5. BERTETANGGA

435 18 0
                                    

Sebelum membaca, ayok klik bintang dipojok kiri oke?!
.
.
.
HAPPY READING






Khanza tiba di Taman dekat rumah barunya, ia melihat siluet laki laki yang kini terduduk dengan memakai jaket hitam yang sangat ia kenali, Farrel. Khanza menghampirinya dan langsung duduk, sontak Farrel membuat Khanza kaget karena tiba tiba cowik itu langsung memeluknya erat sambil terisak, tentu saja Khanza heran.

saat Khanza ingin melepaskan melukannya justru Farrel memeluknya semakin erat."tolong jangan lepaskan, biarkan kayak gini dulu hiks hiks.."

akhirnya Khanza mengalah.

Setelah lama mereka berpelukan akhirnya Farrel tenang dan menghapus jejak air matanya.

"Lo kenapa, Rel?"

"Apa gw salah menyalahkan seseorang atas meninggalnya mama gw?"

"Maksud lo? ya tentu kalo lo menuduh dia tanpa bukti sama aja bohong,"

"Lo gak bakal ngerti," ucap Farrel tersenyum dan mengusap kepala Khanza.

"Ya allah, perlakuan Farrel manis banget. eh, kenapa gw terpesonan ikh, amit amit." batin Khanza kini sempurat dipipinya membuat farrel tertawa lepas.

"Hahhahah, Za sumpah lucu, lo tuh kayak preman kalo nagih Kas tapi lo baperan orangnya hahhahah," Farrel tergelak.

"Ikh apaan sih Gak jelas," cemberut Khanza. "gw kesini malam malam nemenin lo cuma untuk nenangin lo gitu?"

"Hm, bisa jadi. karena sekarang gw hanya punya lo untuk support gw," muka Farrel tampak serius sambil memandang sorot mata indah Khanza.

"Apaan sih lo kutukupret belum minum obat ya jadi otak lo miring gitu,"

"Lo gak lupa kan sama janji lo?"
seringainya menghiasi wajah tampan Farrel.

Khanza tampak berpikir sejenak."iya-iya. gw tau"

"Dan mulai besok lo harus urusin semua keperluan gw termasuk di rumah gw juga, "sontak pernyataan Farrel membuat Khanza langsung membolakan matanya.

apa-apanya cowok itu?! memangnya ia babunya apa.

"Apa?! gak mau gw, emang gw babu lo."

"ya kalo gak mau gak papa sih, tapi gw tau lo tipe orang yang gak akan ngelanggaran janji lo," ucap Farrel dengan santai.

"Hm ,iya gw mau," Khanza mendesah lelah.

"Ya udah sekarang pulang. gw anterin lo dulu," ucap Farrel sembari berjalan menuju motor diikuti Khanza.

"Cepet naik, ntr lo diculik mak Lampir kan bahaya," canda Farrel yang mendapat dengusan Khanza.

"Pegangan Za, entar lo jatuh,"

"Idih gak mau itu sih modus lo aja," Khanza memasukan kedua tangannya pada hoodie.

Tangan Farrel pun memnuntun tangan Khanza untuk memeluk pingangnya sontak saja perlakuan Farrel membuatnya blusing.

"Nah gini kan enak,"

"Ya udah cepat jalan!"

"Ya mau jalan gimana gw gak tau rumah lo,"

"Rumah gw dekat sini tuh yang rumahnya warna cream dekat rumah warna putih," Khanza menuju rumah yang dapat dilihat oleh mereka dari Taman.

"Tunggu dulu, itu rumah lo?" tanya Farrel sambil menunjuk rumah bercat cream

"Iya,"

"Wah kayaknya jodoh nih gw, kita tetanggaan nih." tawanya sembari menjalankan motor Sport merah kesayangannya menuju rumah bercat cream.

"gw tetanggaan sama lo? bisa bisa gw strees dan ini lagi kenapa mesti dianterin pake motor segala orang dekat gini," gerutu Khanza.

"Iya gw juga senang kok tetanggaan sama lo, gw anterin lo pake motor biar calon ibu dari anak anak gw gak kecapean," kekeh Farrel berhenti didepan rumah khanza.

Blusssshh

ucapab Farrel membuat Khanza blushing. agaknya ia lemah dengan perlakuan Farrel. Khanza turun dari motor Farrel dan menipuk kepala farrel membuatnya meringis.

"Gak ada receh gw,"

"Gw gak minta receh, dolaran dirumah gw masih cukup untuk menafkahi lo dan anak anak kita,"

"Stres lo! udah sana pergi." usir Khanza sambil tangannya seperti mengusir kucing.

"Ya udah gw pulang dulu tetangga. calon masadepannya Farrel Alsaran Bagaskara," Farel tersenyu dan langsung pulang kerumahnya.



***


Aksa sedang berada ditaman rumahnya yang tampak luas. Ia duduk dikursi rodanya dengan memandang kosong kedepan memutar ulang memori lamanya saat kejadian dimana ia kehilang sosok ibu. taak lama deru suara motor kembali membawa kesadaran Aksa dan dia tau itu suara motor adiknya
ia pun ingin memperbaiki hubungannya yang sekarang tak harmonis seperti dahulu.

"Lo dari mana malam malam keluar?" tanya Aksa sambil menghampiri adiknya Farrel.

"Mau gw pulang atau gak pun bukan urusan lo!"

"Sampai kapan lo gak mau maafin gw, Rel?

"Selama gw masih bernafas gw akan pernah maafin lo," rahangnya menggatup, tangannya menggepal menandakan bahwa Farrel emosi.

"Kenapa lo selalu salahin gw terus? kejadian itu murni kecelakan Rel" ucap Aksa dengan nada frustasi.

"Sampai kapan pun gw akan salahin lo! seharusnya lo yang mati bukan mama! lo itu pembawa sial." teriak Farrel penuh emosi dan langsung masuk rumah dengan membanting pintu.


TBC


HOPE [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang