MyHusband : 30. Love my Wife.

4K 489 67
                                    

Alvin memasuki Apartementnya dengan wajah lesu, juga menahan kesal. Bagaimana tidak? Tadi pagi, Kaela memaksanya untuk tetap ikut makan bersama di Kampus.

Bahkan, Alvin sendiri belum mandi sama sekali. Bajunya saja masih yang kemarin. Terlebih, tadi pagi ia memang ada kelas pagi. Beruntung, kelas tadi hanya ada kegiatan melanjutkan presentasi minggu lalu. Dan itu merupakan giliran kelompok temannya.

Dibukanya pintu kamar dengan pelan. Mengedarkan pandangannya kesegala arah, dan berhenti ke satu objek. Dimana, disana sang istri tengah duduk disofa membelakangi pintu kamar. Entah apa yang sedang istrinya lakukan.

Ingatannya, teringat pada kejadian malam lalu, dimana ia membentak sang istri, dimana saat itu otaknya memang tengah dipenuhi egonya. Ia akui, malam itu dirinya memang benar-benar lelah. Dan bodohnya, dan tidak seharusnya ia lampiaskan ke sang istri. Dan berakhir malah meninggalkannya.

Alvin, suami macam apa sebenarnya ia?

Kembali melangkahkan kakinya dengan pelan. Menghampiri sang istri yang masih posisi duduk membelakanginya. Ia.. Harus meminta maaf.

"Sayang.." Alvin duduk disampingnya. Memeluk pinggang sang istri dari belakang.

"Maaf.." Lirih Alvin. Nabila, wanita itu masih belum bereaksi apa-apa. Masih dengan posisi membelakanginya.

Alvin semakin mengeratkan pelukannya. Menyandarkan kepalanya dipunggung sang istri. Andai.. Andai waktu bisa diputar. Mungkin ia tidak akan melakukan hal bodoh itu. Tidak akan melakukan hal yang berujung menyakiti sang istri. Istri tercinta..

Sementara Nabila, wanita itu masih terdiam. Sebenarnya ia cukup terkejut dengan kehadiran suaminya yang secara tiba-tiba. Diliriknya jam dinding, pukul 2 siang. Terdengar helaan nafas panjang dari bibir mungil wanita ini. Sejujurnya, ia sudah menunggu Alvin sejak tadi pagi, menunggu Alvin agar ia bisa sarapan bersama. Namun nyatanya, pria ini baru datang, yang bahkan mungkin sudah sarapan diluar.

"Mas Alvin--"

"Aku tahu aku salah. Ngga seharusnya aku bersikap kasar ke kamu." Lirih Alvin. Posisinya masih memeluk Nabila dari belakang.

"Apalagi, kondisi kamu sekarang ini lagi hamil."

Nabila sedikit mendengus. Jadi, jika ia sedang tidak hamil, Alvin bisa dengan leluasa bersikap seperti kemarin? Begitu?

"Harusnya, aku jagain kamu. Selalu ada disamping kamu. Bukan pergi gitu aja."

Nah, itu kamu sadar, Mas.

"Maaf, ya?" Ucap Alvin dengan lembut. Kini, posisi sudah saling berhadap-hadapan. Tangan Alvin menangkup lembut pipi Nabila. Kedua mata mereka saling bertemu.

Jarak keduanya benar-benar begitu dekat.

Nabila, wanita berbadan dua ini menatap lekat sang suami. Menatapnya dengan berbagai tatapan. Tatapan kecewa, tatapan kesal, sakit, juga.. Tatapan Rindu.. Tak bisa dipungkiri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam, ia sebenarnya merindukan pria ini.

Kecewa, tetapi juga ia rindu.

Memejamkan kedua matanya, saat tangan itu mulai menelusuri wajah cantiknya. Ia, menikmati sentuhan itu.

"Maaf.." Untuk kesekian kalinya, Alvin hanya berucap kata itu.

Katakan, jika Alvin memang menyesali semuanya.

Alvin nyaris terjengkang, saat Nabila menubrukkan tubuhnya kedalam dekapan Alvin, menenggelamkan wajah mungilnya didada bidang sang Suami.

"Aku kangen. Aku minta maaf."

Alvin tersenyum. Tangannya terangkat untuk membalas pelukan sang istri, mengelusnya dengan lembut. Memberinya beberapa kecupan, kecupan kasih sayang.

"Love my wife."

***

Hari terus berganti, dan tak terasa bulan demi bulan pun berganti. Sekarang, usia kandungan Nabila sudah memasuki bulan ke sembilan. Nabila sekarang mudah lelah, dan pergerakan Nabila juga tidak bisa seleluasa dulu. Perutnya yang semakin besar, menyulitkan Nabila untuk melakukan kegiatan seperti biasanya.

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi, kondisi Apartement yang sepi membuat Nabila sangat bosan. Alvin, pria itu sudah berangkat kuliah, mengingat hari ini ia ada kelas pagi. Belum lagi, selepas dari kampus, pria itu harus pergi ke Caffe.

Seminggu yang lalu, Alvin sebenarnya ingin ambil cuti untuk beberapa bulan kedepan. Dengan alasan ingin menjaga sang istri sampai proses lahiran nanti. Namun, Nabila melarangnya. Ia tidak mau mengganggu kuliah suaminya. Hanya itu, padahal menurut perkiraan dokter, proses persalinannya sekitar dua-tiga minggu lagi.

Satu bulan yang lalu juga, kedua orang tua Alvin sempat datang kesini. Tidak hanya mereka berdua. Juga ada Teh Ody dan suami. Aisha, Risya, juga Thifa ikut datang.

Rika dan Herry sebenarnya ingin tinggal sementara disini. Menemani sang menantu sampai proses lahiran tiba. Terlebih, suaminya masih tengah disibukkan dengan beberapa tugas kuliahnya. Namun, sebuah pekerjaan yang mengharuskan mereka mau tak mau harus kembali ke Jakarta.

Perihal tentang orang tua Nabila. Mereka sedang melakukan Umroh sejak tiga hari yang lalu. Mereka sudah lebih dulu datang kesini, saat usia kehamilannya masih menginjak tujuh bulan waktu itu.

Nabila tersenyum, mengelus perut buncitnya. Baru saja ia merasakan gerakan dari dalam perutnya. Bayinya menendang perutnya. Itu yang selalu Nabila merasa senang, saat pergerakan itu selalu hadir. Ah, ia jadi tidak sabar, ingin melihat bayinya lahir ke dunia.

Posisi duduknya ia mulai ubah menjadi duduk selonjoran. Rasa kantuk yang mulai menyerang, padahal ia ini masih pagi. Ia juga tidak melakukan kegiatan rumah. Mengingat tadi pagi Alvin yang mengerjakannya sebelum pria itu berangkat. Dan dalam hitungan detik, wanita itu mulai terlelap.

***

Alvin tak henti-hentinya terkekeh, seraya menatap fokus layar ponselnya. Yang mana disana, menampilkan beberapa photoshoot dirinya dan Nabila -sang istri beberapa bulan lalu, saat usia kehamilan Nabila baru menginjak tujuh bulan. Beruntungnya, suasana kantin masih terlihat sepi.

Alvin masih ingat, dimana Nabila saat itu bersikeras memintanya untuk melakukan photoshoot. Padahal, setahu dirinya, istrinya ini sangat anti kamera sekali. Sekedar selfie pun, tidak mau. Namun, saat itu, benar-benar berbeda.

Hormon ibu hamil ya, sepertinya?

Alvin tersenyum, menatap salah satu foto yang mana disana Nabila mencium pipinya dengan mesra. Saat itu, Alvin berasa menang banyak.

Tring.
Tring.
Tring.

Sebuah notifikasi masuk, membuat Alvin refleks membukanya.

Whatsapp.

Kaela

Babe, imysm❤
Kamu seakan menghindar babe, selama beberapa bulan ini
Kamu baik-baik saja, kan?
Hari ini, aku masuk siang
Dan siang nanti, aku akan ke Apartementmu lebih dulu.
See you, babe. Semoga kamu masih ingat denganku❤

Sorry, Kae.
Aku sudah menikah

***

Bersambung.

My Husband [Selesai - Cerita Pindah Ke Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang