O2.

25.5K 2.7K 846
                                    

"Hari ini kamu sudah dibolehkan untuk pulang" kata Mark setelah memeriksa kondisi Haechan.

"T-tapi Haechan ga mau pulang~" rengeknya.

"Pas di bawa kesini ga mau pengen pulang, giliran di bolehin pulang malah gamau pulang" grutu sang bunda. Mark tersenyum tipis menatap Haechan yang telah menjadi pasien favorit nya 3 hari yg lalu.

"Kalo Haechan pulang, Haechan ga bisa ketemu dokter lagi, Haechan mau sama dokter aja" Mark terkekeh mendengar rengekan Haechan. "Tapi kamu sudah sembuh, kamu bisa pulang, bisa ketemu sama temen-temen kamu, bisa main lagi."

"Tapi kalo Haechan pulang, dokter janji ya bakal main ke rumah Haechan" pinta Haechan memelas. Mark nampak berpikir 'bagaimana bisa aku menolak untuk bertemu anak ini lagi, karena aku juga senang bertemu dengan nya'.

Mark mengangguk mantap, "iya nanti saya minta alamat rumah kamu." Mendengar jawaban Mark, Haechan sumringah.

🌱🌱🌱🌱

Haechan sudah berada di rumah sejak tadi sore dan malam ini ia menunggu kedatangan Mark. Ia cemas apakah Mark benar-benar akan mengunjungi nya atau dia hanya berbohong agar Haechan mau pulang.

"Masuk kamar Lee Haechan!" Perintah Bundanya.

"Bentar lagi bun" Haechan menjawab tapi matanya tetap memperhatikan gerbang rumahnya.

"Ga mungkin dokter Mark mau ke sini, ini udah malem, mungkin dokter Mark cuma mau bikin kamu seneng, lagian kamu di rumah sakit menuh-menuhin kamar rawat doang" Bunda nya pergi meninggalkan Haechan yg masih setia menunggu kedatangan Mark.

11:34

Haechan mulai mengantuk, lelah menunggu Mark yang tak kunjung datang. Tanpa di sadari matanya mulai menutup dan membawanya ke alam mimpi. Mimpinya dengan Mark.

🌱🌱🌱🌱

2 Hari setelah kepulangan Haechan di rumah sakit, Mark belum juga mengunjunginya. Sejak 2 hari lalu kebiasaan Haechan adalah memperhatikan gerbang rumahnya.

Haechan tak hentinya berharap bahwa Mark akan datang.

Ponsel Haechan yg di pegangnya bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Halo?" Kata Haechan setelah panggilan nya ia angkat.

"Kamu dimana?"

"Dirumah, kenapa?"

"Aku tunggu kamu di caffe dekat sekolah, cepat, aku yang traktir"

Ttutt ttutt

Panggilan nya diputuskan begitu saja, padahal Haechan belum menjawab ia akan datang atau tidak.

Haechan menimpang apa dia akan datang atau tidak. Tapi lumayan untuk sedikit menghibur perasaannya yg terus menunggu Mark yang tak kunjung datang.

Setelah mengganti pakaian nya, Haechan bergegas pergi ke caffe yang di maksud orang yang menelpon nya tadi.

Tak sampai 10 menit, mobil yg supirnya kendarai itu sudah sampai di tempat tujuannya.

'treng'

Bunyi lonceng yg menandakan ada orang yang baru saja masuk.

Haechan menatap ke seluruh penjuru mencari keberadaan orang yg ia akan temui.

"Haechan!" Panggil orang yg sedang duduk di meja pojok dekat kaca. Ia melambaikan tangannya pada Haechan dan di balas senyuman oleh Haechan.

"Ada apa nih tumben ngajak ketemu di caffe pula, biasanya di sekolah aja" tanya Haechan.

"Lagi pengen aja main ke caffe gini biar kaya orang-orang" kata Renjun -teman Haechan yang mengajak nya bertemu-

"Bener nih mau traktir?" Tanya Haechan penuh semangat dan di balas anggukan oleh Renjun.

Setelah pesanan keduanya sampai, mereka hanya mengobrol biasa sambil sesekali melontarkan candaan.

Mata Haechan menyipit memperhatikan orang yg di seberang meja nya. Ia seperti mengenal nya.

"DOKTER!" Panggilnya lantang yang membuat orang satu caffe menatap ke arahnya. Bukan. Bukan Haechan yg malu, tapi Renjun yang berada di sampingnya lah yg malu.

"Haechan pelanin suara kamu" kata Renjun pelan dengan mencoba menutupi wajahnya dengan gelas minumannya.

Haechan tak menggubris perkataan Renjun, ia berdiri dari duduknya dan langsung berlari ke arah Mark, orang yg selama 2 hari ini telah ia tunggu.

Haechan memeluk Mark seakan tak mau melepaskan Mark. Mark tersenyum lembut dan mengusap surai milik Haechan.

Renjun menatap Haechan dan orang yang sedang di peluknya itu heran. Siapa dia? Mengapa Haechan langsung memeluknya? Renjun bahkan belum pernah bertemu dengannya.

"Haechan kangen dokter~" rengek Haechan dipelukan Mark. Haechan dan Mark tidak peduli bahwa kini mereka sedang di tatap orang satu caffe.

"Dokter bohong!" Haechan melepas pelukannya dan membalikkan badannya. Pura-pura marah pada Mark, padahal ia sebenarnya tak ingin melepaskan pelukannya.

Mark terkek pelan. "Maaf saya belum sempat untuk mengunjungi mu" Markmengelus lembut surai Haechan.

Haechan masih dengan aksi pura-pura marahnya. "dokter harus mau jadi pacar Haechan!" Pinta Haechan. Mark sedikit kaget dengan permintaan Haechan, tapi detik berikutnya ia tersenyum manis. "Iya saya mau"

Haechan membalikkan badannya menghadap Mark tak percaya jika Mark benar-benar mau menuruti keinginannya.

Haechan kembali memeluk Mark. "Haechan kangen dokter~" terdengar isakan pelan dari Haechan di balik dada Mark.

"Saya juga" Mark mengelus lembut punggung Haechan. "Mulai sekarang kamu boleh panggil saya Kakak. Karena kamu pacar saya bukan pasien saya lagi." Haechan mengangguk dalam pelukan Mark. Ia masih menangis, meluapkan rasa rindu nya pada Mark.

"Ayo balik Haechan iiiih" Renjun menarik baju belakang Haechan. Renjun tidak cemburu, hanya dia malu melihat kelakuan temannya.

"Ngga mauuuu~" Haechan semakin mempererat pelukannya. "Kakak tolong Haechan nya di tarik-tarik"

Mark tersenyum manis kearah Renjun. Renjun terdiam.

Ebuset ganteng bener ni laki - Renjun

Naughty - MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang