Wajar kan kalau suatu sekolah punya hukuman untuk muridnya yang sering datang terlambat? Begitu juga dengan sekolah oviola, atau gadis yang kerap dipanggil ala.
Lebih lagi ala bukan siswi rajin dan disiplin, atau malah bisa dibilang jauh dari itu.
Ia lebih memilih waktu tidur cukup dibanding datang pagi menghindari telat, apalagi tidur larut hanya untuk mengerjakan tugas.
Dan pagi ini ala juga datang terlambat.. yang memungkinkannya mendapat hukuman mengepel aula, membereskan perpustakaan, atau memotong rumput yang ke lima belas kalinya di semester ini. Padahal semester pertamanya belum lalu setengahpun.
Kalau saja mungkin untuknya mendapat surat peringatan atau lulus dengan gelar drop out. Tapi beruntungnya ala punya sebuah prestasi yang patut sekolahnya banggangkan, juara cheerleading atau tim pemandu sorak.
Merasa lelah dengan semua hukuman yang seolah menjadi rutinitas pagi hari, ia mencoba saran yang kemarin kak ten -re: salah seorang seniornya di tim cheers- beri tahu.
Ia berjalan menuju tembok barat sekolah dan menemukan satu bagian tembok yang menempel erat dengan tempat pembuangan, membuatnya mudah dilalui dengan menjadikan tempat pembuangan sebagai pijakan.
Oh ayolah, oviola adalah second flyer dalam tim cheers sekolahnya tentu saja ia dengan percaya diri melompat dan mendarat-
BRUK!
Ups! Ternyata tak semudah yang ia kira.
"Huhuuu bundaa, ala jatuhh. Gak lagi-lagi deh gue cobain sarannya kak ten. Sialan emang"
"Saya kira ada buah jatuh"
Ucap seorang pria yang terkejut begitu menghampiri ala dan menatap ala keheranan.
"Gue bukan buah ya!"
"Kamu ngapain? telat ya? Kok berani-beraninya masuk lewat atas situ? Mau saya lapor pak satpam?"
Ala mengerutkan wajahnya sebal pada seorang pria yang entah darimana datangnya tiba-tiba mencampuri urusannya itu.
Ala rasa pria ini adalah salah seorang kakak kelas karena ia cukup populer di angkatannya membuat ala sekiranya hafal dengan semua teman seangkatan. Setidaknya, jumlah pria lebih memungkinkan bagi ala untuk menghafalkan satu persatu.
