Aneh

4 2 0
                                    

Pagi ini Lamia berangkat ke sekolah bersama Vanni. Masalah geng Tuscon sudah tidak lagi menjadi perbincangan.

Jelas saja, Lamia pandai memainkan suasana. Saat sabtu lalu Gilang mengiriminya pesan via WhatsApp, saat itu juga Lamia langsung memberitahu Vanni.

Kontan saja keduanya bersorak bagai seseorang yang berhasil memenangkan lotre. Entah mengapa, Lamia merasa senang mendapati Gilang mengirimnya pesan.

Vanni juga langsung mengintrogasi Lamia. Tidak, lebih tepatnya menceritakan pengalamannya berbincang dengan Gilang.

Lamia pun tertawa mendengar cerita dan pertanyaan konyol Vanni. Pagi ini ia masih saja senyum-senyum sendiri.

Bagaimana tidak, pertanyaan Vanni sungguh menggelitik perut Lamia. "Apa Gilang itu pake ilmu hitam ya? Makanya kalau di deket dia auranya langsung serem gitu!"

Lamia dan Vanni memang sering menggunakan bahasa daerah. Tapi, tidak selalu. Hanya kalau mereka mau saja.

Tidak seperti kebanyakan remaja di Bandung yang menggunakan bahasa daerah sebagai pengganti subjek. Sekolah Lamia justru menggunakan bahasa daerah lain sebagai pengganti aku dan kamu.

Lamia juga menceritakan pada Vanni bahwa selama satu minggu ini, ia dan Gilang tidak saling berkomunikasi layaknya teman sebangku.

Kalaupun salah satu diantara mereka harus membuka pembicaraan, percakapan itu akan sangat singkat.

"La, kerjaan lo udah beres?"

Alrenzo atau yang akrab disapa Enzo itu adalah ketua OSIS SMA Nusa 2. Sedangkan Lamia? Yap, dia adalah ketua MPK yang kini menjadi ketua panitia. Kenapa tidak Enzo? Karena Enzo adalah penanggung jawab acara ini.

"Udah. Ada yang lain?" Tanya Lamia ramah.

Saat ini mereka tengah sibuk untuk mempersiapkan acara pentas seni yang akan diadakan akhir pekan ini. Pentas seni ini bukan hanya untuk warga sekolahnya saja, tapi juga bersifat umum.

Oleh sebab itu, sejak senin ini sekolah sudah mulai tidak kondusif dalam artian kegiatan belajar mengajar. Semua murid yang akan tampil sibuk latihan.

Untuk murid yang tidak tampil? Mereka pun sibuk membantu panitia dalam hal membersihkan lingkungan sekolah.

"Gue bisa minta tolong beliin minum? Yang tadi pagi udah abis." Lamia mengangguk.

Walaupun jabatannya sebagai ketua pelaksana, ia tetap akan dengan senang hati membantu seseorang yang meminta pertolongannya. Apalagi saat ini semua panitia sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Lamia tadi tengah memeriksa berkas laporan dari masing-masing divisi.

Gadis itu berjalan santai menuju kantin. Letak kantin dan ruang auditorium memang jauh. Tapi tak masalah bagi Lamia. Toh saat ini sekitarnya ramai. Jadi, ia tidak perlu takut.

Setelah membeli satu dus air mineral dan beberapa makanan ringan, Lamia kini dihadapkan kenyataan bahwa ia tidak bisa membawa dus air mineral tersebut menuju auditorium.

Kantin tengah ramai-ramainya. Tidak mungkin Lamia meminta bantuan pengurus kantin sedangkan mereka saja tengah kekurangan tenaga kerja. Alhasil Lamia harus membawanya sendiri.

Lamia menghela napas gusar. Yang benar saja? Dus air mineral itu sangat berat. Ia jelas tidak sanggup membawanya apalagi harus sampai auditorium.

Ketika kebingungan tengah melanda Lamia, seorang laki-laki yang ia kenal melewatinya hendak keluar kantin. Dengan kecepatan cahaya Lamia langsung meminta bantuannya.

Untung saja laki-laki itu mau membantunya. Tidak, lebih tepatnya untung saja laki-laki itu lewat dan mau membantunya.

Jangan lupakan Lamia yang tidak mengenal banyak orang di sekolah. Sebenarnya ada beberapa teman perempuan Lamia di sana. Tapi, jelas saja Lamia tidak mau meminta bantuan mereka. Kenapa? Karena mereka sama saja dengan Lamia, tidak akan mampu membawa dus air mineral itu.

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang