Part 8 (Mimpi)

452 36 0
                                    

"Diantyyyy!" Pekik (Namakamu) saat melihat kamar Dianty kosong.

"DIANTY!!" Pekiknya semakin kencang sambil menuruni anak tangga.

"Apansi, lo! Gue didapur." Jawab Dianty, lalu (Namakamu) memberikan cengiran giginya.

Dianty meletakan piring yang berisi mie goreng di hadapan (Namakamu). "Lo gak ada kerjaan apa? Teriak teriak, serasa tinggal di hutan."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya kuat. "Gue gabut. Ini udah minggu malem. Dan besok udah senin lagi. Ke club yok! Ikut gak?"

Bukannya menjawab, Dianty malah menoyor kepala (Namakamu). Semenjak sudah diperbolehkan pulang dari pihak rumah sakit dari dua hari yang lalu, (Namakamu) hanya tidur, menonton tv, makan, dan mengulanginya kembali. Ia tak diberi izin pergi kemanapun oleh Dianty. Dianty memberi ancaman, bahwa ia akan ikut ke dua orang tuanya dan meninggalkan (Namakamu) jika kondisi sahabatnya itu belum pulih total sudah ingin keluar rumah.

"Ya, izinin ya? Kan gak lucu, dant. Ada berita di TV kayak gini 'Seorang wanita bunuh diri, karena alasan gabut dan tak ada yang bisa ia lakukan lagi'. Bener kan gue?"

Dianty memutar bola matanya malas. "Lo gabut? Yaudah. Mau main apa? Karet? Congklak? Ketapel? Petak umpet?"

"Gue gak main itu."

"Halaahh, bilang aja gak bisa."

"Ya emang."

Tawa Dianty meledak. "AHAHAHA. Sumpah lo?! Astaga. Kalah sama bocah TK. Nyari masalah doang bisanya."

"Nah itu tau. Pintar sekali. Dah gue mau balik ke kamar." Ucap (Namakamu) sambil beranjak dari kursinya.

"HEH! LO KIRA GUE BABU?! CUCI PIRING LO, SETAN!" pekik Dianty.

Bukannya berbalik dan mencuci piringnya, (Namakamu) malah membentuk love dengan kedua tangannya berada diatas kepala.

Saat berada di kamar, (Namakamu) langsung merebahkan badannya pada kasur tersayangnya. "Bisa melar ni badan gue, kalau abis makan langsung tidur lagi." Gumannya, lalu ia memejamkan matanya dan kembali tertidur.

___

Di sebuah Taman, terdapat 2 orang anak kecil. Perempuan dan laki-laki. Mereka terlihat sangat gembira sambil menimati es krim yang sedang digenggam.

"Kamu tau gak?" Tanya anak laki-laki itu.

"Tau apa?" Jawab si anak perempuan.

"Gak tau aku juga. Makanya aku nanya kamu. Ahahaha."

"Ih, gajelas deh."

Anak laki-laki itu tersenyum saat melihat lawan bicaranya. "Kalau aku pergi nanti. Kamu jangan nangis ya?"

"Ntah. Memangnya kamu mau kemana?"

"Mereka bilang, aku mau ketemu Tuhan."

"Wah? Yang bener? Berarti bisa ketemu Omma dong?"

"Mungkin."

"Kamu perginya lama gak? Nanti pas ketemu aku lagi, ajak Omma ya? Aku kangen sama Omma."

"Tapi kan.." ucap anak laki-laki itu terpotong saat suster memberi tanda, jika ia harus kembali.

"Uhm, aku peluk kamu ya?"

Anak perempuan itu mengangguk dan merentangkan tangannya menerima pelukan. "Hihi, kamu wangi obat."

Anak laki-laki itu melepas pelukannya. "Jangan lupa sama aku ya."

"Pasti. Tapi kok wajah kamu pucet banget? Tangan kamu juga dingin."

"Mungkin faktor cuaca disini. Aku sudah dipanggil suster. Ingat pesanku tadi ya." Ucap anak laki-laki itu sambil melambaikan tangannya.

"Iya. Tapi cuaca disini kan sedang cerah, Aan."

___

(Namakamu) terbangun dari tidurnya sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Ia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 4 dini hari.

Ia berjalan menuju dapur, lalu mengambil sebotol air mineral di dalam kulkas. Ia terduduk dilantai sambil memeluk kedua kakinya. Tanpa ia sadari, air mata mulai berjatuhan.

"Aku rindu, Omma." Ucapnya disela tangisnya. "Persetan dengan mimpi tadi."

Ia mencoba meredakan tangisnya lalu melihat jam sudah menunjukan pukul 5 lewat. Ia berlari ke kamarnya untuk bersiap kesekolah.

____

"Muka lo kusut banget, (nam..). Lo gak tidur ya?" Tanya Dianty saat mereka berada di kantin sekolah.

"Tidur. Btw lo kenal An gak? Eh apa Aan ya?" Tanya (Namakamu) sambil mencoba mengingat mimpinya semalam.

"An siapa? Anton? Aan juga siapa? Aan Suparjo? Lo tuh kalau nanya pake nama lengkap bisa gak sih?"

"Kalau tau juga, gua gak bakal tanya ke lo." Jawab (Namakamu) kesal.

"Lo kenapa? Lagi ada masalah? Coba ceritain ke gue, mungkin aja gue bisa bantu."

"Gue gak apa-apa. Lo udah pesen? Belum kan? Pesen sana. Udah laper gue." Suruh (Namakamu).

"Dikira gue babu lo!" Protes Dianty, namun tetap saja ia pergi memesan makanan.

(Namakamu) membenamkam wajahnya pada tumpukan kedua tangannya.

"Nih, makanan lo."

(Namakamu) melihat seseorang yang berbicara padanya. Bukan Dianty, melaikan Iqbaal. "Kok lo?!"

"Nape si? Udah makan aja." Ucap Iqbaal, lalu (Namakamu) berdecak kasar.

Mereka larut dalam diam, sampai akhirnya Iqbaal yang selesai makan duluan. "Muka lo lagi gak bersahabat banget dah."

"Muka-muka gue."

"Ebuset. Sensi bener udah kayak merek masker."

(Namakamu) ingin beranjak dari duduknya. Namun, tangannya dicekal terlebih dahulu oleh Iqbaal. "Kenapa?"

"Duduk. Makanan lo belum habis."

"Apaan sih! Gue kenyang."

"Lo gak liat, itu makanannya udah mau nangis itu kasian. Gak tega gue liat dia nangis."

(Namakamu) kembali duduk dan menghabiskan makanannya. Sementara Iqbaal hanya tersenyum melihatnya.

"Anak pintar." Ucap Iqbaal.

Saat makanannya (Namakamu) sudah habis, ia langsung menatap tajam mata Iqbaal. "Kenapa? Lo mau minum?" Tanya Iqbaal.

"Kok gue jadi nurut sama lo sih?!"

Iqbaal tertawa mendengarnya. "Hayolho. Lo demen kali sama ketampanan gue."

Saat mendengar ucapan Iqbaal, ia spontan memukul kepala Iqbaal dengan sendok bekasnnya. "Ngaco!"

"Astaga, (nam..). Itu kan kotor. Bekas mulut lo yang jahanam itu." Protes Iqbaal sambil mengelus letak sakitnya.

(Namakamu) tersenyum kecil, namun Iqbaal masih bisa melihatnya.

"Getok aja lagi, kalau itu yang bisa buat lo ketawa."

Saat (Namakamu) hendak ingin melayangkan pukulan dengan sendoknya, Iqbaal lebih dulu menahan tangannya. "YA GAK PAKE SENDOK KOTOR JUGA." Gerutunya.

___

Vote & Comment ♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Badgirl Love Story -IDR-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang