2~Sisi Kedua Iblis

7 1 0
                                    


"Kazam! Kamu gak bisa ninggalin aku kaya gini! Kamu gak inget udah ambil sesuatu yang berharga dari aku?!" perempuan bernama Amdira itu menangis di hadapan Kazam. Beberapa menit yang lalu, laki-laki itu baru saja memutuskan perempuan cantik nan sexy di hadapannya ini secara sepihak.

Kazam tertawa geli di tempatnya. Jalang ini benar-benar...

Laki-laki tampan itu menghembuskan asap rokoknya di depan wajah Amdira. "Sweetheart, lo kira gue bego? Gue bisa bedain mana yang masih perawan dan mana yang udah sering di pake berkali-kali."

Wajah perempuan itu merona malu. Ia benar-benar merasa terhina dengan perkataan Kazam. Apalagi di sini banyak sekali teman-teman nongkrong laki-laki itu yang sebagian besar merupakan teman sekolahnya.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kirinya.

"Berengsek! Keterlaluan kamu, Zam!" bentak Amdira marah.

Beberapa teman Kazam melirik sekilas ke arah dua sejoli itu. Sudah bukan hal baru lagi melihat kejadian layaknya sinetron itu di hidup mereka. Apalagi dengan suara nyaring tamparan ataupun tangisan dari seorang perempuan. Kazam benar-benar sudah tidak tertolong lagi.

Laki-laki itu terkekeh pelan sembari mengusap pipinya yang terasa mati rasa. Kemudian ia membuang batang rokoknya yang baru ia hisap untuk di injak di bawah sepatunya.

Kazam menatap Amdira bosan. "Kalo urusan lo udah selesai, cepet pergi, gue eneg. Muak juga gue liat muka lo." Setelah itu laki-laki itu meninggalkannya.

Amdira terperangah mendengarnya. Ia belum pernah di perlakukan semurahan ini oleh siapapun. "Kazam! Kamu bener-bener gak punya hati! Aku rela ngelakuin apapun buat kamu tapi apa balesan kamu, ha?! Kamu sama ibu kamu sama aja, sama-sama berengsek!" teriak Amdira yang bahkan suaranya mengisi seluruh ruangan di tempat itu. Ia benar-benar sakit hati dengan perilaku Kazam.

Laki-laki itu berhenti. Ia kembali memutar tubuhnya untuk melihat Amdira yang berada di radius kurang lebih empat meter darinya.

"Itu lo tau, cantik." Senyum miringnya kembali bertengger sebelum kemudian menghilang bersamaan dengan dirinya yang kembali berjalan ke arah teman-temannya.

Kazam menekan nama seseorang di ponselnya, setelah panggilan itu dijawab ia langsung mengatakan sesuatu.

"Terserah mau lo apain, yang penting dia gak akan ganggu gue lagi."

"Mm." Kemudian sambungan terputus.

***

"Zora," panggil Aliandra. Perempuan yang di panggil itu mendadak tegang. Wajahnya pucat dengan sebulir keringat yang mulai keluar dari dahinya.

"Woy, di panggil noh sama si angel. Jangan diem aja!"

Teman sekelasnya yang bernama Toriq—yang memang menyukai Aliandra, menegur Zora yang hanya diam saja ketika di panggil oleh bidadarinya.

"Mm, ke-kenapa Al?" Zora membalikkan tubuhnya dengan wajah menunduk.

Aliandra menatap lembut Toriq yang sedari tadi berjalan di sampingnya, "Gue mau ngomong berdua sama Zora, boleh?"

Toriq yang ditatap dengan tatapan itu langsung luluh. Apalagi ketika Alia bertanya kepadanya dengan tatapan seperti itu,  seolah-olah perempuan itu sedang meminta izin pada pacarnya. Ah... seandainya saja itu benar.

"Y-ya boleh dong. Kalo gitu gua tunggu di parkiran, lo balik bareng gue." Setelah itu Toriq menghilang di gantikan dengan dua sosok perempuan yang saling terdiam di tempatnya.

"Zora..."

"Ampun Al, gue minta ampun..." perempuan yang bernama Zora itu langsung bersujud di bawah kaki Aliandra. Untung saja kelas mereka berada di paling ujung, jadi tidak akan ada satupun siswa yang akan ke sana karena semua teman-teman sekelasnya sudah kembali lebih dulu.

"Kenapa minta ampun sama gue? Emang gue ngapain?" tanya Aliandra dengan polos.

Zora benar-benar ketakutan. Aliandra tidak seperti yang orang-orang ketahui selama ini. Dia kejam seperti iblis yang tidak mempunyai perasaan.

"Gue tau gue salah, tapi jangan hukum gue kaya begini..."

Karena rasa irinya dengan Aliandra, Zora dengan tega mencampurkan minuman perempuan itu dengan obat tidur. Rencanya ia akan menyebarkan foto Aliandra dalam keadaan yang nakal. Namun nahas, entah bagaimana perempuan kejam itu dapat megetahui rencanya, Aliandra yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang lembut berubah menjadi monster menakutkan baginya.

"Gue bakal berhenti nyiksa lo selama 3 hari kalo lo berhasil ngelakuin hal yang gue minta."
Zora mendongak pas ketika Aliandra menendang kepala Zora dengan kakinya hingga badannya terjungkal ke belakang.

Tidak memperdulikan kepalanya yang sakit. Zora mengangguk mengiyakan. Selama sebulan hidupnya seperti di neraka, setidaknya jika ia berhasil ia akan lepas dari siksaan yang diberikan Aliandra padanya walaupun hanya terhitung 3 hari saja.

"Anjing pintar." Kata Aliandra sambil ikut berjongkok di samping Zora dan mengelus kepalanya pelan. Namun tanpa diduga, sebuah jambakan menarik kepala Zora hingga ke belakang.

"Dengerin gue baik-baik, anjing pintar. Lo tau kan Kazam Bayakar?" tanya Aliandra serius padanya.

Sembari meringis kesakitan Zora mengangguk pelan. "T-tau..."

"Bagus! Gue mau lo ngelakuin apa yang dulu lo rencanain ke gue."

Zora membesarkan matanya terkejut. Ia menggeleng tak berani. Aliandra yang melihatnya pura-pura mengenyit bingung. "Kenapa...kok gak mau?" tanyanya dengan nada sedih.

Sedetik kemudian jambakan di rambut Zora semakin mengencang. Perempuan itu bahkan sampai meneteskan air matanya karena menahan rasa sakit di kepalanya.

"A-ampun Al... sakit..."

"Lo kira gue peduli?! Gue gak mau tau, besok foto itu udah harus nyebar di lingkungan sekolah."

Zora tidak menjawab. Hanya bibirnya terus bergetar meluapkan tangisannya.

"Kalo sampe lo gagal, mati lo di tangan gue!" Kemudian ia melepaskan jambakannya dengan kasar.

Zora menangis terisak. Ia menyesal telah berurusan dengan perempuan yang ternyata tak mengenal belas kasihan sedikitpun itu.

Aliandra berdiri dari posisi sebelumnya. Ia memanggil Zora lagi, kali ini dengan senyuman manis yang mengembang.

"Zora..." perempuan yang di panggil itu kembali mendongak dengan keadaan yang sudah berantakan.

"Gue juga mau lo ada di foto itu, lo ngerti kan maksud gue?"

Seperti sambar petir, Zora terkejut mendengar perkataan Aliandra. Ia ingin sekali mengatakan penolakannya namun, rasa takutnya pada perempuan itu lebih besar di bandingkan apapun saat ini.

Dengan terpaksa ia mengangguk. Harga dirinya benar-benar sudah tak terbentuk lagi setelah semua ini. Ia ingin mati saja!

"Oh satu lagi, gue mau foto dengan kualitas yang tinggi! Jadi, Good bye and enjoy your night my doggy..."

Zora berteriak frustrasi setelah kepergian perempuan itu. Ia benar-benar tak sanggup untuk hidup lagi. Aliandra... dia bukanlah manusia.

Hidupnya benar-benar hancur setelah ini!

Two Sides of the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang