarin.
Hanya tinggal menunggu graduation nya saja. Rasa lega tentu ada.
Bahkan calon mertuaku menemaniku di luar ruangan selama sidang!Lalu calon suamiku? Ia beberapa kali menelfon ,menanyakan kabar ataupun sekesar bertanya soal persiapan pernikahan kami. Namun sayangnya ia tidak bisa datang karena memang dasarnya ia orang yang sibuk. Tak bisa semudah itu untuk mangkir dari pekerjaan.
"Aku sudah membayangkan banyak sekali hal yang akan kita lakukan bersama nantinya. Siapa yang tidak sabar jika itu adalah menantu sempurna sepertimu? Sungguh aku adalah mertua yang beruntung!"
"Bukannya justru akulah yang sangat beruntung memiliki calon ibu mertua sepertimu,Eomonim?"
Jika waktu di putar, mungkin dulu saat pertemuan pertama kami aku akan lebih bersikap baik padanya. Penyesalan memang selalu datang di akhir. Tapi kurasa kisahku baru saja dimulai.
Park Hyo Jin tersenyum penuh arti, atau haruskah ku tetap memanggilnya Eomonim walaupun di dalam hati?
"ada satu yang sebenarnya aku ingin tanyakan padamu,Hana."
"Dan aku akan menjawabnya dengan senang hati , Eomonim."
"Apa kau sudah menaruh hati pada anakku? Tolong jangan tersinggung, hanya saja pernikahan akan menjadi sangat indah apabila ada cinta di dalamnya bukan?"
Tentu saja itu benar. Tapi perasaanku? Untuk memastikan ini cinta–aku masih ragu. Aku memang kagum dengan Park Jimin. Terkadang aku merasa senang saat melihatnya atau hanya mendengar nama saja. Tapi bukankah cinta lebih daripada perasaan yang ku rasakan sekarang ini? Anggap saja aku sudah menyanyanginya. Cinta dan sayang adalah sebuah perasaan dengan kadar presentase yang berbeda kan?
"Ah, itu—tentu saja." mungkin ini akan terdengar meragukan.
"aku yakin kau akan mencintai nya,Hana. Dia adalah pria yang baik. Tak susah untuk jatuh cinta padanya. Dan satu lagi , aku berharap dengan perjodohan ini kita bisa benar-benar menjadi keluarga. Kalian pasti dapat membangun keluarga kecil kalian kelak dengan baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOMING
FanfictionAbinaya Hanasta Sastrohandoyo adalah gadis dua puluh dua tahun yang memiliki banyak mimpi dalam hidup nya. Hana, biasa orang memanggilnya merasa bahwa masa muda nya adalah hal yang paling sempurna. Namun ternyata ia salah , semua benar-benar berubah...