"Selamat pagi Papa, Mama, Kakak dan Adikku," sapa Aliandra pada semua orang yang berada di meja makan. Senyuman manisnya mengembang di wajah cantiknya.
Caca, kaka tiri Aliandra mendengus pelan mendengar sapaan itu. "Munafik!" desisnya pelan. Bahkan suaranya terdengar seperti helaan napas.
"Pagi anak Mama," balas Reana lemah lembut, ibu tirinya yang sebenarnya hanya berpura-pura baik jika di depan papanya saja. Seperti film cinderella, benar-benar ratu drama.
"Pagi Kakak!" balas Balqis ceria. Dia adik tirinya yang berumur 4 tahun, hobinya adalah menempel pada Aliandra hingga perempuan itu murka. Untuk saat ini belum ada tanda-tanda jika Balqis menuruni sifat buruk dari kakak dan ibunya. Tapi tidak menutupi kemungkinan jika suatu hari nanti anak kecil itu akan berubah menjadi seperti mereka. Jalang penjilat.
"Pagi sayang, ayo duduk," jawab ayahnya dengan hangat. Gani Jalendra, seorang pengusaha sukses yang selalu sibuk dengan urusan bisnisnya.
"Kapan Papa pulang dari Jerman?" tanya Aliandra lembut. Selain Zora dan keluarga tirinya, tidak ada yang tahu jika di dalam dirinya bersemayam iblis mengerikan yang tak punya hati.
"Tadi malam sayang, oh ya barang yang kamu minta sudah Papa belikan. Ada di garasi depan," jawab Gani sambil mengelus kepalanya.
Aliandra tersenyum senang. Ia melirik pada ibu dan kakak tirinya yang saat ini sedang menatap sinis ke arahnya. Sedangkan Balqis, bocah itu lebih mempedulikan sarapannya di banding pembicaraan orang-orang dewasa di sekitarnya.
"Wah, beneran Pa? Kalo gitu aku mau bawa ke sekolah, boleh?" tanya Aliandra antusias. Sengaja membuat kedua orang itu semakin berang melihatnya.
"Ya boleh, kamu kan sudah 17 tahun. Sudah punya kartu sim juga, kan? Nanti minta kuncinya ke Pak Abdul."
Aliandra mengangguk. Kemudian mulai memakan sarapannya dengan tatapan kemenangan pada kedua orang di depannya ini.
"Pa, aku juga mau mobil seperti milik Aliandra," tiba-tiba saja Caca menyela di meja makan.
Gani menoleh pada anak tirinya itu, "Bulan lalu kan sudah papa kasih mobil keinginan kamu, kenapa harus diganti? Mesin mobilnya masih bagus, kan?" tanyanya memastikan
Aliandra tersenyum ringan di tempatnya. "Jalang tamak dan serakah..."
Caca merengut kesal. "Ya enggak sih Pa, tapi kan..."
"Iya Nak, mobil kamu kan masih bagus. Kamu bisa kok bergantian atau bertukar dengan Aliandra, iya kan Pa?" kali ini Reana yang berbicara.
"Ibu tiri bermulut busuk ini..." batin Aliandra. Ia tahu kalimat busuk yang di maksud wanita jelmaan siluman ular itu.
"Ya itu terserah Alia," jawab Gani mengedikan bahu. Aliandra tersenyum di tempatnya.
"Kok gitu sih, Pa?" protes Reana tak terima.
"Gitu gimana, Ma? Kan itu mobil Alia jadi ya terserah dia mau di pinjami ke siapa." Mendengar itu Aliandra semakin berada di atas awan.
'Saatnya menjadi Aliandra si gadis baik hati.'
"Kenapa kalian harus bertengkar? Kalau salah satu dari kalian ada yang mau pinjam mobil Alia ya pakai aja, pasti aku kasih kok. Mama sepertinya berpikiran jika aku tidak akan meminjamkan mobil ini pada kakak," selanya dengan nada sedih di tengah pembicaraan.
Gani menajamkan tatapannya pada Reana dan Caca. Yang mana hal itu membuat mereka terdiam dengan mengepalkan kedua tangannya menahan rasa benci.
Gani mengarahkan tatapan lembutnya pada Aliandra yang menunduk. "Tidak, Aliandra adalah anak baiknya Papa. Mulai sekarang, semua hal milik Aliandra tidak boleh ada yang meminjamnya. Jika saya mendengar laporan yang tidak menyenangkan tentang hal ini, saya tidak akan segan-segan menghancurkan kalian. Jadi tidak usah di perpanjang masalah ini." Tangan Gani mengelus rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides of the Devil
Teen FictionKazam Bayakar, laki-laki tampan yang selalu menyakiti hati para wanita. Sikapnya yang manis dan banyak tersenyum itu hanyalah sebuah pencitraan. Di luar ia terlihat seperti pria impian semua wanita, namun siapa yang tahu jika sebenarnya dia tidak le...