MyHusband : 1. Bertemu?

11.6K 590 9
                                    

Nabila Fatimah Az-Zahra.

Begitulah nama lengkapnya. Gadis berusia 19 tahun ini, sedang menikmati masa liburannya bersama temannya, di sebuah kontrakkan lebih tepatnya.

Masa libur, sudah sejak seminggu yang lalu. Sementara dirumah temannya, ia sudah menginap dari dua hari yang lalu. Gadis blasteran Indo-Arab itu tengah sibuk dengan sebuah notebook, yang mana di sana menampilkan sebuah film yang berjudul, "Hijaiyah Cinta." Sementara teman Nabila sedang berada dikamar mandi.

Clek.

Nabila menoleh, mendapati temannya yang baru saja selesai mandi, sudah lengkap dengan gamis moccanya juga handuk yang menutupi rambut basahnya. Kedua mata Nabila kembali beralih menatap fokus notebooknya.

"Nanti siang, anter aku ke rumah Mas Alvin, ya?"

Nabila menoleh, menatap temannya yang tengah menyisir rambutnya, "Kamu aja sendiri." ucapnya.

"Kok gitu, sih?"

"Malu aku."

"Kan cuma minta anter. Lagian kan katanya kamu pengen banget ketemu sama Mas Alvin."

Nabila diam.

"Ayo lah, Bil. Harusnya kamu seneng dong, bisa temenan sama sepupu artis kayak aku," kekehnya.

"Jangan mulai," ketus Nabila.

"Berarti nanti siang anter ya. Jujur Bil, aku masih nggak nyangka bisa sepupuan sama Mas Alvin. Yaa walau sepupu jauh, si." Dapat dilihat, gadis itu senyum-senyum sendiri menatap dirinya dipantulan cermin, sembari terus menyisir rambut basahnya.

Aisha Adriani, nama teman dari Nabila.

"Tahu dari mana kamu, kalo Alvin itu sepupu kamu? Waktu itu kan belum sempet cerita?" tanya Nabila, yang akhirnya mematikan notebooknya, dan mulai bercerita dengan Aisha.

"Tahunya si, pas aku ikut acara halal bihalal keluarga besar gitu waktu di Bandung. Terus lihat Mas Alvin di sana sama keluarganya. Kaget banget tahu, ah yaa intinya seneng aja gitu."

Nabila hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Rasanya, ia ingin seperti Aisha, bisa menjadi bagian dari keluarga Alvin. Alvin Dzikriansyah.

"Tapi, aku malu, Sha. Sebenernya, aku pengen banget ketemu sama Alvin. Aku belum pernah ketemu langsung sama dia. Kalo misalkan sekarang aku ketemu juga nggak bisa salaman, nggak bisa meluk." jelas Nabila dengan wajah sedihnya.

"Aisha.. Sekarang aku di Pesantren. Aku ngga bisa bebas kayak dulu." lanjut Nabila terdengar seperti nada rengekan.

"Kamu sih, asli Jakarta, malah sekolah di Kampung sama Nenek."

Nabila mendengus, "Kan Umi Abiku sibuk, Sha. Jadinya aku dititipin."

Memang, saat hendak masuk Sekolah Dasar, Nabila sudah dititipkan dikampung halaman Neneknya. Ia menetap di sana selama 12 tahun, sampai masa sekolah MA selesai. Dan sekarang, ia baru kembali ke Jakarta satu tahun yang lalu. Dimana Uminya kembali menitipkannya terhadap teman dekatnya.

Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Al-Hikmah, Jakarta. Merupakan, Pesantren yang tengah Nabila abdi sekarang. Statusnya di sana bukan sebagai santri, melainkan sebagai pembimbing.

Perihal tentang Aisha. Aisha ini merupakan teman barunya di Jakarta. Keduanya dipertemukan saat mereka berada disalah satu Mall. Entah kejadian seperti apa yang membuat keduanya menjadi teman dekat sampai sekarang.

"Jadi gimana? Mau anter aku, ngga?"

Nabila diam. Sampai akhirnya, "Yaudah, deh."

***

Pukul 1 siang.

Gadis ini menatap gerbang coklat didepannya. Rumah dengan berlantai dua, yang terletak dikomplek Perumahan. Ia refleks memegang dadanya. Jantungnya mendadak berdetak tidak karuan. Tak bisa dipungkiri, hatinya benar-benar merasa deg-degan. Bagaimana tidak, sebentar lagi, ia akan bertemu dengan seseorang. Seseorang yang ia idolakan selama 7 tahun terakhir ini. Belum bertemu saja, sudah merasa deg-degan, bagaimana nanti jika sudah ada dihadapannya langsung?

Diliriknya temannya yang baru saja memencet bel. Aisha, temannya itu terlihat biasa saja. Tidak seperti dirinya, yang mendadak jantungnya deg-degan.

"Kok malah pake masker si?" tanya Aisha sedikit sewot, saat melihat Nabila -temannya mulai memasang Masker, dan mulai membenarkan kacamata bulat yang sengaja ia pakai. Bukan kacamata min, ya.

"Nggak apa-apa. Pengen pake aja."

Aisha menghela nafas, "Tapi nanti dibuka lagi." Nabila mengangguk paham.

Pintu gerbang mulai terbuka sedikit demi sedikit, membuat jantung Nabila semakin tak karuan. Memejamkan kedua matanya, berharap bukan pria itu yang membukakannya.

"Aisha?"

Deg.

Suara itu..

"Mas Alvin.." Aisha menyalami Alvin dengan sopan.

"Mas nggak sibuk?"

"Baru aja, Mas pulang. Abis Launching Poster Film baru Mas itu." jelasnya.

"Yaudah yuk, masuk."

"Nabila, ayo."

Alvin, pria itu menghentikan langkahnya, kembali berbalik badan. Ia tidak sadar, jika ternyata Aisha tidak datang sendiri. Melainkan bersama.. Temannya mungkin.

"Kamu bawa temen, Sha?" tanya Alvin terhadap Aisha.

"Iya, Mas. Ini temen Aisha. Ngefans banget loh sama kamu, Mas."

Alvin mendengarnya. Pria ini menatap gadis itu yang kini dihadapannya. Pakaiannya.. Benar-benar tertutup.

Gamis bermotif bunga-bunga yang menjuntai sampai menutupi sepatu yang ia pakai. Jilbab polosnya yang begitu syar'i. Gadis itu menunduk, ia belum bisa melihat dengan jelas, terlebih gadis itu memakai masker. Namun, entah kenapa, saat Alvin pertama kali melihat gadis ini, rasanya.. seperti ada yang berbeda.

"Hallo, ini Alvin.." Alvin akhirnya memberanikan diri untuk mengajak gadis itu berkenalan.

Nabila, gadis itu mulai mendongak. Menatap Alvin yang kini dihadapannya. Ia tersenyum kikuk dibalik maskernya. Kembali beralih menatap uluran tangan kanan Alvin itu.

Keduanya sempat diam beberapa saat. Sampai akhirnya..

"Nabila Fatimah Az-Zahra." ucapnya dengan lembut. Ia tidak menerima uluran itu, melainkan malah menempelkan kedua telapak tangannya yang tertutupi handshock itu. Seperti tanda permohonan maaf.

Alvin, pria itu cukup terkejut melihatnya. Namun, ia berusaha kembali bersikap biasa.

"Afwan.." ucap Nabila lagi.

Alvin tersenyum, "Nggak apa-apa."

Alvin melirik Aisha yang tengah tersenyum manis, "Dia anak Pesantren. Jadi, mohon maaf ya, Mas."

Alvin mengangguk mengerti, "Yuk, masuk." Alvin mulai memasuki rumahnya, disusul dengan Nabila dan Aisha. Nabila, tak bisa dipungkiri. Ia tidak bisa munafik, sejujurnya ia ingin sekali menyentuh tangan Alvin tadi. Ah, pasti lembut sekali. Namun, ia kembali sadar akan posisinya yang sekarang, dimana lawan jenis yang bukan mukhrim tidak boleh bersentuhan. Dan ia.. Harus belajar istiqomah akan hal itu.

***

Bersambung.

My Husband [Selesai - Cerita Pindah Ke Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang