2. Iqbaal

1.4K 172 4
                                    

WARNING!
CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR.
BAGI KALIAN ADIK-ADIK YANG MANIS.. JANGAN DI BACA YA....
TERIMA KASIH.
**
Iqbaal dhiafakhri ramadhan. Sudah hampir tiga tahun ia hidup dengan  penyesalan.
Hidup dengan dihantui masalalu yang menyesakkan, membuatnya ingin cepat-cepat menebus kesalahannya.

Mengenal Dewa, membuat Iqbaal yang kala itu dilanda keputus-asaan, seakan mendapat jalan keluar dari masalahnya.

Iqbaal mengenal Dewa saat pemuda Bali-Spanyol itu berlibur ke Australia.
Salah satu temannya mengenalnya dan membawanya menemui Dewa. Dan disitulah obrolan serius terjadi.
Iqbaal sangat bersyukur untuk itu.

Dan berbekal tekat dengan mengabaikan pendidikannya di Australia. Iqbaal berangkat ke spanyol.
Dan seakan takdir memihaknya, baru beberapa jam ia mendarat di negeri indah ini, ia sudah di pertemukan dengan adiknya. Dengan cara yang tak wajar, pula.

(Namakamu), sekarang, adalah gadis cantik. Bukannya dulu adiknya itu jelek, tidak! (Namakamu) memang sudah cantik sejak dulu.
Tapi, kata 'cantik' untuk saat ini, bukan suatu pujian dari seorang kakak ke adiknya.
Tapi, dari seorang pria ke wanita.

(Namakamu) tumbuh menjadi gadis cantik yang harus ia lindungi.
Adiknya itu telah terjerumus jauh dari jangkauannya.
Iqbaal tak habis fikir, bagaimana Jefri, abangnya itu mendidik adiknya.

Jika saja Iqbaal pergi ke spanyol dengan baik-baik, tidak diam-diam seperti ini. Pasti ia dengan sangat senang hati, sudah memukuli abang satu-satunya itu.

"Mau bagaimana lagi, lo harus merubahnya secara diam-diamkan, tanpa sepengetahuan Jefri."

"Karena abang lo itu, terlalu membebaskannya."

"Dia selalu bermain dengan seorang pria di club dekat sini."

Perkataan terakhir Dewa, membuat Iqbaal, kini, terduduk di bar salah satu clubbing yang ada di kota barcelona ini. Mata onix-nya, tak lepas dari gadis yang tengah tertawa dan berjoget dengan segelah wine-nya.

Iqbaal menghela nafas pelan. Ingin sekali ia membawa adiknya keluar dari clubbing, dan membawanya kabur ke Australia.
Iqbaal ingin melakukan itu, tapi, ia tidak bisa.

"Dhea, cheers."

Ketiga gadis itu, Dhea, Ester, dan Emina kembali meneguk wine.

"Emina, lo lihat cowok yang duduk di bar itu, dia selalu memperhatikan kita," teriak Ester karena suara musik yang keras. Jika ia tak berteriak, pasti, Emina tidak akan mendengarnya.

"Dia cowok yang di cium Dhea waktu itu," balas Emina.

"Apa dia mau balas dendam?"

Emina menggendikan kedua bahunya. Lalu, fokusnya melihat 'Dhea' yang sempoyongan menghampiri seorang pria.

"Hallo, boy." (Namakamu) bergelayut di lengan seorang lelaki tampan dengan wajah khas spanyol.

(Namakamu) tersenyum manis. Pria mana yang tak menyukai senyum manisnya. Bahkan, semutpun akan mengerubuninya jika ia tersenyum seperti itu.
Tidak, tidak, itu berlebihan.

"Hay Dhea, mau tidur bersamaku? Kita akan memainkan permainan yang seru," balas lelaki itu. Ia mengelus dahi Dhea.
Dan itu, membuat Iqbaal dilanda emosi.

"Permainan? Seru?" Dhea menatap lelaki itu dengan mata besarnya yang terlihat menggemaskan untuk pria gila sex sepertinya.

"Yes. Kita harus bermain di ranjang, Dhea! Aku akan mengajarimu dan membuatmu kecanduan."

"Kecanduan? Apa lo akan memberikan narkoba?"

"Aku menyukai segala kepolosanmu itu." Lelaki itu mengelus bibir tipis Dhea.
Dhea menikmati setiap sentuhan itu.
Lelaki itu mendekatkan wajah tampannya. Siap melumat bibir merah Dhea.

Lelaki itu mengumpat, saat Iqbaal dengan kasarnya, menjauhkan wajahnya dari wajah cantik Dhea.

"Lo siapa? Jangan ikut campur urusan gue?"

"Gue abangnya. Dan lo, jangan macam-macam dengan adik gue." Iqbaal menggendong tubuh Dhea. Membawanya keluar dari klubbing sialan itu.

Iqbaal menghempaskan tubuh Dhea ke ranjang hotel. Malam ini, ia memutuskan untuk bermalam di hotel.

"Lo jantan sekali. Mari kita memainkan permainan yang seru di ranjang."

"Wah kita telah sampai di ranjang."

"Ayo, cepat boy! Katanya, lo mau bermain. Gue siap."

"Gue siap. Ah...."

"DIAM!." teriakan Iqbaal itu, berhasil membuat Dhea terdiam. Dan sesaat kemudian terisak.

"Hey, dik, kenapa menangis? Abang tidak sengaja membentakmu."

"Dhea menemukan pangeran berkuda putih, bang. Pangeran itu, pasti akan selalu menemani Dhea. Jadi, bang Jefri tidak perlu lagi memikirkan Dhea. Abang bisa fokus kerja. Hiks.. bang Jefri, Dhea merindukanmu."

Dan gumaman kecil itu, membuat Iqbaal sedikit tahu mengenai kehidupan adiknya selama ini.
(Namakamu)nya, adiknya, itu, ternyata kesepian.

"Maafin abang dek. Andai dulu abang tidak menyalahkanmu atas apa yang menimpa bunda. Maafin abang yang berdosa ini dek." Iqbaal menggenggam tangan Dhea yang kini tengah terlelap itu.

Lalu Iqbaal ikut membaringkan dirinya di sebelah adiknya. Tidur seranjang dengan adik kandungnya, tidak dosa kan?

**
(Namakamu) mengerjabkan matanya kala cahaya matahari menyusup ke celah-celah jendela dan mengusiknya.
Ia mengernyitkan dahinya, menatap bingung ruangan mewah yang ia pinjaki.
Ia menatap kesamping.
Ia terkejut ketika di dapatinya wajah tampan yang kemarin diciumnya.

Ia menatap bibir tipis itu. Bibir itu kini menjadi candunya.
Dhea ingin memiliki pemilik bibir itu. Dan Dhea harus bisa.
Karena apapun yang diinginkannya, akan selalu terkabul. Berkat Jefri tentunya.

Tangannya, meraba wajah tampan itu.
"Selain tampan, lo juga memiliki bibir yang manis. Dan lo sudah lancang membawa gadis cantik ini ke hotel, Iqbaal." Ia tersenyum miring ketika di dapatinya Iqbaal yang sedikit terganggu.

Dan kini Iqbaal benar-benar kembali terjaga.

Cup..
"Morning kiss."

Iqbaal membelalakan matanya. Ia terperanjat duduk. Menatap tajam Dhea yang tengah tersenyum manis itu.

"Kamu tidak bisa terus seperti itu dek. Kita ini sedarah. Kita di lahirkan dari rahim yang sama."

"Lo ngelantur Baal? Sudah gue bilang, kan, kemarin, gue cuma punya satu abang. Satu saja sudah cukup kok."

"Tapi."

Iqbaal terdiam tatkala telunjuk Dhea menyentuh bibirnya.

"Lo harus bertanggung jawab atas ini!"

Iqbaal mengernyitkan dahinya bingung. (Namakamu) menghela nafas pelan.

"Lo udah tidurin gue kan. Jadi, lo harus jadi pacar gue."

"Bagaimana bisa? Aku ini abang kamu dek. Manabisa abang pacarin adik abang sendiri." Iqbaal menatap Dhea tak percaya.

"Gue tidak menerima penolakan. Lo harus datang kesini, nanti jam lima!"

Dhea memberikan sebuah kertas sebelum beranjak keluar dari kamar hotel ini.

Iqbaal melihatnya.
"NK gallery's."


REVISI SEBELUM DI NEXT

BAD (sequel 'Namakamu')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang