lima

12 0 0
                                    

Aku melirik jam di dashboard mobil. Sudah hampir setengah sepuluh. Apa ya yang masih buka di jam segini, selain makanan cepat saji. Aku mengganti lagu yang terputar. Jariku berulang kali menekan tanda next di layer stereo mobil. Kenapa lagu-lagu lama semua sih yang terputar? Apa aku salah menekan playlist?Ketika mobilku—Oscar—sampai di lampu merah, beberapa meter dari gang tempat batagor tengah malam kesukaanku dikerumuni, mataku melirik judul playlistyang sedang berputar.

Reeks of you.

Jika tidak diburu klakson beberapa mobil di belakang, mungkin aku tidak akan mengangkat kaki dari pedal rem. Aku akan tetap berdiam memikirkan playlistyang aku kira sudah kuhapus delapan tahun lalu.

***

Ramadan Adhitama:test

Aku melirik handphone yang berdenting di samping kaki. Notifikasi dari aplikasi chat dengan logo berwarna hijau itu muncul di paling atas. Kok dia bisa tahu kontak LINE yang hanya kubagi ke teman dan keluarga. Bahkan, hanya keluarga dekat. Aku menggigit batagor kedua dari plastik sebelum meraih benda kecil itu.

Andara: ?

Bumbu batagor ini masih enak, belum berubah dari sepuluh tahun lalu. Penjualnya masih sama, namun senyumnya sudah tidak sehangat dulu. Mungkin karena si bapak kehilangan istrinya yang meninggal tahun lalu. Kukira batagor ini tutup karena tahun lalu sama sekali tidak berjualan. Beberapa hal masih mengherankan di kepalaku. Bagaimana seseorang tetap bisa menjalani hidup, membahagiakan orang lain, ketika mereka sendiri tidak bahagia. Lain kali, mungkin aku akan bertanya-

Ramadan Adhitama: belum tidur, bu dok?

Andara:kl udh ya gue ga bales

Ramadan Adhitama:iya juga...

Aku mengalihkan perhatian ke serial televisi amerika yang sedang berputar di tv kabel. Karakter perempuan ini masih saja menjengkelkan dari season empat. Sudah tahu suami orang kok masih saja direbut.

Ramadan Adhitama:besok ada acara nggak, Dar?

Andara:kerja

Andara:btw makasih ya buburnya

Ramadan Adhitama:sabtu lo kerja juga ya?

Ramadan Adhitama:hehe, enak nggak?

Andara:ya iya... emang orang sakit bisa pilih-pilih hari?

Andara:kata suster yang jaga, enak kok. tempat makannya gue kembaliin besok, ya?

Ramadan Adhitama: nggak usah. gue jemput aja.

Ramadan Adhitama:eh btw, kok dikasih ke suster sih? tar yang jadi menantu bunda, susternya dong.

Andara:emang lo tau ya gue kerja di mana?

Ramadan Adhitama:lo kan ngasih tau, waktu di nasi goreng.

Andara:ok

Ramadan Adhitama:Dar

Ah, batagorku sudah hampir dingin. Minyak dari bumbu kacangnya mulai terpisah. Gara-gara Tupperwarebocah satu itu.

Ramadan Adhitama:boleh sekalian jemput lo-nya nggak?

Aku menekan tombol mute, kemudian mengunci ponsel. Membiarkan pesan itu hanya terbaca. Mataku kembali menghadap tv. Si brengsek ini sudah berkali-kali selingkuh, kok belum ketahuan juga, atau jangan-jangan istrinya sudah tahu, tapi terlalu cinta untuk mengungkapkan sakitnya. Season ini menyebalkan. Seberapa kesal dan fokusnya aku pada serial tv yang kudengar digemari lansia di Amerika itu, pikiranku masih didominasi pesan terakhir tadi. Lucu.

goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang