1~Pencitraan Aliandra

9 1 0
                                    

Banyak orang membenci hari senin, dikarenakan hari itu merupakan hari di mana aktivitas melelahkan di mulai. Namun tidak bagi seorang perempuan bernama Aliandra. Ia menyukai hari itu melebihi hari ulang tahunnya sendiri. Tidak banyak yang tahu jika di hari itu ia harus kehilangan banyak hal.

Pertama, ibu kandungnya meninggal tepat di hari senin karena sakit ginjal yang di deritanya. Kedua, ayahnya menikah lagi dengan seorang janda cantik beranak satu sebulan setelah kepergian ibunya. Ketiga, ketika ia memutuskan untuk membunuh dirinya yang bodoh. Keempat, burung kesayangannya mati tepat di depan matanya karena mama tirinya sengaja memberikan racun di makanannya. Kelima—ah, rasanya masih banyak sekali kejadian menyedihkan yang terjadi di hidupnya pada hari itu.

Jangan sebut Aliandra gila karena menjadikan hari senin sebagai hari favoritnya setelah mengetahui kejadian-kejadian suram tersebut. Aliandra baik-baik saja, buktinya ia masih tetap hidup di usianya yang ke 17 tahun ini. Hanya saja banyak yang berubah darinya, ia bukan lagi Aliandra si perempuan berhati lembut yang menerima segala hal dengan lapang dada. Dia... berubah menjadi manusia yang menjelma sebagai iblis munafik ketika sesuatu mengusiknya.

Contohnya seperti hari ini, ketika adik kelasnya melapor bahwa narasumber dari project yang sedang timnya jalani tidak ingin di wawancarai karena merasa hal itu tidak memberikan keuntungan. Dan tentu saja alasan itu membuat Aliandra murka, namun ia tidak tunjukkan pada siapapun. Yang ada kini Aliandra memasang ekspresi pura-pura kecewa dan bingungnya pada beberapa anggotanya.

"Maafin kami ya, kak. Seharusnya saya dan teman-teman yang lain lebih berusaha lagi untuk yakinin kak Kazam untuk di wawancara," ujar salah satu adik kelasnya yang Aliandra ketahui bernama Yani. Wajah mereka tertunduk takut karena berpikir akan mendapat amarah atau makian dari Aliandra.

"Maaf kak, kami emang gak berguna untuk eksul ini," ujar yang lainnya muram.

Aliandra tersenyum lembut kepada semua anggotanya. "Untuk semuanya," kalian semua memang tolol. Manusia gak berguna!

"Gue tau kok kalian udah berusaha, jadi gak apa-apa. Kalian gak boleh merasa kaya gitu, kan selain hal ini kalian udah banyak bantu gue. Jadi, biar gue yang langsung turun tangan kali ini. Fighting!"

Kali ini semua anggotanya melihat Aliandra dengan mata berbinar mengagumi, seolah-olah baru saja bertemu dengan salah-satu bidadari cantik yang baik hati dari surga.

"Makasih kak, makasih banyak." Semua orang bersahut-sahutan mengatakan hal tersebut pada Aliandra. Sedang perempuan itu hanya membalasnya dengan senyuman manis nan lembut yang mampu meluluhkan hati siapapun yang melihatnya.

"Kalo gitu gue langsung meluncur ya, duluan semuanya jangan lupa makan siang ya!"

"Oke, kak! Makasih banyak!"

"Kak Alia baik banget, seumur hidup gue belum pernah ketemu sama cewek yang sebaik dan selembut dia."

"Bener kan gue bilang, dia gak bakal marah sama kita. Hatinya selembut kapas banget, mana cantik lagi."

"Gak ngerti lagi gue, padahal bisa aja dia marah-marahin kita sebagai juniornya. Tapi dia malah ngajuin diri buat turun tangan langsung, daebak banget!"

Aliandra yang sengaja memelankan jalannya ketika ingin keluar dari perpustakaan kembali tersenyum miring. Mendengar rentetan pujian dari adik kelasnya membuat ia semakin berada di atas awan. Seandai saja mereka tahu apa yang ada di pikiran Aliandra saat mendengar berita tadi. Sudah pasti mereka akan menarik kembali semua perkataannya tentang perempuan bermata madu itu.

"Dasar manusia-manusia bego!" bisik Aliandra untuk orang-orang itu. Kemudian ia bersenandung kecil sembari menebarkan senyuman mempesona di setiap langkahnya.

Two Sides of the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang