#15 "WARMING UP, BESIDE YOU"

416 58 10
                                    

Chapter edited

Sebenarnya Wendy sudah tak memiliki iktikad baik untuk memakai jaket sok heroik ini, tapi keadaan mengolok-olok 'kau tak bisa lepas dari rasa terimakasih itu, dude'

Mantel basah semua, tak bersisa satupun. Dia tak punya cukup jaket/mantel di sini karena sangat merepotkan untuk diangkut di awal kepindahannya. Bisa-bisa uang ayahnya habis hanya untuk menambah biaya bagasi pesawat- padahal ayahnya fine saja dengan itu. Dia juga tak sempat membeli ketika sudah berminggu-minggu tinggal disini karena kelelahan khas mahasiswa.

Wendy mendekap tubuh berbalut jaket hangatnya, harap-harap cemas untuk tidak bertemu dengan si pemilik asli jaketnya- juga rela memakai topi hitam seperti seorang pencuri yang takut ditangkap. Dia akan semakin yakin orang itu adalah belahan jiwanya, jika di hari yang mau gelap ini lelaki itu masih berkeliaran di lorong gedung fakultas dan kebetulannya lagi berpapasan dengannya- uhuk watdehell, lyfe!

Langkah kaki malasnya sudah hampir mencapai ruangan terbuka tempat kumpul angkatannya akan diadakan petang itu, dan belum ada tanda-tanda harapan gilanya tadi akan menjadi kenyataan. Dia harus bersyukur kan?

Ia benar-benar bisa bernafas lega jika sudah membuka pintu penghubung lorong B- lorong terakhir untuk sampai ke lokasi, namun ia mendengar suara langkah berlari di belakangnya. Masa bodoh. Mungkin hanya mahasiswa atau hantu petang hari yang tengah terburu-buru,

"Yoongi?" Deg

Pundaknya disentuh diiringi panggilan yang membuatnya menggigil.

"Eh? Bukan ya?" Wendy menghadap ke orang tersebut, memastikan wajah pemanggilan keramat itu. 'Oh? Wajah ini, seperti familiar?' pikir Wendy.

"Waduh! Malah perempuan! Maaf ya, kukira temanku. Pas mendekat kok, lebih pendek?" Orang itu memposisikan lengannya horizontal, membandingkan tinggi Wendy yang sejajar dengan dagunya. Lelaki itu erkekeh dan membuat wajah jenaka untuk mengusir rasa malunya, mungkin?

"Tadi aku duduk-duduk saja lama banget, eh kamu lewat pakai jaket yang kuyakini sama modelnya kayak punya dia. Dipakai mulu, bagaimana tidak hafal?" Jelasnya lebih lanjut, penjelasan yang serasa tidak diperlukan bagi Wendy. "Hehe baik senior, ijin pergi dulu." Lebih cepat berpisah lebih baik, karena hawa-hawanya lelaki ini tidak membawa keamanan bagi jantung Wendy.

"Oh? Iya iya." Dia membungkuk ke Wendy sebagai tanda perpisahan,

"Jinhwan?" Mampus, suara itu!

Lelaki itu menegakkan badan cepat, "Lah baru juga dibicarakan, keluar juga! Aku sudah menunggu sampai keram pantatku nih." Langkah kaki di belakang Wendy berhenti, tepat di belakangnya.

"Oh! Wendy?" Bagaimana lelaki ini tahu hanya dengan tampak belakangnya? Oh iya! Jaketnya.

Wendy berbalik dan membungkuk sok santun, "Halo senior."

"Kamu kenal Ga?" Wendy mendongak, hendak memastikan reaksi Yoongi. Wajahnya datar, tidak seperti biasanya ketika berhadapan dengannya. "Bapaknya minta ini-itu, aku pusing." Tanya apa, dijawab apa. Sudah biasa, Jinhwan harus sabar.

Dan Wendy bersyukur, orang itu bisa diandalkan. Tahu saja Wendy tak ingin berurusan dengan hal merepotkan.

Lelaki bernama Jinhwan itupun menoleh ke Wendy lagi. "Sekali lagi maaf ya. Bilangnya ini jaket limited edition sih, aku harusnya tahu dia itu lagi melawak." Jinhwan melihat muka Yoongi- "Mukanya begitu terus, mana bisa dibilang bercanda? Senyum sedikit lah, ada anak gadis ini?" Lelaki ini terus berbincang panjang lebar, tipe-tipe lambe turah.

BOY WITH LUV (WENGA/SEULMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang