Chapter 2 ♣

480 46 1
                                    

Jangan lupa VOTE and Comments!

****

Pagi ini sangat ricuh di kediaman Sandara. Wanita paruh baya itu sangat repot di setiap paginya. Bagaimana tidak? Dia harus membangunkan anaknya satu-persatu kecuali anak pertama dan ke tujuh. Karena kedua anaknya itu sangat rajin. Tapi kenapa hanya kedua anak tersebut yang rajin? Sisanya harus di bangunin terlebih dahulu.

Setelah semua anaknya sudah bangun, Sandara segera menyiapkan menu sarapan yang di bantu oleh Kyungsoo (anak ke tujuh). Sedangkan Xiumin (anak pertama) memilih membereskan ruang keluarga. Betapa rajinnya mereka berdua😙

"Good morning everybody!" Teriak seorang laki-laki dengan wajah lucunya. Dia Baekhyun.

Sandara dan Kyungsoo menoleh ke arah sumber suara tersebut. Sandara telah mendapati anak-anaknya yang sudah rapi.
Mereka bergegas menempati tempat duduk masing-masing dan bersiap untuk sarapan.

"Oh iya! Chen panggilkan Xiumin, dia ada di ruang keluarga" kata Sandara pada laki-laki berambut coklat. Chen.

"Oke bunda" Chen beranjak menuju ke ruang keluarga dan benar saja dia melihat Xiumin sedang sibuk membersihkan debu dengan alat penghisap debu.

"Mimin! Dipanggil bunda tuh, suruh sarapan" Xiumin membalasnya dengan anggukan kepala.

Memang disini lebih tua Xiumin di banding Chen, tapi mereka tidak pernah memberi embel-embel kakak atau abang satu sama lain. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka cukup memanggil nama. Padahal Sandara sering mengingatkan mereka untuk memanggil dengan sebutan kakak atau abang kepada yang lebih tua. Mereka hanya menjawab 'iya' tapi tidak pernah di terapkan.

"Chen! Mimin! Lama banget sih, udah lapar nih gue" kata Kai dengan wajah yang terlihat kesal.

"Kenapa enggak sarapan duluan aja?" kata Xiumin sambil mengambil nasi goreng.

"Ya kan kita harus nungguin kalian. Kita kan harus sarapan bareng" kata Chanyeol.

"Udah-udah. Sekarang ayo sarapan. Setelah sarapan kumpul di ruang keluarga!" kata Sandara dengan tegas. Semua anaknya menurutinya, mereka makan dengan tenang. Hanya ada suara dentingan sendok.

Mereka semua terlihat menikmati sarapan, padahal menunya sangat sederhana. Hanya nasi goreng dan telur dadar. Mungkin karena yang masak adalah ibunda mereka, jadi apapun masakannya akan terasa sangat lezat.

Setelah selesai sarapan, mereka menuju ke ruang keluarga seperti yang diperintahkan Sandara. Sambil menunggu sang ibunda yang sedang beres-beres, mereka terlihat menyibukkan diri dengan berbagai hal. Seperti Sehun dan Chanyeol yang sedang bermain PUBG, Baekhyun yang menonton kartun, Kyungsoo yang membaca buku, dan aktivitas-aktivitas lainnya.

"Gadgets disimpan terlebih dulu, televisi di matikan, buku diletakkan, semua fokus ke pembicaraan! Bunda mau bicara hal serius" Sandara menempati tempat duduk di antara Suho dan Lay.

"Masalah apa bun?" tanya Lay dengan wajah kalem dan polos.

"To the point aja ya, kan kalian enggak suka basa-basi" kata Sandara. Sementara semua anaknya memandang keheranan ke arahnya.

"Kalau bunda menikah lagi, kalian setuju enggak?" tanya Sandara secara gamblang di depan anak-anaknya.

"Setuju!" jawab mereka serempak. Senyum pun terbit di wajah sang ibu. Dia tidak menyangka kalau anak-anaknya akan setuju dengan hal itu.

"Pasti bunda sudah punya calonnya. Kenalin ke kita dong bun" kata Chen yang duduk tepat di hadapan Sandara.

"Kita mau punya ayah baru.....Hore..Hore...Senangnya hatiku" Gila sih ini si Baekhyun sudah mirip anak balita yang baru di kasih lolipop.

"Biasa aja. Gak usah heboh!" Kata Chanyeol sambil menatap Baekhyun tajam.

"Dia tuh saudara gue atau bukan sih" celetuk Sehun yang sedari tadi diam. Semua yang mendengar itu tertawa, kecuali Baekhyun.

"Nanti malam bunda mau mengajak kalian makan malam diluar" kata Sandara.

"Wihh tumben" kata Kai dengan mata yang berbinar.

"Kenapa harus diluar? Kenapa enggak di dalam aja? Kan diluar dingin" kata Baekhyun dengan wajah konyolnya.

"Baekhyun!" teriak semua orang yang ada di sana, kecuali Sandara. Sang ibunda tersenyum hangat melihat canda-tawa anak-anaknya. Pemandangan yang sangat indah menurutnya.

Setelah selesai dengan pembicaraan, mereka memilih menyibukkan diri masing-masing seperti yang mereka lakukan sebelum pembicaraan tadi. Ingatkan? Kalau enggak, ya baca ulang.

"Menurut lo, calon ayah kita tuh seperti apa?" tanya Kyungsoo ke Chen yang berada di sampingnya.

"Gue belum pernah ketemu dia. Jadi gue enggak tau" kata Chen.

"Ganteng gak ya?" tanya Kai yang tadi mendengar pembicaraan Kyungsoo dan Chen. Bukan hanya Kai saja, tapi semua. Akhirnya semua pun terfokus ke arah Kai, Kyungsoo, dan Chen berada.

"Yang pasti gak lebih ganteng dari gue" kata Baekhyun dengan wajah konyol dan sombong.

"Ganteng dari mananya? Menurut gue lo malah cantik" kata Lay dan di sambut tawa renyah dari saudara-saudaranya.

"Gue tuh bukannya cantik, tapi imut. Irikan kalian?" kata Baekhyun sambil berkacak pinggang.

"Bodo amat" sahut Kai, yang membuat Baekhyun menengerucutkan bibir.

"Calon ayah kita tuh CEO SW Corp" celetuk Suho.

"APA?!"

"CEO terkenal itu kan? Pemilik perusahaan nomor 3 di dunia?" Tanya Kyungsoo dengan wajah yang cengo.

"Kok lo tau sih?" tanya Xiumin.

"Ya taulah. Kan gue pernah meeting bareng dia. Kalau enggak salah sih dia duda anak satu." kata Suho.

"Anaknya laki-laki atau perempuan?" tanya Kai.

"Kalau perempuan, mau lo pacarin kan?" tanya Chen dengan wajah lelah.

"Anaknya masih kelas 12 SMA, yakali lo mau jadi pedofil." kata Suho didepan Kai.
Kai hanya nyengir untuk menanggapinya.

"Lo punya fotonya enggak?" tanya Sehun.

"Bentar" Suho mengotak-atik ponselnya dan tak berselang lama dia menunjukkan foto seorang gadis dengan rambut hitam panjang berponi.

"Imut banget woii" heboh Kai sambil menatap foto tersebut.

"Calon adik tiri kita cantik banget sih" kata Baekhyun.

"Namanya siapa?" tanya Lay.

"Gue enggak tau" kata Suho yang membuat saudara-saudaranya lesu.

Kini, Sehun sedang melamun. Memikirkan sesuatu. Apa dia dan saudara-saudaranya akan bahagia dengan keluarga baru nanti? Semoga saja bahagia.

****

next? vote and comments please!

StepbrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang