11. Pulang

835 68 0
                                    

Bismillahirrohmanirrohim

-
-
-
-
-

💜

Ada yang hilang meski belum lama dimiliki. Namun banyak juga yang datang meski tak pernah dinanti. Sebab, kita tak pernah tahu ke mana arah takdir kita 'kan berlari.

●_●


Beberapa kali pintu kamar di ketuk, saya tidak tahu siapa, sekarang antara sadar dan tidak. Saya mulai bangun untuk mengumpulkan tenaga. "Naufal, Naura bagun. " Itu umi.

Baru kali ini umi membangunkan saya. "Kenapa umi? " tanya saya.

"Ayo makan nak, " ajak umi dari luar.

"Hem. " Setelah itu, tidak ada lagi terdengar suara dari luar. Umi pasti sudah pergi.

Saya mulai membangunkan Naura yang masih memeluk saya. "Naura, Naura, Naura. " Mungkin suara saya terdengar sangat serak sekarang. Sebenarnya saya masih ngantuk sekali tapi bangun setelah tidur malam adalah bangun saat pagi hari yang sangat indah.

"Hem."

"Bangun. "

"Masih sangat pagi juga! " Saya melirik jam dinding. Astagfirullah, saya kira masih jam enam ternyata sudah jam delapan, pantas umi datang membangunkan kami.

"Sekarang sudah jam delapan Naura! " Saya mulai gemas sekarang! "Ayo bangun! "

"Masih ngantuk juga! " katanya sambil berusaha bangun dari tidurnya. "Siapa yang mengubah jam si? Serasa baru-baru tidur tadi malah bangun langsung jam delapan, aku curiga sama kamu. "

Saya tidak mempedulikan perkataanya dan langsung bangun dari tempat berbaringku. Saya tipikal manusia yang tidak suka menunda-nunda.

"Mau ke mana? " tanyanya, padahal langkah saya jelas-jelas keluar dan memakai handuk.

"Mandi. "

"Ikut, " rengeknya. Masa iya harus mandi berdua? "Naura cuma mau sikat gigi saja sama cuci muka ngak mandi kok. " Akhirnya saya mengangguki perkataannya.

"Ayo, " kata saya. Katanya mau ikut mandi tapi jelas-jelas dia masih setia di atas kasur. "Katanya mau ikut, " lanjut saya.

Dia tersenyum. "Gendong," rengeknya. "Naura ngantuk ngak bisa jalan, nanti kalau jalan malah jatuh terus Naura masuk rumah sakit, bagaimana? " Saya hanya bisa menyimak apa yang dia katakan.

"Kamu bisa jalan sendiri, kan, Naura? Kamu jalan saja. Bagaimana kalau saya yang gendong kamu terus saya jatuh da-" Naura menutup mulutku dengan tangannya.

"Bilang saja ngak mau! " Eh, dia malah marah. "Kalau ngak mau bilang. "

Saya mulai mendengus. "Ya sudah. " kata saya.

Saya dengar Naura tertawa penuh kemenangan. Wanita itu naik di atas punggung saya kemudian mencium pipi sebelah kanan saya. "Assalamualaikum imamku. " Dia mulai menggoda saya lagi.

"Bagaimana kalau umi melihat kita Naura? " Tanya saya. Saya malu sebenarnya kalau umi melihat saya dan Naura seperti ini. Walau pun sebenarnya kita sudah terikat di hubungan yang halal.

"Ya, kita juga lihat dia. " Percuma saja.

Saya kembali diam tidak mempedulikan lagi apakah umi akan melihat kami atau tidak, benar-benar saya tidak peduli. Yang saya inginkan sekarang hanyalah, agar aku segera sampai ke kamar mandi.

Naura dan NaufalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang