1. Kecelakaan

212 64 18
                                    

JANGAN JADI SILENT READER YA‼️
VOTE AND KOMENTAR KALIAN SANGAT BERARTI.
TERIMAKASIH.

Kring...kring....kring....

Suara telepon menggema di ruang tamu rumahku. Aku yang sedang didapur membuat teh langsung berlari ke ruang tamu untuk mengangkat telpon yang semakin lama semakin nyaring terdengar.

"Halo"

"Ya, halo, Benarkah ini dengan rumahnya bu Rianti?" Sahut suara diseberang sana yang terdengar seperti suara seorang perempuan yang sedang mengalami masalah.

"Iya, benar, saya anaknya, ada perlu apa ya?" tanyaku pada orang itu.

"Saya dari pihak RSU Rudi Bangsa ingin mengabarkan bahwa ibu Rianti mengalami kecelakaan, saat ini tengah ditangani di ruang ICU"

"Apa?" hanya itu yang bisa ku keluarkan sekarang. Aku menganga sekian detik masih memegang gagang telepon yang masih mengeluarkan suara yang entah apa itu karena fokusku sekarang tak lagi disini.

Gak mungkin kan? Mama gak mungkin...
Air mata terus meluncur tak dapat ku bendung lagi saat mendengar nama mama disebutkan mengalami kecelakaan.

Aku masih mematung di tempat, menangisi apa yang dikatakan perempuan tadi ditelepon.

Aku gak boleh berdiri di sini terus, aku langsung berlari ke dapur mematikan kompor yang menyala. Dan langsung kuambil tasku dikamar. Aku harus cepat, aku harus cepat sampai di rumah sakit, hanya itu yang bisa ku hafalkan sekarang saat menunggu taksi yang tak kunjung lewat. Kenapa di saat-saat seperti ini, taksi gila itu gak kunjung lewat. Apa yang harus aku buat? aku gak bisa bawa motor. Alhamdulillah, setelah lima menit aku menunggu di jalan ini barulah lewat taksi, aku mencegat taksi tersebut dan langsung masuk ke dalamnya.

"Pak, ke RSU Rudi Bangsa ya, kalau bisa ngebut pak" kataku masih dengan suara serak akibat menangis yang sampai sekarang belum bisa untuk berhenti.

"Iya neng, yang sabar neng, jangan nangis terlalu berat neng" katanya yang melihatku tak kunjung reda menangis di jok belakang taksi.

Aku hanya bisa mengangguk tidak bisa berkata-kata apapun lagi.

Aku teringat dengan kak Radit, aku belum menghubunginya dari tadi. Aku langsung menghubunginya. Alhamdulillah dia cepat mengangkat teleponku.

"Kak, mama... ma..ma kak.. hiks... hiks.. hiks.."

"Kenapa mama dek?" tanya kakakku terdengar panik.

"Kak, cepat ke hiks... RSU hiks.. Rudi Bangsa hiks.. hiks...."

"Dek apa yang terjadi?"

Aku hanya diam tak sanggup untuk menjawab.

"Halo dek! Halo..!"

Aku gak sanggup buat bicara lagi, suaraku seperti ditelan bumi hanya tangisanku yang keluar saat ini.

Tak berapa lama kudengar nada sambung terputus, kurasa kakakku paham apa yang terjadi.

Aku turun dari taksi setelah membayarnya, aku harus segera sampai di tempat mama.

"Suster, ruang ICU yang membawa korban kecelakaan barusan dimana?" tanyaku pada seorang suster yang duduk di resepsionis.

"Maaf, adek ini mencari pasien yang mana ya?  soalnya ada beberapa orang yang mengalami kecelakaan beruntun ini dan sedang ditangani di ruang ICU".

"Ibu Rianti Annisa" jawabku cepat.

"Oh, ya, ayo! mari saya antarkan!" suster itu mengantarku ke tempat mama ditangani.

Ya Allah selamatkan mama, aku hanya bisa berdoa dan berharap pada-Mu. Ku mohon selamatkan lah mama. Aku hanya bisa meminta pada-Mu.

Aku hanya bisa berharap agar Allah menyelamatkan mama.

Kulihat dokter telah keluar dari ruang ICU, aku langsung menghampirinya. Belum sempat aku bertanya dokter itu telah mendahuluiku.

"Yang mana keluarga ibu Rianti?" tanyanya.

"Saya dokter, saya anaknya, bagaimana dengan mama saya dokter?"

"Begini mbak, bu Rianti saat ini membutuhkan banyak transfusi darah, karena pendarahan yang dialaminya pasca kecelakaan".

"Dokter tolong mama saya dok, pakai darah saya saja dok, saya ini anaknya".

"Baiklah kita cek darah dulu ya, soalnya golongan darah bu Rianti B, ayo mari!". Akupun mengikuti dokter itu ke ruangan pengecekan darah.

"Bagaimana dokter? apa golongan darah saya?" tanyaku seusai pengambilan darah.

"Sebentar ya" katanya.

"Maaf mbak, golongan darah mbak tidak cocok untuk pasien, golongan darah mbak A" jelasnya.

JLEB..

Golongan darahku sama seperti papa. Allah apa yang harus aku lakukan?

Kak Radit kakak dimana?

"Pasien harus segera ditolong, kita tidak punya banyak waktu, keadaan pasien sangat kritis karena kehabisan banyak darah, tolong carikan pendonor yang lain sus". Kata dokter itu pada suster yang disampingnya.

Air mata yang tadi sempat terhenti kini kembali meluncur tak bisa kutahan lagi meski hanya sebentar. Allah, kumohon selamatkan mama.

"Sebentar lagi kakak saya datang dok, bisa tunggu sebentar dok?" Kataku sambil terisak.

Dokter itu menganggukkan kepalanya menjawabku.

***

"Malika, mama mana?" tanya kak Radit yang baru saja sampai.

"Kak, mama kritis, mama butuh banyak darah".

"Dokter dimana?" tanyanya lagi.

Aku menunjuk ke arah dokter yang berdiri di depan pintu.

Kak Radit berlari menghampiri dokter itu.

"Dok, darah saya sama dengan mama saya, ayo dok cepat tolong mama saya".

"Baiklah mari!  kita tidak bisa menunggu lagi, tapi sebelumnya kita harus memastikan apakah darah anda baik digunakan untuk pasien, mari!".


***


23 Juni 2019

High School & Love After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang