Yang Kurasakan

279 15 4
                                    

Selama perjalanan pulang, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Mobil milik Masamune terus melaju dengan nuansa dingin yang menyelimuti.

Sesekali melirik kearah Ritsu, Masamune mencoba menerka pikiran orang yang dicintainya itu. Sedangkan Ritsu sendiri memilih bungkam sambil memeluk kotak makan siang yang dari siang tadi terus berada digenggamannya.

"Kau sudah makan?" tanya Masamune

"....."

Tak mendapatkan respon adalah hal yang seharusnya Masamune dapatkan-

"Harusnya itu berlaku untukmu." jawab Ritsu

-itu menurutnya.

"Kenapa?"

"Kau bahkan tidak keluar kantor untuk makan siang. Bekerja larut malam tanpa memperdulikan kondisimu sendiri."

"Bagaimana bisa kau tau? Jangan katakan jika kau sudah disana sejak siang tadi?"

"Untuk apa membahas sesuatu yang sudah berlalu. Kita langsung saja pulang, akan kusiapkan makan malam untukmu."

Kali ini pandangan Masamune jatuh pada bungkusan dipangkuan Ritsu.

"Apakah bekal itu untukku?"

Ritsu balas menatap Masamune. Tapi ketika mata mereka bertemu, rona merah sedikit tersirat pada wajahnya. Sedetik kemudian Ritsu menundukkan kepalanya.

"Ku-kukira..bertemu denganmu dirumah adalah hal yang mustahil. Kau pulang larut malam dan pergi saat aku tidur. Jadi aku berencana untuk makan siang denganmu. Mung-mungkin ini terdengar seolah aku sedang mencari perhatian darimu. Tapi sungguh..aku hanya ingin berbicara denganmu."

Masamune menghentikan mobilnya saat dilampu merah. Kini pandangan Masamune terfokus pada Ritsu yang masih memalingkan wajah darinya.

"Ritsu...apa kau tidak nyaman dengan situasi saat ini?"

"I-itu tentu saja. Kita tidak berbicara dan bertemu seperti seorang musuh. Padahal kita tinggal ditempat yang sama."

"Maafkan aku."

"Apakah kau marah padaku?"

"Marah?"

"Mengenai pembatalan pernikahan."

Pertanyaan itu menohok hati Masamune. Sejujurnya dirinya tidak ingin membahas masalah ini. Terlebih Ritsu juga seolah tidak perduli.

"Kukira kalian terlihat serasi. Dan sepertinya dia sangat menyukaimu. Ia bahkan memanggilmu dengan nama-mu."

"Siapa yang kau maksud?"

"Pria yang bersamamu di lift tadi. Aku juga melihat kalian makan siang bersama beberapa hari yang lalu. Bukankah sudah kukatakan dari awal. Ketertarikanmu padaku hanya bersifat sementara."

"Ritsu..apa yang kau katakan? Maksudmu aku dan Yokozawa menjalin sebuah hubungan?"

"Kurasa belum. Dia mungkin saat ini sedang menunggu keputusanmu tentang perasaannya."

"Ritsu ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku dan Yokozawa-"

Suara klakson membuyarkan ketegangan diantara mereka. Lampu sudah berubah hijau. Perlahan mobil mulai melaju lagi.

"Takano-san...aku berpikir untuk meninggalkan rumahmu setelah ini."

❄❄❄

Masamune mengijak rem secara mendadak. Ucapan Ritsu tentu saja membuatnya terkejut.

"Tunggu, Ritsu. Kenapa kau bersikap seperti ini? Apakah ada yang salah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's Just DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang