Awal

50 5 0
                                    

Kelas sudah ramai saat dua orang gadis datang dengan tawa riangnya. Lamia Asamira biasa dipanggil Lamia. Nama yang berarti bersinar dan memikat hati, persis seperti pemiliknya. Gadis periang itu selalu menjadi pusat perhatian.

Tidak cantik, tapi manis. Ia juga bukanlah seorang most wanted di SMA Nusa 1. Namun, selalu menjadi yang pertama. Sepanjang sejarah, Lamia belum pernah dekat dengan lawan jenis dalam artian sesungguhnya.

Berbanding terbalik dengan Vannia Kirana. Gadis itu adalah gadis yang juga sama-sama periang seperti Lamia. Dengan keberanian diatas rata-rata gadis SMA kelas dua dan mulut pedasnya, ia terkenal sebagai play girl, sering sekali bergonta-ganti pacar.

Lamia memilih duduk di kursi terdepan dekat pintu. Ia tidak mau duduk di depan Vanni. Vanni yang sudah memilihkan bangku untuk Lamia sejak minggu lalu menjadi kesal sendiri. Berbagai umpatan kasar keluar dari mulutnya.

Minggu lalu saat tahun ajaran baru dimulai, Lamia tidak hadir karena masih di luar kota. Lamia memang asli Bandung, tapi kedua orang tuanya bersama satu kakak perempuan Lamia tinggal di Lombok. Semua terjadi karena ayah Lamia yang merupakan TNI AL dan bertugas di Lombok. Sedang ibunya merupakan dokter gigi.

Lamia tidak tau ia duduk dengan siapa. Yang Lamia tahu, teman sebangkunya merupakan laki-laki. Sekolah Lamia memang membebaskan siswa-siswi untuk duduk dengan siapa saja. Bebas pula bertukar posisi apabila memang dibutuhkan.

Pak Joko, guru Bahasa Inggris yang sangat legendaris di SMA Nusa 1, telah memasuki kelas. Lamia tertawa mengejek Vanni yang lupa membawa modul Bahasa Inggris. Sialnya, saat Lamia membuka tas, ia justru salah membawa modul. 

Lamia malah membawa modul Bahasa Indonesia. Ini semua karena warna cover  kedua modul itu hampir sama. Lamia menepuk jidatnya, menyesal karena sudah mengejek Vanni. Ia menoleh ke sebelah kanannya. Dengan memberanikan diri, Lamia meminta laki-laki itu untuk berbagi modul dengannya.

"Eh.. Gue boleh barengan modul, nggak?"

Tanpa bicara laki-laki itu menggeser modulnya menjadi di tengah-tengah meja, antara meja Lamia dan meja dirinya. Lamia tersenyum senang. Namun, tak lama kemudian senyumnya sirna saat Pak Joko meminta anak baru pindahan dari sekolah lain untuk maju ke depan memperkenalkan diri.

Bukan, bukan karena ada anak baru di kelas yang membuat Lamia menjadi bingung. Tapi, karena ternyata anak baru itu adalah teman sebangkunya hari ini. Lamia menatap Vanni yang sudah tertawa ngakak melihat wajah heran Lamia.

Lamia memang tidak terlalu mengenal banyak siswa seangkatannya. Ia kini merasa begitu bodoh. Bagaimana mungkin ia bisa sampai tidak tau bahwa teman sebangkunya adalah anak baru pindahan dari Jakarta?

Sedangkan di sisi lain, Vanni masih saja menertawakan sahabatnya itu. Kemarin saat menjemput Lamia di bandara sekaligus memberikan modul tahun ajaran baru milik Lamia, Vanni sudah menceritakan bahwa ada anak baru di kelas mereka.

Tapi, Lamia tetaplah Lamia. Gadis itu malah asik membereskan barang-barang bawaannya dari Lombok. Vanni memperhatikan Lamia yang tak mengalihkan pandangannya sedikitpun saat teman sebangkunya itu maju kedepan dan memperkenalkan diri.

"Do you have any questions to Gilang ?" tanya Pak Joko.

Vanni mengangkat tangan kanannya. Kontan saja semua perhatian tertuju pada gadis itu, termasuk perhatian Gilang. "Hello, I'm Vannia. I wanna ask you, do you have girlfriend?..." 

Belum selesai Vanni bertanya, seisi kelas sudah menyorakinya. Ya, siapa yang tidak tau predikat Vanni di sekolah ini. Bukannya membiarkan Gilang menjawab, Pak Joko malah mempersilakan Gilang duduk tanpa bersusah payah menjawab pertanyaan Vanni yang menurut Pak Joko tidak penting.

Pelajaran Bahasa Inggris berjalan dengan baik. Tidak ada sedikitpun pembicaraan antara Lamia dan Gilang. Gadis itu fokus dengan apa yang Pak Joko jelaskan tanpa mempedulikan teman sebangkunya.

Beberapa menit kemudian bel pergantian pelajaran berbunyi nyaring. Pak Joko meninggalkan kelas Lamia setelah menutup kelasnya dan berpamitan. Lamia segera mengeluarkan modul Pendidikan pancasila. 

"Oh, ya. Thanks modulnya."

Gilang menatap Lamia yang sudah beralih menghadap Bu Zhe, guru Pkn. "Nama lo siapa?" tanya Gilang saat Bu Zhe sudah selesai membuka kelas mereka.

Lamia menoleh, menatap mata cokelat terang milik laki-laki bernama Gilang tersebut. Tak lama, hanya tiga detik. Ia kemudian tersenyum sambil membuka lembaran modulnya, "Lamia."

-Tentang Cinta-

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang