#3 "MAKE A SENSE"

651 87 5
                                    

Chapter edited!

Akan menggunakan bahasa lumayan baku di setiap percakapan, dan revisi bagian-bagian yang kuanggap memalukan dan cringey

Perombakan chapter dilakukan berkala, karena aku sok sibuk

Yoongi berjalan lemas ke dalam sebuah kafe dekat gerbang depan kampus dengan wajah yang tak terdefinisi, suram tiada akhir- melengkungkan bibirnya ke bawah melebihi lengkungan gelang ibunya yang pernah tak sengaja dipatahkannya semasa SMA. Penyebab lengkungan tak mengenakkan itu kali ini hanyalah satu.

Dirinya sendiri.

Karena-

Menyalahkan dosen tidak diperbolehkan kan? Ya sudah dia sadar diri, daripada nanti tiba-tiba tiada hujan tiada badai, dipanggil ke ruangan serba putih dan diberi pilihan nilai D atau E. Menjadi tidak lucu jika dia pulang liburan semester ke Daegu, baru membuka pintu langsung dihantam parang oleh ayahnya.

Salahkan semua kepada tugas yang menumpuk di hari-hari terakhir menjelang ujian akhir semester, seperti tumpukan pancake panas bermandikan sirup madu yang selalu dibuatkan ibunya dulu untuk sarapan. "Yoongi ingin masuk univ bagus? Makannya yang sehat, biar pandai." Jadi rindu ib- jadi lapar kan. Tapi rasa tugas di jurusannya tak bisa seenak masakan kampung halamannya. Jelas. Jauh di bawah sampai menyentuh neraka.

Mari abaikan sejenak pikiran anak kuliahan yang diuji dengan segala kefrustasian tingkat dewa itu.

Yoongi harus mencari sesuatu, mengedarkan pandangan mata sipitnya ke segala arah. Tapi orang yang mengajaknya ke kafe tapi pergi duluan karena menemui gebetan tadi tidak ada di manapun -di kolong meja tempat beberapa perempuan berseragam sekolah menengah atas di ujung kanan sekalipun tidak ada orang tersebut. Fak. Abaikan mata ngelanturnya.

"Kau mau ke dapur pun kuyakini si Bobby tidak akan ada." Jinhwan membuat lengkungan bibirnya sirna, berganti makian pelan pada makhluk sesama tinggi badannya itu. "Aku tidak ingat Bobby tadi mengundangmu juga." "Memangnya kafe ini diolah oleh ayahmu? Orang miskin tidak usah belagu ya Ga."

Yoongi memutar bola matanya, Jinhwan jika ditanggapi kejulidannya pasti akan senang sekali. Dan dia tidak mau mendengar setan itu tertawa. Jadi ia memilih berjalan duluan ke meja kosong terdekat.

Penat juga berdiri di samping pintu masuk seperti orang hilang. Ditambah malu juga sih. Lihat saja ke Jinhwan.

Jinhwan seperti peliharaan penurut dengan ikut berjalan dan mengambil duduk di depan Yoongi. Tanpa disuruh langsung memesan ke pelayan yang sudah datang ke meja itu entah sedari kapan. Yoongi sedang bermode sibuk merutuki si Bobby yang ingkar janji. "Kemana anak itu sampai telat?" "Kau tidak mau pesan Ga?" Yoongi melirik malas antara si Jinhwan dan si pelayan lelaki yang seperti lelah menungguinya.

"Aku mau americano."

*****

"Ini dia orang yang siap untuk pembacaan hukuman dipenggal Yoongi, berani juga kau Bob!" Bobby juga berwajah sama muramnya. Padahal tadi saat mengajak janjian sumringah sekali. Mau traktiran sepertinya. Kalau muram begini berarti tanda-tanda tidak jadi. Itu menurut Jinhwan. Yah, padahal dia diam-diam menguping dan membuntuti Yoongi ke sini karena mau dibayarin ngemil juga.

Bobby berdiri di dekat meja mereka seakan siap menyerahkan kepala untuk Yoongi. "Kau seharusnya punya alasan yang tepat supaya aku keluar nanti tidak perlu meminyaki motor-"

"Aku ditolak."

"Mampus, udah dibilang, cari anak jurusan lain. Gengsi sedikit dong. Masa sesama anak baru bau mawar dipepet, sejurusan lagi. Nanti putus bapernya keterusan sampai lulus hahahaha." Jinhwan dengan riwayat pakar penggoda wanita itu memberi wejangan yang tidak akan dianggap oleh kedua orang lainnya.  "Sorry, aku tak memikirkan tentang, memangnya kau bisa lulus? Hahaha."

BOY WITH LUV (WENGA/SEULMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang