Bara firmansyah

18 5 1
                                    

Untuk kalian. Para kaum penunggu kata-kata. Memang benar, sudah menjadi garis takdir bagi wanita untuk menunggu laki laki yang mulai lebih dulu angkat bicara. Tapi.. apa layak seorang laki laki yang susah angkat bicara seperti halnya aku, seenaknya di sebut “Pecundang. Pengecut. Meragukan”.

Simple saja. Aku mendekati berarti aku jatuh hati.Itu lah aku..

Bara Firmasyah.

***

“Bara firmansyaaaaahhhhh !!!” Teriakan seorang laki laki terdengar jelas di telinga bara.

“Bentarr !!!” Bara terkejut. Lengannya buru-buru menutup buku hitam yang ada di hadapannya. Lantas bara segera memasukan buku hitam itu ke dalam tas milik-nya seraya berjalan menuju ke luar rumah.

“Bar buruaaannn !!!” Laki laki di luar itu kemabli berteriak.

“Iyaaa..iyaaa” Bara keluar rumah. Sepatunya terlihat hitam kinclong. Celana abu abu panjangnya begitu licin. Seragam atasnya putih bersih dengan namtage di bagian dada kiri yang tertera nama “Bara Firmansyah”. Rambut bara tersisir rapi. Hidungnya kembang kempis. Mulutnya melebar luas dengan gigi bersihnya yang nongol semua.
Bara firmansyah nama lengkapnya. Seorang laki laki dramatis berkumis tipis. Berparas wajah tampan, ber-perawakan biasa biasa saja dengan tinggi badan 172 cm. Dia memiliki suatu hoby. Ia suka menyair kata kata, lalu menyusunnya menjadi sebuah kalimat yang terkesan dramatis dan lalu ia tulis di buku hitam tebal miliknya.

Pagi itu bara baru saja di teriaki seorang laki laki dari luar rumahnya. Laki laki itu adalah Tobi syahputra yang tak lain adalah sahabat bara. Ia tengah duduk santai di atas jok motor-nya menunggu bara. Tobi syahputra berperawakan ideal. Badannya tegar berotot, matanya agak sipit, kulitnya berwarna kuning langsat. Laki laki itu selalu di gandrungi kaum hawa karena ketampanannya sangat mempesona .

“Nyengir bangke !!!” Ucap Tobi membentak menatap bara yang menghampirinya.

“Sahabat itu mesti sabar. Layaknya bulan juni yang sabar menunggu 11 bulan untuk menemukan waktunya.” Ucap Bara membentangkan lengannya seraya terpejam menghampiri tobi.

“Iddddih budak sajak. Buruan entar telat !!” Tobi memukul jok belakang motornya.

“Iya.. iyaaa...” Bara kini menduduki motor tobi.

“Hayuuu bossss.” Bara menepuk pundak tobi.

“Pake dulu helmnya ganteng !” Ucap tobi seraya menyodorkan helm berwarna hitam kepada bara.

“Siap boosssss.” Bara lantas mengenakan helmya.

Motor matic hitam yang di tumpangi tobi dan bara-pun kini mulai melaju pelan meninggalkan rumah bara. Mereka kini sampai di jalan raya. Suasana jalanan bandung itu nampak ramai dengan mobil dan motor yang berlalu lalang. Tobi terlihat serius melajukan motor-nya. Sementara bara hanya celengak celinguk memandangi keadaan di sekitar jalan yang ia lewati.

Tobi menge-rem motor nya, ia menghentikan laju motornya di sebuah perempatan jalan yang lampu-nya tengah berwarna merah.

“Bar bar !!”
“Si ara tuuh !” Teriak tobi seraya menunjuk ke salah satu motor yang ada di garis depan sebuah perempatan jalan.

“Mana ?” Bara celengak celinguk.

“Tuh tuuuh.” Tobi meyakinkan. Bara lantas memicingkan mata bulatnya, memperjelas penglihatannya menuju motor berwarna pink di depannya.

“Wah wah wah... Lewat jalan pintas bi !!”

“Harus yaah ?”

“Harus dong my friend”

Untuk Ara Dari BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang