Bab 2

10 0 0
                                    


*****

Seminggu disini membuatku bosan, tak ada yang menarik disini. Semuanya tak lagi bebas, aku melihat dari balkon asrama putri, semuanya sedang melakukan jumsih yang artinya jum'at beberesih. Semuanya diwajibkan ikut, laki laki membersihkan halaman dan perempuan membersihkan madrasah.

Malas sekali harus bergabung disana, aku melihat umi melambaikan tangan padaku, bergegas aku turun.

"Ada apa Umi?" Umi membimbingku agar memasuki rumahnya.

"Ayo bantu umi membuat es sirup" aku mengangguk mengikuti umi menuju dapur.

Aku terus mengekor dibelakang umi menghiraukan seseorang yang tengah minum dimeja makan yang ada didapur. Pemuda yang saat itu bersama kiyai menoleh sebentar lalu melanjutkan minumnya setelah itu ia bergegas keluar bergabung bersama yang lain.

"Yang barusan siapa umi?" Memberanikan diri untuk bertanya sambil menatapnya saat umi menyuruhku duduk didepan kursi yang tadi pemuda itu duduki.

"Anak sulung umi, Namanya Abizar. Umi kira kamu sudah tau" Aku hanya mengangguk, selama seminggu ini aku jarang memperhatikan orang orang yang ada dipondok ini. Setelah selesai pengajian aku akan langsung kekamar dan membuka sosial media ataupun bermain game.

"Bagaimana betah tidak seminggu disini" Aku berpaling dari semangka yang sedang kupotong kecil kecil lalu menatap umii sejenak.

"Betah umii, mungkin karena belum terbiasa manda kadang sedikit bosan" Aku menjawab dengan tetap memotong semangka. Aku merasa nyaman saat bersama umi, Sifatnya begitu keibuan. Dan yang aku dengar umi bukan asli orang sini, Umi orang jakarta sepertiku lalu disunting oleh kiyai dan dibawa kesini mengurus pondok ini.

Setelah selesai dengan dua baskom es sirup, Umi langsung mengajaku membagikan sirup sirup ini. Aku mengekor dibelakang umi dengan membawa satu baskom sirup, karena satu lagi dibawa oleh umii.

"Istirahat dulu" Aku menunduk saat semua pandangan tertuju padaku, Maksudnya pada umi yang menyuruh mereka beristirahat dengan suara agak dikencangkan.

Mereka segera berkumpul, santriawan disebelah kiri sedangkan santriawati disebelah kanan dengan jarak yang agak jauh. Aku berjalan menuju santriawati perempuan aku menyerahkan baskom itu pada perempuan yang kuketahui sebagai rohis putri, aku melihat dia mendelikan mata dibalik niqob warna navy itu padaku.

Aku duduk dekat santriawati yang kuketahui namanya indah, mengabaikan delikan mata rohis itu karena memang aku tak punya masalah dengannya.

Aku tersenyum memperhatikan semua santri terlihat bahagia dengan minuman sederhana itu, saat aku dijakarta aku dapat dengan mudah membeli minuman ini, bahkan yang lebih enak.

"Manda, Manda?" Aku menoleh saat seseorang menyenggol pelan lenganku, dan ternyata itu indah.

"Iya ada apa? Kenapa bisik bisik" dia menyimpan jari telunjuknya dibibir. "Laun atuh" Ucapnya lagi. (Pelan dong)

"Ada apa?" Aku sedikit berbisik.

"Itu kang abi lagi liatin kamu?" Dahiku mengernyit, kang abi? Siapa?. "Siapa kang abi?" Masih mengucapkannya dengan pelan.

"Itu kang abizar, anak pemilik pondok" kugeser pandanganku menuju santriawan laki laki, dan benar saja pemuda yang tadi didapur sedang memperhatikan kearah sini lalu kepalanya kembali menunduk.

"Mungkin kang abi lagi liatin kamu" Indah hanya menggeleng, Bisa saja kan? Lagian disini juga banyak santri perempuan, bisa saja ia menyukai salah satu diantara kami. Aku mengedarkan pandanganku mencari siapa perempuan yang sedang menatap balik kang Abi, Dan ternyata rohis yang mendelikan mata tadi sedang menatap kang abi dibalik niqobnya. Aku tertawa dalam hati, bukankah niqob itu sebagai penghalang.

Aku sedikit mencondongkan kepalaku pada indah dan berbisik"lagi liatin rohis."

Indah kembali menggeleng. "Bukan, teh Dian tuh ada disebrang kita. Sedangkan kang abi ngelirik sebelah sini." Aku membenarkan ucapan Indah, Masih belum mengerti. Lagian kenapa kalau ngelirik, itu hak dia, tak ada arti khusus.

Meninggalkan indah aku bangkit membereskan gelas kotor, memasukannya pada baskom bekas sirup tadi. Seseorang mencegah saat aku akan mengangkat gelas gelas kotor.

"Biar aku aja" aku membiarkan teh dian yang mengangkat gelas kotor kedalam rumah umi. Lalu aku bergegas kekamar karena sudah akan memasuki waktu dzuhur, acara jumsih pun sudah beres.

*****

Mengusahakan langkah sepelan mungkin, agar tak menimbulkan suara kaki beradu dengan tangga kayu. Sambil menenteng sepatu vans hitam dengan jeans hitam serta kemeja biru kotak kotak yang ia gulung sampai setengah lengan.

Setelah menapaki lantai amanda segera membuka pintu dapur dengan kunci yang ia ambil dari kamar teh dian yang kebetulan tergeletak diatas kasur lantai.

Malam sudah larut, menunjukan pukul 9 lewat 30 menit, ia bosan dan nekat keluar pesantren saat malam agar tak ketahuan. Setelah keluar dan kembali mengunci pintu ia bergegas menuju gerbang lalu memanjat dengan lihai, setelah selesai ia menelpon teman yang mengajaknya kepasar malam, Manda menyetujuinya karena pasar malam lumayan dekat, jadi ia tidak khawatir.

Ia melambai pada agus yang sudah menunggunya dipinggir jalan, Agus teman barunya. Mereka kenalan lewat sosial media dan ternyata rumah agus dekat dengan pesantren.

"Yuk, keburu malem"Amanda segera menaiki motor Vixion hitam milik agus setelah memakai sepatunya. Rambut coklatnya ia gerai, ia masih belum terbiasa jika harus setiap hari memakai jilbab. Dan mumpung beberapa jam kedepan bebas, ia meninggalkan jilbabnya dipondok.

Manda merentangkan dua tangannya dimotor, sudaj lama sekali ia tak berjalan jalan malam. Biasanya ia dan teman temannya akan ke mall atau nnton bioskop sampai larut malam.

Manda dan Agus mencoba menaiki beberapa wahana permainan, juga membeli jajanan kaki lima. Waktu menunjukan pukul 11, ia bergegas meminta agus mengantarkannya pulang.

Seseorang menyampirkan sorban pada kepala manda, Menarik baju manda agar mengikutinya menuju parkiran. Dari belakang manda bisa melihat seseorang dengan celana bahan serta baju koko warna biru muda berjalan dengan tergesa gesa.

Manda menghentakkan tangan itu agar terlepas dari bajunya, pemuda itu berbalik saat pegangannya terlepas dari baju manda. Mata manda melotot melihat wajah kang abi memerah.

"P.u.l.a.n.g Amanda" kang abi menekankan kata pulang pada amanda, Malam sudah larut dan ia masih keluyuran.

Amanda menunduk sambil mengekori kang abi, kepalanya menoleh kebelakang dan mengucapan "Maaf" tanpa suara pada Agus yang memperhatikan dari kejauhan, tentu saja agus tau siapa Abizar.

Assalamu'alaikum Amanda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang