16. Lâ Tahzan

799 48 4
                                    

Naufal

Bismillahirahmanirahim

-
-

-
-
-
💜

"Kalau aku mematahkan tulang-tulang kamu. Saat hari esok dengan siapa aku akan memulai hari?"

●_●

     Ya Allah. Naura sebenarnya kenapa? Kenapa dia menyembunyikan masalah ini kepada saya? Saya tidak tahu apa yang Naura pikirkan sehingga melakukan hal ini. Dia mengira kalau saya akan meninggalkan dia kalau saja saya mengetahui semuanya, tapi, dia tidak tahu walau tanpa perasaan pun saya tidak akan meninggalkan dia apalagi dengan perasaan. Tetap bersamanya adalah kewajiban dalam hubungan ini.

     Setelah di cek ternyata Naura tidak menderita penyakit lever, tapi kecanduannya terhadap alkohol yang semakin parah dan itu bisa menyebabkan penyakit lever. Kemarin saja hidungnya sampai keluar darah saya tidak tahu apa penyebabnya tapi saya sangat khawatir dengan keadaan dia. Saya harap keadaan Naura semakin membaik dan bisa terhindar dari kebiasaan buruk itu.

     Saat ini dia menjalani proses penyembuhan dari kecanduan terhadap minuman keras itu. Saya sempat kasihan saat badannya mulai berkeringat, wajahnya memerah dan bergetar seperti yang terjadi pada malam itu. Saya juga tahu kalau Alvin menyelinap masuk ke rumah saya untuk memberikan minum terlarang itu ke Naura. Saya tidak menyalahkan Alvin, bahkan mungkin saya akan bersifat sedemikian saat mengetahui ini apalagi sampai melihatnya secara langsung.

     "Kenapa menatapku seperti itu? Mukamu jelek pas ustazku. " Naura mengejek saya. Saya memang terus menatap wajahnya. Rasanya berbeda saat saya menatap wajahnya pertama bertemu, ada cinta saat ini.

     Kisah ini belum berakhir, tapi baru akan dimulai. Itu kata Naura sebelumnya. Dan dia juga mencium saya, saya sampai malu saat itu. Naura membuat saya sepuluh tahun lebih mudah darinya.

     "Hey. Jerawat di wajahmu juga belum hilang. Apa kau masih selingkuh? Tidak masalah, kalau aku tahu siapa selingkuhan kamu itu aku akan patahkan tulang-tulangnya." Naura mengancam saya. Lucu saja melihat wajahnya.

     "Kenapa tidak tulang-tulang saya saja yang kamu patahkan? " Saya bertanya.

     "Kalau aku mematahkan tulang-tulang kamu. Saat hari esok dengan siapa aku akan memulai hari? "Mendadak senyum langsung terukir di wajah saya.

     "Terus memangnya kamu berani mematahkan tulang-tulangnya? Maksudnya selingkuhan saya itu sangat kuat, dia bahkan bisa mengangkat tubuh kamu sebelum kamu mematahkan tulangnya terlebih dahulu, " kata saya pura-pura.

     "Kamu serius? " tanya Naura memastikan.

     Saya menggeleng. "Tidak. Saya hanya bercanda. "

     "Kenapa bercanda? "

     "Kamu mau saya selingkuh sungguhan? "

     "Tidak. Tapi siapa perempuan itu? " Ya Allah. Dia benar-benar percaya. Padahal tadi saya bilang saya hanya bercanda. Naura, Naura.

     "Dia Naura, " kata saya.

     Naura tersenyum menanggapi. Mencubit pipi saya. "Manis sekali," kata Naura. "Tapi, kapan kita akan pulang dari tempat ini? Saya bosan di sini. Kemarin tangaku berdarah karena infus."

Naura dan NaufalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang